Rabu, 25 Januari 2017

Antalogi - Bahan Bakar Anak #1



EVERY CHILD HAS THE RIGHT to LIFE

(Gambar dari google)
Chilrend are all parents dream. Setiap anak adalah anugrah. Mereka adalah malaikat yang akan menjadi penghibur bagi kedua orangtua. Mereka adalah pelita di hati kedua orangtuanya. Mereka hidup, bergerak, berkembang dan tumbuh, serta menjelma menjadi manusia-manusia hebat saat ini. Anak-lah yang menjadi alasan, kami (para orangtua) bertahan dari segala guncangan rumah tangga. Anak juga yang akan menguatkan hati dan langkah kedua orangtua untuk tetap bekerja dalam keadaan apapun.

Children are all reasons. Tidak ada yang salah dari lahirnya seorang anak. Seharusnya orangtua harus siap secara lahir dan batin saat merencanakan untuk memiliki seorang anak. Sehingga bukan lagi menjadi alasan saat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup dengan sempurna. Apalagi ada istilahnya orangtua mentelantarkan anak, hanya karena anak dapat memberatkan segala aspek kehidupan mereka. Ada pepatah yang mengatakan bahwa Banyak anak-banyak rejeki. Itulah mengapa anak adalah alasan turunnya rahmat dan anugrah dari Allah.

Children need you.  Anak terlahir dalam keadaan fitrah. Suci dan bersih. Tidak membawa aib orangtuanya sedikitpun. Saat ia terlahir, tidak ada yang dapat dilakukannya selain menangis. Meminta bantuan dari malaikat penjaganya (orangtua). Anak manusia bukanlah anak hewan yang dapat hidup mandiri selepas dilahirkan. Ia adalah makhluk sosial. Sejak lahir sudah memulai membutuhkan bantuan oranglain. Ia diajarkan banyak hal. Ia berkembang dan tumbuh dengan kasih sayang. Ia menjadi apa dan siapa dengan bimbingan kedua orangtua. Ia tidak akan hidup seorang diri, karena ia membutuhkan kalian.

Child is everything. Tidak kah menjadi orangtua adalah sebuah impian? Tidak kah memiliki seorang anak adalah sebuah kebahagiaan terbesar? Jika demikian, anak adalah segalanya untukmu (dalam batas-batas agama). Ia hidup atas kesempatan yang  Allah berikan. Ia besar dan hebat memalui tangan-tangan luar biasa kedua orangtuanya. Ia ada atas doa-doa yang dipanjatkan oleh dua insan.

Karenanya, biarkan Ia hidup dengan sempurna. Tidak adalagi anak terlantar. Tidak ada lagi anak yang di eksploitasi. Tidak ada lagi anak yang mati karena kelaparan. Tidak ada lagi anak yang keterbelakangan mental karena ketidakpeduliaan orangtuanya. Tidak ada lagi
anak yang terpaksa di gugurkan. Karena Ia adalah bahan bakar negara ini. Semangatnya, kekuatannya, kecerdasannya, keahliaannya, karakternya, dan segala hal baik dalam dirinya adalah perhiasaan termahal negeri ini. Tidak kah kita harus menjaganya? Jika tidak, apakah negeri ini akan sanggup bertahan tanpa perannya?

Mari renungkan.

Seruput Impian




Bermimpi itu mengasyikkan. Layaknya kau sedang menyeruput secangkir kopi hitam hangat sambil ditemani orang yang kau cinta. Di bawah langit malam yang damai. Berhias bintang dan bermandikan cahaya bulan. Diringi melodi jangkrik yang saling bersahutan. Ah malam ini rasanya hanya kau berdua yang bahagia. 

Begitu juga dengan bermimpi. Membayangkan mimpi-mimpi besar yang tidak pernah kau fikirkan sebelumnya. Kadang mimpi itu di luar nalar manusia. Di luar kuasa si empunya mimpi. Namun dia tetap saja bermimpi. Memangkas habis rasa ragu dalm dirinya. Ia yakin bahwa ada kuasa lain yang akan membantunya. Kuasa yang lebih besar daripada perhiasan dunia dan seisinya. Yah..Kuasa Allah SWT.

Tidak kah kau pernah merasa bahagia saat impian itu tercapai? Padahal sudah berkali-kali orang disekitar mu mencemooh mimpimu. Tidak realistis lah. Tidak masuk akal lah. Terlalu banyak bermimpi kau bisa gila nantinya. Memang begitu fungsi mereka di ciptakan oleh Allah. Merekalah yang akan membuatmu semakin berapi-api untuk membuktikan semuanya. Jika tanpa caci maki dan hujatan, mungkin kau akan bermalas-malasan hari ini. Hari esok. Dan seterusnya.

