Sabtu, 21 Januari 2017

#Freewriting

[ No Title ]



"Kau bilang kau peduli!"
gertakannya membuat kantuk ku hilang. akhir-akhir ini hati seperti mati rasa. hanya kantuk yang menghinggapi ku setiap saat. aku pikir kurang gizi mungkin. atau terlalu banyak menghabiskan malam bersama bintang.

"Aku peduli.."
jawabku santai. tetap saja orang di hadapanku ini menatapku dengan pandangan sinis. sepertinya dia tidak suka caraku menghadapi masalah. santai, tidak penuh emosi seperti dirinya. atau memang aku yang terlalu tidak menyadari.

"Darimana kau peduli? Jika teman mu yang mau sekarat saja, kau masih bersikap lamban begini?!! Dimana otakmu bung!"
Sekali lagi. Gertakan itu tepat bergema di telinga kanan ku. meskipun aku tak jua bergeming dari selimut baru kiriman ibu. aku hanya memicingkan senyum, menarik selimut kembali.

"Aku? tidak peduli? bagaimana bisa?"
Isak membludak dalam selimut berwarna merah jambu itu. aku mencoba menyembunyikan wajahku dari harimau yang kelaparan. sesal rasanya mendengar ia berkata seperti itu. terlihat aneh memang. bagaimana bisa aku tidak peduli, sedang malam-malam terkahir ini ku habiskan waktu bersamanya. mengeja bait-bait doa yang menjadi penyemangat dia. meluruhkan kantuk, dan mengubah diri menjadi badut dadakan. hampir setiap malam, begini.

"Lantas mengapa kau begini?" wajah merah nya padam. matanya basah. kami terhanyut dalam isak yang semakin dalam. mengenang malam-malam yang mengharukan seminggu belakangan. mengingat kembali sahabat kami yang telah pergi. jauh, entah dia kemana, atau dia kini telah tenang memperhatikan kami sebodoh ini.

"aku terlalu mencintainya." sejurus kemudian bahu kami menyatu. sesak yang sedari tadi kami bendung sendiri telah dibagi. meski ku tak tahu, sebarapa berat kesedihan itu. kami hanya berharap malam itu akan terulang lagi di kehidupan selanjutnya.

end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar