Senin, 28 Desember 2020

JANGAN TANGISI DUNIA !

Bismillah...

Jadi ceritanya malam ini gue lagi dapet banyak hikmah dari masalah yang lagi gue hadapi. Dimana inti dari masalah gue adalah...

"Jangan menangisi dunia karena dunia ini hanya sementara,"

Yap bener banget. Dunia hanya sementara, sedangkan akhirat kekal. Berat emang yaa kalau sampai benar-benar enggak menangis karena urusan dunia. Rasanya banyak air mata jatuh yah diawali dari kesulitan hidup di dunia. Eh tapi kalau urusan sholat yang berantakan, tilawah kendor, hafalan memudar, kok rasanya jangankan nangis, pernah menyesalinya aja enggak 😭 Allah...

Ini hati salah orientasi apa gimana ya. Kayak udah kebalik gitu rasa sedihnya. Untuk urusan dunia sampe jungkir balik nangis, entah karena kehilangan, kegagalan, kekhawatiran berlebihan, dan banyaaak lagi. Tapi pas sujud di sepertiga malam, jangankan nangis, bahkan doa aja sambil nguap 😭 gimana mau dapet feel khusyuk nya kaan. 

Emang seharusnya hati kita tuh perlu disentil berkali-kali. Perlu dikasih teguran dulu. Masalah demi masalah dulu. Sampai kita bener-bener 'give-up' sama yang katanya usaha kita, baru deh kita back to Allah. Gusti. Padahal yaaa yang bantuin kita keluar dari masalah kita juga Allah gitu. Kenapa pulak kita gak minta sama Allah. Eh apa jangan-jangan udah terlalu sombong untuk minta?? Astagfirullah..

Coba sentil dulu sini hatinya biar racun menyebar ke dalam tubuh,terus akhirnya sadar kalau hidup hanya sementara 😭. Kalau udah tahu nih hidup kita cuma sebentar lagi, apa iya baru jungkir balik nangisin dosa-dosa kita? Baru deh tuh nangis sampe engap pas lagi sujud sangking takutnya sama hari pembalasan? Emangnya kamu bisa yakin besok masih sempet sesenggukan nangisin dosa? 😭 Coba deh dipikir-pikir lagi. 

Eh maaf yaa bahasannya jadi kemana-mana wkwkw. Intinya aja yaa, reminder ini mah buat gue juga. Manusia yang gak sempurna dan punya segudang dosa. 

Sebenernya boleh aja nangis karena urusan dunia, asalkan hati kita gak kebal sama urusan akhirat. Jangan sampe dunia kita tangisin, urusan akhirat kita sepelein 😭 huhuhu hari pembalasan gak semudah itu ferguso. Hati-hati yaa kalau mau mengabaikan urusan akhiratmu.

So..
Coba ditahan air matanya dari urusan dunia yang hanya sementara ini. Di tampung terus tumpahkan buat nangis gara2 waktu sholat yang berantakan, tilawah seayatpun gak sempat, hafalan pudar kemakan jaman, apalagi dzikir pagi petang tinggal kenangan. Menangis lah sebanyak-banyaknya wahai aku untuk semua dosa dan maksiat yang pernah dilakukan. Karena Allah mencintai hamba-Nya yang menangis karena takut kepada Allah,

“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetesan dan dua bekas. Tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah di jalan Allah. Sedangkan dua bekas itu adalah bekas-bekas fii sabilillah (jihad) dan bekas-bekas mengamalkan kewajiban Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’).

Wahai diri,
Menangislah karena dosa-dosamu.
Jakarta, 28 Desember 2020
Saat air mata jatuh, tetapi iman terpuruk.

Senin, 07 September 2020

Hallo IMAN ! Apa kabarmu?

Bismillah...

Akhirnya setelah sekian lama tersesat dan lupa jalan pulang, aku dan kamu bisa kembali berbincang dalam kehangatan dan kesyahduan. Alhamdulillah..

Sedikit mau bercerita tentang kegalauan hati dan fikirian yang aku alami beberapa saat terakhir. Saat dimana akhirnya aku sadar bahwa Allah tengah mengingatkanku beberapa kali, menyentuh perasaan yang mulai kebas dengan kebaikan. Miris sama diri sendiri hahaha.

Selalu ada alasan untuk kembali bermaksiat dari Allah. padahal yaah, udah berkali-kali alarm itu bunyi,  "ini tuh salah, kamu tuh salah, aku tuh salah, ini tuh bukan jalan yang benar!" beribu-ribu kali perasaan gak nyaman dan gak tenang muncul. berita kematian dimana-dimana, seakan-akan mengingatkan kita bahwa pertemuan dengan keabadian itu suatu keniscayaan. Enggak ada yang bisa menunda barang sedikitpun. Terus sampai kapan mau mengesampingkan alarm Allah yang berkali- kali berbunyi untuk kita?

Allah tuh baik tau.
Nih yaa, misal aja, baru aja tadi pagi kita berniat mau bermaksiat (lagi) dari Allah, terus denger ada pengumuman orang meninggal disekitar rumah, tiba-tiba alarm tidak tenang itu muncul lagi, dan rasa berkecamuk lagi, itu artinya Allah tuh pengen kita gak buat maksiat lagi dan lagi. ya Allah... coba bayangin kalau kita gak peka sama alarm Allah, terus kita aggap pengumuman kematian itu jadi hal yang biasa aja? udah berlalu lah dah gitu aja yang ada kita malah maksiat lagi dari Allah. Astagfirullah...