Lantas tidak ada salahnya toh bermimpi? Memang mimpi mencapai bulan bagi Neil Amstrong bukanlah hal yang tidak masuk akal? Mungkin pada jamannya dulu yang tidak ada teknologi canggih seperti hari ini, tentulah mimpi Neil Amstrong akan membuat semua orang terbahak-bahak. Sesuatu yang tidak mungkin di gapai oleh manusia biasa seperti kita. Tapi jika saat itu, Neil Amstrong menyerah begitu saja, membuang jauh-jauh mimpinya. Mungkin tidak akan ada orang yang dapat membuktikan indahnya ciptaan Allah di bulan sana. Dan saat ini, mungkin ada banyak orang yang terinspirasi untuk sampai ke bulan seperti dirinya. 

Begitulah mimpi. Kau akan terbawa untuk sekedar merasakan sensasi kopi hitam yang kau telan hangat-hangat. Membayangkannya terbang dalam kedamaian malam yang cerah. Tidak ada yang mampu mengganggumu kecuali dirimu sendiri. Silahkan bermimpi. Bawa dirimu melampaui batas-batas ketidakmampuan diri. Buat dirimu menjadi orang yang luar biasa. Maka tentu, kau pun harus memiliki mimpi yang luar biasa juga.

Karena orang hebat lahir,
Dari mimpi-mimpi yang habat.
(Al_izzah)

Minggu, 22 Januari 2017

Request #3


Teruntuk ;
(dari aku yang merindukanmu)  
Adakalanya seseorang tidak mampu mengungkapkan apa yang dia rasa. Tentang sedih, kecewa, marah, bahkan bahagia sekalipun. Tak ada yang salah dengan itu. Mungkin hanya kosa kata kita yang tidak cukup untuk menterjemahkannya. Atau mungkin hati kita tidak sanggup menangkap sinyal-sinyal rasa dari wajahnya. Cukuplah menatapnya lekat-lekat, mungkin kau akan menemui sesuatu yang kau cari.

Begitupun aku. Sejenak aku putar kembali memori tentang kita. Tentang waktu yang kita habiskan bersama. Sekedar bercerita, sekedar bergurau senda. Tentang senja yang menjadi saksi pertengkaran kecil kita. Tentang lingkaran yang selalu mengingatkan kita. Tentang kios-kios kaki lima yang kita jajaki untuk sekedar makan bersama. Tentang bangku besi dingin itu yang mulai bosan kita hangatkan. Tentang surau sederhana tempat kita melakukan segalanya. Terlalu banyak cerita. Terlalu  indah dirasa.

Aku kira. Pertemuan kita bukanlah awal dari sebuah perpisahan.  Tidak melulu semua akan berakhir di dunia. Adakalanya sesuatu itu akan abadi hingga di surga. Begitupun kita. Karena ukhuwah ini akan memberi kita tempat terindah nantinya. Menara-menara cahaya yang berkelap-kelip. Keindahannya membuat para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam cemburu padanya. Menara cahaya tempat hati-hati para hamba Allah menyatu dalam ikatan persaudaraan karena-Nya.


Itulah yang membuatku hingga detik ini aku tak mampu mendefiniskan dengan pasti apa yang ku rasakan. Rasa nyaman saat aku bersamamu. Rasa lega saat aku mampu menceritakan segalanya padamu. Rasa hangat saat kau memeluk luka-luka di hatiku. Rasa tenang saat kau menasehatiku. Rasa gembira saat kita saling mengingatkan. Rasa bahagia sebagai wujud terimakasihku pada Allah. Atas anugrah yang telah diberikan. Atas pertemuan yang dikhendaki-Nya. 

Sebait lagu terngiang dalam ingatan,
Bukankah hati kita telah menyatu
Dalam tali kisah persahabatan Ilahi.
(Edcoustic – Sebiru Hari Ini)

Teruntuk saudara seiman,
Teruntuk adik tersayang
Teruntuk sahabat terbaik
Teruntuk kakak tersabar
Teruntuk kamu yang membersamaiku dalam jalan ini.

Salmaa Dillah Ikbaar

Semoga Allah selalu melindungimu.


Sabtu, 21 Januari 2017

Request #2

[R I N D U]


Rindu temaram sore itu.
Pada perbatasan antara dermaga dan gagahnya layar.
Pada garis pantai yang membelah sang surya.
Pada debur ombak yang membentur karang.
Pada semburat senja yang mengabarkan duka.

Rindu tenggelam malam itu.
Menelan utuh cahaya putih berkilauan.
Yang ada hanya purnama berselimut awan hitam.
Yang ada hanya bintang mengintip malu dari balik singgasana.
Menutup malam yang menggigil, menghembuskan dinginnya rindu.

Rindu bahkan tak pernah hadir kembali.
Bersama fajar yang menghapus duka.
Bersama kicau burung penghibur jiwa.
Bersama waktu yang hadir di antara kita.

Rindu bahkan tidak pernah ingin pergi.
Karena ia mungkin telah lupa cara tuk pulang.
Atau ia takut kehilangan deretan cerita.
Bahkan ia masih berharap kau kembali singgah.

Rindu tidak akan meninggalkan ku disini
Rindu tidak akan memintamu kembali
Rindu hanya ingin tahu, apakah rumahnya masih seperti dulu.

Rindu,
Bogor, 06 November 2016