Peka coba dikit !
Banyak loh ternyata tanda dan alarm yang Allah coba kasih ke kita berkali-kali, tapi kitanya terlalu sibuk mengejar gemerlap dunia, sampai hal kecil kaya gitu gak buat kita sadar juga? sampai kematian ribuan orang karena pandemi ini gak buat kita bangum juga dari kubangan dosa. HALO KAWAN, APA IMAN KAMU UDAH MATI? Ya Allah (craying).

Ayolah sayang,
Ayolah diriku sendiri,
Mau sampai kapan jadi manusia gak peka?
Mau sampai Allah bener2 gak kasih alarm lagi? 
Mau nunggu Allah campakkan? ya Allah...
Istighfar sebanyak-banyaknya.
Masih ada waktu buat kembali ke jalan yang benar-benar lurus bukan hanya terlihat lurus.
Masih ada waktu buat bener-bener berbuat baik bukan hanya sekedar dianggap baik.

Allah tahu kamu butuh alarm itu.
Allah mau kamu kembali kepadaNya.
Ayo pulang !
Siapa tau jodoh yang kamu temui lebih dulu itu kematian, jodoh yang setiap mukmin rindukan dari banyaknya ujian kehidupan :"(

Sehat-sehat ya Imanku.
Lebih bahaya kalau terserang virus :")
Bye~

Kamis, 25 Juni 2020

Memberi Jarak.

Sudah sejak lama disampaikan. Pada awal ketika Islam masih menjadi agama minoritas. Oleh seorang yang bersahaja dan dekat dengan Nabinya. Bahwa..

"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."

Pesan yang bahkan tidak pernah usang oleh waktu. Dari dahulu hingga zaman serba tidak nyata, sudah beribu tahun lamanya, Allah gerakkan lisan Sayyidina Ali untuk menyampaikan hikmah yang tak terkira maknanya.

Bahwa yang paling Pahit dalam kehidupan. Sesuatu yang sangat sangat dihindari manusia saat ini, tapi pada kenyataannya, tidak pernah lepas dari rantai keputusasaan, yaah kecewa karena besarnya rasa harap kita pada manusia. 

Sekarang.
Saat sudah mengetahui dan merasakan betapa pahitnya kecewa. Saatnya membangun jarak dari harapan kepasa manusia. Jarak yang memisahkan langit dan bumi di antara keserakahan dan keegoisan manusia. 

Saatnya hanya berharap kepada Pemilik Semesta.
Allah ta'ala.
Sebaik-baik tempat berharap.
Biarkan diantara jarak itu kita selipkan kepasrahan hanya kepada Allah.
Sebaik-baik tempat berpulang.
Karena obat dari segala rasa pahit adalah manisnya iman.

Jakarta,
Saat pahit hampir tercekat ditenggorokkan.
Apa perlu memberi jarak?

Kamis, 18 Juni 2020

Mimpi Buruk.

Malam ini hujan kembali memgguyur sebagian kecil badan kota yang mulai gersang. Siang menyengat, malam mengharu biru. Ah suasanya pas banget untuk disyukuri bersama secangkir kopi dan kenangan penuh rindu.

Ri ingat, malam itu suasanya bergemuruh dari bilik hatinya. Ada rasa bersalah karena ia tak mampu ceritakan semua luka yang bahkan menyayat hati orang lain untuk turut terluka. Baginya itu bagaikan mimpi buruk. Sesuatu hal yang tidak ia inginkan benar-benar terjadi dalam dirinya.

"Ri, kamu serius banget mandangin hujan?" May mengambil alih secangkir kopi dari kedua tangan Ri.

"May kamu tau gak kenapa kita bisa mengalami mimpi buruk dalam hidup kita?" Ri masih memandang syahdu rintikan air yang membasuh jendela kamar.

"Hah mimpi buruk? wajar kali hehe aku juga pernah mimpi horor iiih serem," May mengerinyitkan dahinya. Entah apakah dia benar-benar mengerti maksud 'mimpi buruk' yang sebenernya Ri akan ceritakan malam itu.

"Iyah bener yaah May. Wajar saat seseorang mengalami mimpi buruk. Apalagi hidup ini sangat penuh kejutan. Kita gak tau kenapa dan bagaimana mimpi buruk itu hadir dalam hidup kita. Seakan-akan kita harus terus bersiaga. Bersiap diri akan segala kemungkinan yang terjadi.." Ri melihat May yang sibuk mengutak atik radio lama milik Ri, itu artinya hanya hujan yang benar benar mendengarkan Ri malam itu.

Dalam hati Ri, "Hai hujan. kalau bicara tentang mimpi buruk. Sama yaa kaya kamu. Untuk sebagian orang, hujan adalah mimpi buruk, untuk sebagian yang lain, hujan adalah mimpi indah. Ah ku jadi tahu hujan, ternyata semua mimpi itu punya dua sisi mata uang yaa seperti kamu. Satu sisi berupa kebaikan dan satu sisi berupa keburukan. Tinggal kita yang akan memilih, fokus pada sisi kebaikan atau sisi keburukannya.. Ah hujan. romantis banget kamu malam ini," gumam Ri dalam hati kecilnya.

Mulai malam itu, Ri memilih untuk menghadapi setiap mimpi buruk (read masalah) yang hadir dalam hidupnya. Ri memilih untuk fokus pada sisi kebaikan yang bisa ia dapatkan. Apakah gerangan hikmahnya? Apakah gerangan maksud dan tujuannya mimpi buruk itu hadir dalam dirinya. Semua akan Ri lakukan untuk memperbaiki kesalahannya selama ini.

***

Untuk seseorang yang pernah Ri sakiti.
Ri hanya ingin perbaiki dirinya dan bangkit dari mimpi buruk yang ia alami selama ini.
Terimakasih sudah menguatkan Ri.

Minggu, 31 Mei 2020

Mengapa Ri, Tak Mau Menikah?

Malam ini suara guntur dan hujan deras kembali mengguyur rumah kami. Disaat seperti ini, aku merasa iri pada rumput tetangga yang tetap kering nan hijau. Sementara dirumah kami, semua tanaman bahkan tak sanggup untuk tumbuh hanya untuk menutup telinga mereka. Yah memang hanya rumah kami yang selalu banjir, kotor, dan berantakan tak karuan. Bahkan sampai hari ini pun, aku tidak pernah tau bagaimana cara memperbaikinya.

Panggil saja Ri, pekerjaannya adalah membangun konsep diri. "Mau jadi apa aku ketika aku besar?" gumamnya terus di dalam hati. Iyah mau jadi apa jika tanah yang tandus ini sebagai wadah Ia tumbuh. Ia tidak akan pernah punya kesempatan untuk menunjukkan indah warnanya. Bahkan sebelum itu semua terjadi, bibitnya telah mati ditelan kehausan. Haus akan kesegaran. Haus akan kasih sayang.

Ri anak ketiga yang tidak punya hobby. Jangankan hobby, kalau ditanya, apa mimpimu? Dia akan sekenanya menjawab, "Tidak ada". Jangankan untuk bermimpi, mengeringkan kaki di rumahnya saja dia tidak pernah bisa. Selalu saja basah dan dipenuhi kotoran. Entah, dia sendiri tidak tahu bagaimana cara berbersih diri, apalagi bermimpi. Sulit baginya menggantungkan mimpi pada atap rumahnya yang sudah compang camping tak karuan. Ah setinggi atapnya saja bahkan dia tidak mampu.

Trauma membuat Ri tidak mau menikah. Kala kedua kakaknya sudah menimang anak, dia masih sibuk bergelut dengan usahanya membersihkan diri. Baginya memperbaiki genteng rumah sendiri saja dia tidak kuasa, apalagi membangun rumah baru yang bahkan bersama orang yang tidak dikenalnya. Gumamnya, "25tahun aku bersama mereka saja, rasanya aku belum benar-benar mengenal mereka," 

"Buat apa menikah?" celetuknya, "Apa dengan menikah rumah ini akan kembali hijau? Ah tidak mungkin, bahkan rumah ini hancur sejak mereka memutuskan untuk menikah. Bahkan semakin bobrok sejak mereka memutuskan untuk berpisah," tangisnya meledak. Rumahnya banjir lagi dan sekujur tubuhnya kini berlumpur sudah. 

Trauma masa kecil hingga ia dewasa sudah banyak membentuk lubang di hatinya. Hatinya tidak lagi murni, hatinya sudah dipenuhi dengki dan prasangka. Ia sadar bahwa lubang di hatinya jelas tidak mudah disembuhkan, bukan tidak mungkin, hanya saja Ia memang tidak kuasa menutupnya. Terlalu banyak lubang. Terlalu lama disembuhkan. 

Ri bukan tidak mau menikah. Ia hanya takut menikah. Malu jika orang baru di hidupnya itu menyadari lubang di hatinya. Melihat betapa hancur leburnya rumah mereka. Terlalu malu. Hingga ingin rasanya Ri hanya hidup di rumah saja. Apakah Ri berputus asa? Mungkin.

Ri ingat betul bahwa Ia memiliki Tuhan. Tidak ada mendung yang diakhiri dengan mendung juga. Ri yakin akan ada waktunya pelangi tersenyum dibalik lubang atap rumahnya. Kemudian tumbuhan-tumbuhan hijau kembali menghiasi hidupnya. Ri percaya.. Tapi Ri tidak kuasa menerima orang baru dalam hidupnya sebelum ia benar-benar memperbaiki segalanya. Karena Ri tahu diri, tidak semua orang mau menerima luka di dirinya, kemudian membantu Ri untuk menyembuhkan luka itu bersama, "Ah tidak mungkin" gumam hatinya yang mulai bernanah. 

***

Ri...
Siapapun Ri di dunia ini,
Ri harus percaya bahwa Allah bisa saja mengirimkan orang baik yang menerima Ri apa adanya. 
Tidak berekspektasi tinggi pada seorang Ri yang bahkan tak memiliki cita-cita.
Seseorang yang melihat Ri adalah seorang Ri.
Dengan segala luka ditubuhnya, mendekap Ri dengan kuat, dan menyembuhkan luka Ri dengan ketulusan.

Jika kamu adalah sosok yang dicari oleh Ri.
Ri tidak sama sekali melihat siapa kamu, rumahmu, mereka yang dibelakangmu, tidak.
Ri hanya membutuhkan ketulusanmu dan kejujuranmu.
Ri menunggumu, dia tengah menyeka lukanya dengan lumpur yang memenuhi sekujur tubuhnya.

Ri...
masih disini.

***

Spesial buat Ri di luar sana.
Yang mengalami trauma pernikahan karena keluarganya broken home.
Semoga Allah menguatkan hati-hati Ri lainnya.

Senin, 20 April 2020

Maaf, Ku Tuliskan Kebodohan Diri

Maaf, karena aku jatuh cinta,
Entah sejak kapan perasaan itu muncul.
Mencabik-cabik pikiran hingga linglung tidak karuan.
Kapan semua ini bermula pun aku tidak paham.
Bahkan kapan semua ini berakhirpun aku tidak mengerti.

Maaf, karena aku jatuh hati,
Entah sejak kapan hati ini terbuka untuknya,
Berkali-kali meyakinkan diri bahwa cinta ini tak suci,
Sampai kapan mau begini?
Bahkan berkali-kali berani mengintip dalam mimpi.

Maaf, karena aku jatuhkan harga diri,
Entah mengapa tidak jua berhenti memberi kode tak berarti,
Sudah tau bertepuk sebelah tangan,
Tetapi harga diri sudah terlanjur terjun ke jurang,
Bagaimana nanti jika ternyata jodoh bukan yang diharapkan?

Maaf, karena aku menuliskan semua ini,
Entah untuk siapa ku persembahkan sajak tak tau diri,
Rasanya ingin matikan semua rasa yang tak berarti,
Biarkan semua menjadi kenangan yang dirindui,
Bahkan ku berharap kau tak pernah membaca semua ini.

Maaf, karena aku pernah sebodoh ini.
Maaf, karena aku hanya manusia tak tahu diri.
Maaf, karrna aku ingin semua kehaluan ini segera berakhir.
Maaf, karena aku berharap semua berkahir dengan happy ending. 

Maaf..

Minggu, 19 April 2020

#FreeWriting


KENAPA?
Kenapa Belakangan ini Tulisan Isinya Curhatan Semua??

Well.
(Wkwkwk pengen ketawa dulu)
Akhirnya gue ceritakan juga kenapanya.
Sejujurnya gue ini orang yang sangat-sangat menyukai diskusi tentang berbagai hal.
But, belakangan ini gue jadi sering banget ada di rumah, kehilangan temen diskusi mendalam (my roommate), dan banyak banget dapet hikmah dari orang rumah, lingkungan, dan lainnya.

Sehinggaa...
Muncullah tulisan-tulisan yang menggambarkan isi hati dan pikiran gue. 
Kalau kalian mikir dangkal bener isi tulisan baperan semua?
Wkwkw terserah kalian aja yaa mau anggep apa.
Menurut gue, itu hal yang bisa gue bagi ke kalian dan calon halal gue nanti, so dia emang harus banget baca blog gue dulu buat kenal kepribadian gue hahahaha.

Urusan rumah tangga dan pernikahn dikata urusan dangkal?
Hei kamu, belajar yuk 4 tahun di Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB, bukan buat pamer yaaa, cuma mau kamu tuh belajar kalau rumah tangga dan pernikahan itu perkara penting, sekali seumur hidup. Bukan kayak cinta monyet yang bisa putus nyambung kaya karet gelang wkwk. Yah intinya, penting yaa. Mankanya gue bagiin disini, someday bisa dibaca sama kalian yang mau baca, kalau calon halal gue, emang harus baca wkwk.


Terus kok kayaknya baper terus tulisannya?
Alhamdulillah masih Allah kasih hati yang peka buat baper enggak sekeras batu yang susah buat nangis :" naudzubillah.
Jadi ceritanya lagi, usia gue udah masuk usia maksimal perempuan di rumah buat nikah, so.. sudah sangat sangat sering diingatkan, 'udah punya calon?', 'kapan nikah?', 'ih si anu aja udh punya anak dua,' dan lainnya. Sebenernya sih enggak ganggu yaa. Ya emang tahun ini juga rencananya mau mengubah status lajang di KTP wkwk. But apa mau dikata ya kan? Allah kasih ujian dulu, sabar gak nih? ikhlas gak nih? Mau nikah gara-gara apa nih? Naaaahh... 

Akhirnya ketahuan deh. Mau nikah gara-gara dorongan dari orang luar. Belum bener-bener dari diri sendiri. But Alhamdulillah semenjak dirumah aja. Makin kuat keinginan dari diri sendiri untuk menikah wkwkw kok bisa? enggak tahu ya, kayaknya Allah biarkan diri ini semakin memantapkan hati dan pikiran selama di rumah, belajar masak, baca buku lagi, semangatin ibadah lagi, aaahhh... tinggal jodoh aja belum berani dateng wkwk enggak tau siapa tapi.

Well..
diambil hikmahnya aja yaa.
Ini bukan buat curhat sama sekali wkwk.
Cuma buat menguatkan aja. Kalau diskusi tentang pernikahan, rumah tangga, dan perasaan itu penting. Enaknya sih sama yang halal, but gapapa share disini biar calon halal nya juga bisa baca yaa. Dan buat semuanya juga.

Okee 
Terimakasih sudah mau membaca ketidakjelasan tulisan ini 
Hahaha.

JANGAN TAKUT !


Sore itu seseorang menepuk pundakku. Senja yang temaram dengan siluet jingganya membuat kristal di mata Naya semakin jelas terlihat. Kristal bening yang perlahan jatuh mendarat di kedua pipi gembil kebanggaannya. Seseorang yang selalu terlihat ceria, sore itu seakan membawa kabar bahwa gelap akan selalu hadir. Setiap manusia akan menemui ujian hidupnya masing-masing.

"Nay, kamu kenapa?" aku menepuk pundak Naya seraya menyadarkannya dari lamunan kami di teras kosan. 

"Aku sadar May, setelah indahnya senja akan selalu ada malam pekat yang menakutkan, kemudian, keesokan harinya, mentari akan bersinar memberi kabar gembira, seakan berbisik ke dalam telinga setiap paginya 'Takutmu telah usai,' begitu ya kan, May?" Naya masih menerawang ada apa dibalik senja yang mulai melebur dalam keheningan malam.

Sementara Maya, seorang yang sangat filosofis dan salah satu penyuka prosa, mng'iyakan' maksud dari kata-kata yang baru saja Naya ungkapkan yang sangat penuh makna.

"Hmm iyah memang seperti itu Nay, aku setuju," ungkapku seraya mengingat-ingat kembali surat dalam Al-qur'an yang cocok dengan perumpaan tersebut, "Allah juga pernah sampaikan, Nay, bahwa 'setelah kesulitan InsyaAllah akan ada kemudahan' (QS Al Insyirah ayat 6), Allah jelas tidak sekedar memberikan ujian tanpa solusi. Allah juga menunjukkan dalam Al-qur'an bahwa semua ujian yang Allah berikan sudah sesuai dengan kadar kemampuan hamba-hambaNya (QS Al-Baqarah ayat 286). InsyaAllah kita sanggup melewatinya, Nay." ujarku berharap dapat menguatkan hatinya.

"Kamu tau kan rasanya gimana berada di dalam kegelapan, May? Gelap, menakutkan, tidak terlihat adanya arah dan tujuan," kemudian hening, "Aku takut, May ! Aku takut menikah !" kemudian tangis Naya meledak. Beberapa menit lagi magrib dan kami kehabisan kata-kata.

Aku tahu, trauma itu memang akan sangat sulit disembuhkan, meskipun bukan dia korbannya (misal dia melihat korbannya menderita), tetapi bukan berarti mustahil untuk disembuhkan. Semua penyakit InsyaAllah sudah ada obatnya.
Yap, Naya bukan sudah pernah menikah, dia hanya takut menikah karena melihat ibu dan kakaknya mengalami kegagalan dalam pernikahan dengan berbagai masalah. Dia takut, kalau saja rumah tangganya akan berakhir dengam cerita yang tragis seperti itu. "Lantas buat apa menikah kalau hanya untuk saling menyakitkan?" pikir Naya ketika dia ceritakan semuanya kepada ku. 

"Nay, kamu tahu kan bahwa hidup ini hanya sementara. Seperti satu hari saja. Setelah gelap akan ada terang. Setelah badai akan ada pelangi. Allah dekat Nay, Allah tahu segalanya tentang hidup kita. Kita mungkin akan Allah uji sesuai kesanggupan kita, tapi kita gak boleh takut dengan ujian itu. Kita gak boleh jadi diam di tempat karena takut Allah uji dengan ujian yang menyakitkan. Semua itu dari Allah dan tentu akan kembali kepada Allah. kamu gak boleh suudzon dengan ketentuan Allah. Kita terima Nay, kita dalami maksud dan tujuan dari ujian itu apa, kemudian kita ikhlaskan," Maya mencoba memahami luka di hati Naya, meski sampai kapanpun, Maya tidak akan pernah tau bagaimana rasa sakit yang Naya miliki sebenarnya. 

"Iyah May, aku sadar dan sudah ku coba untuk tanamkan dalam hati, bahwa semua ujian ini akan berakhir. Meskipun aku belum memulai semuanya, aku harus yakin bahwa Allah sudah menyiapkan yang terbaik buat aku. Aku percaya. Aku mencoba untuk tidak takut, tapi masih sulit May!" Tangis Naya mulai mereda. Ada angin yang merasup ke dadanya seperti sebuah pereda sakit. 

"Nay, aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji kamu melebihi kemampuan kamu. Kan kamu belum menikah, kamu belajar dari pengalaman mereka untuk membangun rumah tangga yang jauh lebih Allah ridhoi dari mereka. Kamu juga doakan agar keluarga kamu senantiasa Allah berikan petunjuk dan kekuatan. Inget Nay, kekuatan doa itu dahsyat, Allah sendiri loh yang bilang dalam Al-qur'an, 'Barangsiapa yang meminta kepadaKu pasti akan Aku kabulkan (QS Al-Mu'min ayat 60),' kamu kuat Nay karena kamu punya Allah Yang Maha Kuat !" aku menepuk pundak Naya, sedetik kemudian adzan magrin berkumandang sebagai tanda bahwa hati kami InsyaAllah sudah benar-benar siap menyelami pekatnya malam dengan cahaya ridho Ilahi. 

Maya mengerti sekarang bahwa empati yang berlebih juga berpengaruh negatif seperti Naya. Jangan sampai karena melihat orang jatuh dari motor dan berdarah-darah kita malah jadi trauma naik motor karena takut jatuh juga. Padahal belum tentu kita akan mengalami hal yang sama dengan belajar dari kesalahan mereka yang sudah terjatuh.

Mereka yang terjatuh bukan hanya sekedar untuk menunjukkan betapa sakitnya jatuh tetapi untuk memberikan pelajaran tahap-tahap atau proses yang benar agar tidak terjatuh. Apabila kita tetap terjatuh, maka kita harus membagikan kepada orang lain cara bangkit dari jatuh dan cara menghindarinya bukan berteriak-teriak karena rasa sakitnya hingga orang jadi takut untuk jatuh. 

Karena jatuh itu ujian bukan sekedar penderitaan. Dan setiap ujian akan ada balasannya, jika kita bersyukur dan bersabar InsyaAllah balasannya akan indah. Akan tetapi jika kita kufur dan banyak ngeluhnya, balasannya pun tidak akan indah. semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati kitam 

***

Jangan takut sayang.
Kita coba bersama.
Kita belajar bersama.
Kita perbaiki bersama.
Bersama antara kita dan Allah.
Selalu libatkan Allah dalam setiap momen jatuh bangun hidup kita.

Dariku,
Yang siap jatuh bersamamu dan bangkit bersamamu.

Kamis, 26 Maret 2020

Memberi Ruang

Ruang itu bernama ikhlas,
Sejak manusia terlahir kedunia,
Tuhan sudah ciptakan ruang itu dihati orangtuamu,
Ikhlas menerima segela ketidaksempurnaan kita,
Terlepas dari seperti apa nakalnya kita ketika besar kelak
Terlepas dari bagaimana bakti kita kepadanya kelak
Ikhlas itu sudah ada jauh sejak mereka merencanakan kehadiranmu,
Ikhlas itu sudah aku tanamkan jauh sejak aku memutuskan untuk membuka pintu hati kepadamu,
Ikhlas yang kedua orangtuaku ajarkan selama aku tumbuh,
Ruang yang aku harapkan ada padamu atas ketidaksempurnaanku.

Ruang itu bernama rindu,
Sejak dahulu kamu lahir di dunia,
Orangtuamu pasti sibuk mempersiapkan segala yang terbaik bagi anak mereka,
Banting tulang siang malam, hampir tidak ada waktu memikirkan yang lain selain kamu,
Itu karena mereka sudah menyiapkan ruang itu untukmu,
Sesibuk apapun, rindu akan mengembalikan setiap hati kepada tempatnya,
Sesibuk apapun, hanya kamu yang ada dipikiran mereka setelah TuhanNya,
Begitupun aku, sesibuk apapun kelak yang akan kita hadapi, aku akan tetap merindukanmu,
Sosok yang juga selalu merindukan pertemuan denganku, tentu setelah begitu besar rasa rindumu kepada Tuhanmu.

Ruang itu bernama benci,
Sejak awal takdir mempertemukan kita dengan orangtua kita, sudah tertanam kebencian mereka untuk kita,
Mereka benci saat kita tidak sesuai dengan agama dan norma,
Benci saat kita jauh dari mengingatNya dan berbakti pada mereka,
Benci saat mereka tidak mampu memberikan yang terbaik padamu, bahkan payah untuk mengenalkanmu pada Tuhanmu,
Benci itu bukan untuk menjatuhkanmu atau melukaimu, tetapi benci yang akan mengingatkanmu pada perbaikan,
Benci itu sudah hadir jauh dari lubuk hatiku sebelum aku mengenalmu, 
Benci ketika aku tidak patuh padamu dalam setiap kebaikan yang kau ajarkan,
Benci ketika visi misi akhirat kita dijauhkan karena kecintaan pada dunia.

Ruang itu sudah kusiapkan.
Hampir saja berdebu jika ku salahkan niatkan.
Tenang, aku akan menunggumu,
bukan itu mengisi ruang itu,
kan kuberikan waktu padamu untuk menyiapkan ruang yang sama untukku.
nanti....

Jakarta,
Sekarang banyak orang sadar untuk memberi ruang.
Jaga jarak.
Dirumah aja.

Bring Me Back ! (Mengambil Hikmah)

Alhamdulillah bini'matihi tatimmush sholihaat..
Terlalu banyak nikmat yang Allah berikan di tahun 2020 ini, banyak sekali. Nikmat yang tidak pernah disangka hambaNya, kejutan yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Sampai ujian yang saat ini terjadi pun, rasanya tidak sebanding dengan nikmat yang sudah Allah berikan. 

Awal tahun 2020 dilalui dengan nikmat yang tidak pernah terbayangkan akan secepat itu Allah kabulkan. Allah tahu bahwa kesiapan hambaNya hanya untuk melewati ujian nikmat yang satu ini, itupun sebenarnya gue belum benar-benar siap, semua berlalu dengan ragu-ragu. why? terlalu mendadak, terlalu tercengang, malah jadi bingung enggak karuan.

Sebanarnya, mimpi ke Masjidil Haram sudah sangat lama gue bisikan pada Sang Maha Pencipta, tapi redaksinya berbeda, meskipun begitu rencana Allah tetap yang lebih indah. Hampir setahun lalu, 2019, gue cerita pada beberapa orang, "Pengen deh bulan madu di Mekkah. Kayaknya penuh keberkahan gitu ya, sekalian ibadah," Tapi Allah berkhendak lain dan gue tetap bersyukur banget atas apapun yang sudah Allah tetapkan.

Orang bilang, kalau mau nikah, biasanya percepatan rejekinya dateng kaya banjir bandang, mengalir deres gitu, ada aja dari arah yang tak terduga. Yah, sekitar bulan Oktober awal, banyak sekali projek yang datang silih berganti, udah husnudzon yaa ah mau ada apa nih? hehe. Ternyata ada kabar yang lebih indah dari apa yang dibayangkan, panggilan Allah untuk bertamu ke Masjidil Haram. Allah... nikmat apalagi yang Engkau kasih kepada hambaMu yang penuh dosa ini :" bahkan paspor pun gue belum pernah kebayang akan buat dalam waktu dekat itu. Dan Alhamdulillah, rejeki yang Allah kasih benar-benar terpakai untuk biaya persiapan kesana. MasyaAllah.. masih gak nyangka :" 

Nikmat yang tidak disangka itu ternyata menghasilkan ujian-ujian yang lain. Ujian kenikmatan? mungkin ya, nikmat juga ujian buat kita. Salah satu yang akan banyak diuji adalah NIAT. Yap, niat kita akan selalu disenggol sama syaithan, sebisa mungkin kita memang harus sering perbaharui niat, "Lillah mi, Lillah !" susah, banget. Karena wujudnya tidak terlihat, bergeser dikit aja udah bahaya. Banyak sekali Allah tampakkan hasil dari niat-niat yang tidak baik selama di Turkey dan Mekkah. Makin sadar kalau ternyata, diri ini bener-bener Allah panggil untuk perbaikin diri dari nol lagi. 

Meskipun begitu, rasanya masih bener-bener takjub dengan berbagai hal yang dialami selama disana. Salah satu yang sangat-sangat disyukuri adalah ketika perjalanan pulang ke Indonesia. Merinding rasanya kalau diinget lagi. Perjalanan dari Jeddah ke Indonesia mengharuskan transit di Turkey karena paketnya memang demikian. Setiba di Turkey kita langsung ditransfer ke penerbangan tujuan Indonesia, tengah malem, but it's okey, udah tawakal aja 12 jam diperjalanan kemarin. Setibanya di Indonesia, dapet kabar kalau di Turkey terjadi hujan badai dan gempa yang kerasa sampe Bandara Istanbul :" Allah.. penerbangan setelah kita bahkan banyak yang di delay karena musibah itu. Dalem hati langsung..deg.. Alhamdulillah ya Allah. Allah selamatkan kita sampai di Indonesia tepat waktu :"

Itu baru satu keajaiban yang tidak ada habisnya Allah kasih ke kita, kalau kita bener-bener menyadarinya. Sama kaya awal tahun 2020 ini rasanya bener-bener Allah kasih skenario yang luar biasa. Saat projekan lagi sepi sepinya, belajar bisnis bener-bener dari nol, dan udah buletin tekad buat buka bisnis aja, stay at home dari semenjak kepulangan dari Mekkah, belajar di rumah, usaha dari rumah, dan Allah kasih ujian untuk negeri ini, dimana rakyatnya pun di rumahkan. Allah... betapa tidak terduganya skenario Allah. Meskipun dari semenjak kepulangan di Bandara Jeddah, Turkey, dan Soekarno Hatta, rasanya udah mulai waswas dengan kabar virus yang mulai viral di China. 

And.. now.
Bersyukur banget Allah kasih skenario yang lebih indah dari impian gue yang udah lama banget diinginkan. Nikah dulu baru bulan madu di Mekkah. Indah sih, but kalau nunggu nikah, mungkin ceritanya akan berbeda, dimana saat ini kita udah bener-bener gak bisa kemana-mana karena ujian virus ini. Nikahnya pun belum tau kapan sama siapa "doanya nanggung emang wkwk," jadi Allah kabulkan yang dengan skenario yang lebih indah, percepatan diwaktu yang tepat. MasyaAllah.. udah enggak ada yang bisa kasih timeline terbaik selain Allah.

Rasanya sedih liat Mekkah dan Madinah sesepi itu. Baru aja beberapa bulan yang lalu takjub dengan jutaan orang jadi satu di rumahNya. Melihat dengan mata kepala sendiri betapa syahdunya orang-orang mengelilingi Ka'bah. Meski rasanya kemarin itu belum maksimal persiapannya, pengen banget kesana lagi dengan persiapan mental yang lebih baik :" dengan mahrom InsyaAllah (biar gak usah urus surat mahrom wkwkw). Semoga ujian ini lekas berlalu dan ketika ramadhan nanti Mekkah dan Madinah bisa kembali seperti semula, penuh dengan kesyahduan para pecintaNya. 

Okeeh.
Inti dari cerita ini adalah mari bersyukur dibalik ujian yang Allah kasih ini, yok dilihat kebelakang, sudah seberapa banyak nikmat yang Allah kasih. Jadinya kita gak pernah ngeluh-ngeluh dan berat hati ngejalanin ujian ini. 
Husnudzon aja. InsyaAllah ada nikmat setelah sabar. Ada kemudahan setelah kesulitan. Yuk selesaikan satu-satu 😊

Jakarta,
Sudah berapa KG timbangan naik karena bahagia di rumah. 
Alhamdulillah..

Selasa, 24 Maret 2020

Duhai Corona


Dear corona,
Alhamdulillah wa syukurillah.
Rasanya baru kemarin semangat bergebu-gebu menuntut ilmu sampe ke kota sebelah,
Apakah sekarang Allah kasih jeda untuk berbagi yang sudah ada? 
Agar diri tidak terlanjur lupa, menguap ke udara, sia-sia sudah.
Ah benar saja, jeda dulu belajarnya sekarang praktekan manfaatnya.

Rasanya baru kemarin toko baju kami buka,
Menyambut banyak tamu pun belum pernah kami rasa,
Ujian sudah di depan mata,
Mungkinkah Allah ingin menguji keikhlasan kita?
Untuk apa kamu bersusah payah?
Apabila hanya untuk-Nya, gundah gulana hilang sudah,
Tutup saja, kita turuti pemimpin negeri kita, semoga membawa berokah.

Rasanya baru kemarin orang-orang mentertawaiku usia tua belum menikah,
Sekarang jangankan menikah, keluar rumah beli sayur saja susah,
Mau makan apa kita? apa saja yang ada rasanya nikmat sudah.
Apapun dimakannya asal tubuh kuat menangkal corona.

Rasanya baru kemarin menggantungkan tinggi cita-cita.
Ah mau kejar omset 100 juta.
Ah mau nikah sebelum ramadhan tiba.
Ah mau umroh sambil bulan madu enak juga.
Tapi daya manusia hanya berencana, Allah yang memutuskan segala.
Cita-cita akan tetap tergantung, sekarang saatnya merebut hati Sang Pencipta agar terwujud doa saat waktunya tiba.
Tenang saja, Allah punya rencana yang lebih indah.

Rasanya hanya keluh kesah yang mulai basahi bibir kita.
Dzikir abai, hati tak damai
Mulai menyalahkan musibah, jauh dari ibadah
Mungkin inilah hikmahnya,
wahai manusia, kecil sekali kita di bumi tercinta
sujudlah, rukuklah, memohonlah
Allah akan menjawab setiap doa dan pinta
Terus saja, sampai waktu terbaik tiba
InsyaAllah semua akan kembali sediakala.

Alhamdulillah.
Jakarta, H-30 Ramadjan 1441 H.
Semoga dalam sebulan ke depan, Allah cabut wabah corona dari negeri kita.
Aamiin.

Kamis, 27 Februari 2020

#Freewriting


Kamu Kuat !

4 year ago.
Rasanya begitu bahagia menatap langit. Biru yang meneduhkan pandangan dan putih yang menggambarkan keikhlasan. Bagi kami siang itu, di atas rerumputan hijau dan di bawah rindangannya pepohonan, langit tengah bercerita tentang suatu makna kehidupan. Yang baru hari ini, 4 tahun kemudian, aku memahami makna dibalik semuanya.

Now.
Kini aku mengerti.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa Pria adalah atap sebuah keluarga. Apabila atapnya bolong, bocor sudah rumah yang mereka huni, apalagi tanpa atap. Atap yang kokoh disertai penyangga yang kuat (Wanita) sangat dibutuhkan untuk membantu terwujudnya keutuhan dalam keluarga. Tentu atap yang diharapakan bukanlah atap yang panas dan kotor, melainkan teduh dan bersih, layaknya langit. 

Harapannya, seorang Laki-laki apalagi Ayah dapat menjadi tempat kedua setelah Allah untuk berlindung dari berbagai terik dan hujan. Menyejukkan, menenangkan, dan menjaga tanpa pamrih (ikhlas). Sehingga tidak ada sedikitpun sarang laba-laba yang mampu bertahan disana. Terlalu berharga untuk dibiarkan kotor begitu saja. 

Bagaimana jika langitnya mendung?
Ibarat sebuah atap yang mulai koyah, sering dilukai, terkena berbagai hujan dan badai. Maka adakalahnya hujan pun akan turun dari langit menebus atap yang compang camping. siapa yang akan bertanggung jawab? semua. semua penghuni dibawah atap akan saling bergotong royong memperbaikinya, menyembuhkan setiap lukanya. Tentu akan sangat dibutuhkan bagi si atap. dia tidak akan bisa pulih seorang diri. dia menerima setiap rangkulan kebaikan dari keluarganya.

Next.
Kapanpun Kamu akan menjadi sebuah atap.
Semoga kamu tetap kuat !
InsyaAllah kamu tidak sendiri.
Ada Allah yang berkhendak atas segala sesuatu.
Ada kami, keluarga kecilmu yang akan selalu memelukmu, membersamai dalam suka dan duka.
Yakinlah..

Bogor,
27 Feb 2020
Merindukan atap ?
Sudahkah kokoh untuk menjadi penyangga ?
Intropeksi diri !

Selasa, 11 Februari 2020

Antalogi Sastra

Aku malu mendoakanmu.

Aku malu untuk berbisik padaMu,
Tentang sebuah doa yang sudah lama tersimpan dalam kalbu.

Aku malu untuk bercerita padaMu,
Tentang seseorang yang pernah singgah dalam list doa harianku.

Aku malu untuk meminta padaMu,
Tentang sebuah nama yang aku harapkan menemui orangtuaku.

Aku malu sungguh malu.
Karena banyak dosa yang tidak sebanding dengan pintaku.

Aku malu, 
Karena bisa jadi, seseorang yang ku pinta bukanlah jodohku.

Lantas, 
Rasa malu membuatku semakin yakin,
bahwa kita cukup mendoa tanpa sebuah nama,
sebuah doa agar Allah selalu menjaga kita tetap berada dibawah Ridho-Nya.

Aku malu, lantas ku berbisik,
Allah...
Biarkan jodohku tidak perlu mengkhawatirkan jodohnya.
Karena jodoh, InsyaAllah tidak akan tertukar.

NB : Saat ini, mari khawatirkan tentang iman kita hari ini :")

#Freewriting


Bersemi : Setelah Kemarau dan Badai Menerpa

Siklus kehidupan ibarat roda waktu bagi sekuntum bunga di negara empat musim.
Adakalanya ia tampak cantik mempesona, tak lama kemudian gugur dihembus angin, kemudian tandus terabaikan.

Semua berawal dari waktu ia tumbuh, dari sebuah bibit, menjulang kokoh menguatkan akar, kemudian sejengkal demi sejengkal, tubuhnya meninggih gagah di bawah mentari. 

Dahan yang mulai rimbun membuat bayang yang bersahaja, begitu banyak manusia berteduh di sana, tertawa bahagia bersama keluarga tercinta, menjadi saksi sejarah silih bergantinya masa indah, hingga waktu yang mengerikan muncul jua.

Setiap makhluk memiliki waktu untuk hidup, begitupula mati. sudah sewajarnya ia menghargai nikmat yang berlimpah di waktu yang lalu. kini waktunya ia di uji, merasakan pahit getir kehidupan sesungguhnya, berat terasa satu demi satu dahannya mulai layu, kering, dan gugur diterpa angin. 

Hingga ranting, kering kerontang. dahaga tak tertahan, dingin yang menyiksa, dahan lebat itu adalah penghangat terbaik pada masanya. Kini, ia sendiri, terabaikan dan sepi. tidak ada satupun yang peduli betapa ia kedinginan, betapa ia merindukan masa sahajanya dahulu. ia hanya memiliki dua pilihan, syukur dan sabar. hingga waktu indah, bertandang menyapa.

Bersemi, begitu mereka menggaungkannya, dimana ia mulai tumbuh kembali, bahkan jauh lebih indah, bermekar bunga aneka warnanya. Ah.. kini segala jerih payahnya menahan perih dan sepi berubah menjadi bahagia tak bertepi. tapi kini ia sudah lebih mampu memaknai, dimana setiap diri akan merasakan peputaran waktu yang pasti.

Tumbuh, Bermekaran, Kemudian, Mati.