Kamis, 21 April 2016

Hari KARTINI adalah Hari KITA

Gambar 1. Kartini's Quotes dari google
Hari Kartini..
Hari ini bukan hanya milik almarhumah Raden Ajeng Kartini,
tapi hari ini adalah milik kita as perempuan.
Bangga ya punya hari khusus dalam 340an hari dalam setahun.

Kenapa perempuan di istimewakan?
atau dalam Islam, perempuan sangat dimuliakan, terkhusus seorang ibu.

The First, perempuan adalah mutiara yang terpendam *ceileh*
itu mengapa kita di wajibkan menutup aurat gais.
kecuali jika mutiara itu memang tidak mau dilindungi keberadaannya.

Terus, perempuan adalah 'madrasatul 'ula' artinya madrasah pertama bagi anak-anak kita kelak. terkhusus perempuan yang telah menyandang gelar Ibu. Kita lah calon pendidik generasi-generasi penerus bangsa nantinya.

Khusus ibu lagi nih, ada dibawah telapak kaki ibu loh, salah satu pintu surgaNya Allah. betapa istimewanya perempuan dan betapa mulianya seorang ibu.

dan masih banyak lagi.. itu yang diatas yang emang ngtrend aja. kalian juga pasti udah tau. dan artinya, saya disini hanya kembali mengingatkan. agar kita semangat menjadi perempuan as mutiara terpendam, perempuan yang cerdas, dan sosok ibu yang luar biasa kelak.

wait.. ternyata dari semua kemuliaan perempuan, kebanyakan ketika kita sudah menjadi seorang ibu.
uhuk.. karena belum menjadi ibu, maka mari muliakan ibu-ibu kita dirumah..

kesimpulan dari tulisan ini adalah..
Selamat Hari Kartini
Selamat Hari Perempuan (kaya nya buatan sendiri) ^^

Salam dari 
Perempuan Indonesia
Calon Ibu Luar Biasa
Umi Azizah M (Al_Izzah)

BUKAN Diam itu Emas

Gambar 1. Menutup mulut


Bukan DIAM itu EMAS

                          Siang ini matahari bersinar lebih gagah. Panas membuat baju basah kuyup oleh keringat. Hawa panas pun membuat tenggorokan dan bibir terasa kering. Satu dua orang berusaha menormalkan suhu badan dengan membeli minuman dingin. Tapi sayang, banyak dari penumpang angkutan umum yang membuang sampah sembarang  melalui jendela atau pun di bawah kursi  mereka. Selain itu, asap rokok mengepul dari balik kemudi sang supir sedangkan di kursi sebelahnya duduk seorang ibu dengan anak balitanya. Suasana angkutan umum begitu sesak. Panas semakin terasa merasuk kedalam hati. Namun, saya hanya terdiam di pojok angkutan umum, sembari banyak beristigfar.  Memilih hanya diam dan memendam rasa kesal. Padahal saya tahu, jika perbuatan mereka tentu bukanlah perbuatan yang baik bagi lingkungan dan orang lain.

******
                          Kondisi di atas adalah fenomena yang sering terjadi di kalangan para dai dan aktivis dakwah. Banyak dari kita yang lebih memilih menjauhi konflik daripada kita sedikit terlibat untuk sekadar mengingatkan. Banyak juga dari kita yang tahu bahwa perbuatan saudara kita itu salah, namun kita memilih diam sambil memendam rasa kecewa. Banyak juga dari kita yang melihat kemungkaran di depan mata, namun kita lebih memilih zona nyaman, tidak mau ambil pusing atau bahkan sedikit memberi  saran.  Apakah seperti itu makna Diam adalah Emas?

                           Rasululullah SAW selalu mengingatkan kita untuk menjaga lisan. Lisan adalah senjata bagi setiap orang. Dengan lisan kita dapat melukai namun dapat pula mengobati. Menjaga lisan bukan berarti membiarkannya terkunci mati, melainkan menggunakannya dengan sangat bijak. Seperti yang disampaikan oleh tauladan langit kita, Rasulullah SAW, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).

                          Berkatalah yang baik, jika kau tidak mampu berkata baik, maka diamlah.
Itulah makna sebanarnya Diam adalah Emas. Mengingatkan dengan cara yang baik, memberi saran dengan cara yang baik, berdebat jika dibutuhkan dengan cara yang baik adalah cara kita menjaga lisan. Maka jika hanya sekadar ingin mencaci-maki orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, meng-ghibahkan orang lain, diam adalah pilihan terbaik untuk menghindarinya.  

                          Ami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Tidak ada perkataan yang bersifat pertengahan antara bicara dan diam. Yang ada, suatu ucapan boleh jadi adalah kebaikan sehingga kita pun diperintahkan untuk mengatakannya. Boleh jadi suatu ucapan mengandung kejelekan sehingga kita diperintahkan untuk diam.”

                          Diam bukanlah Emas saat kebaikan yang seharusnya tersampaikan terhambat oleh rasa enggan (apatis) dan rasa kecewa yang medalam. Maka berkatalah yang baik untuk mengubah kemungkaran dan mengajak kepada kebaikan. (Al_Izzah)

Alhamdulillah, artikel berkesempatan tampil dalam :
Website resmi Cordofa Dompet Dhuafa ( http://cordofa.org/bukan-diam-itu-emas/#sthash.hp4H9t3N.dpbs )
Dan Website resmi LDK AL-HURRIYYAH IPB : (http://alhurriyyah.lk.ipb.ac.id/2016/04/bukan-diam-itu-emas/)

semoga bermanfaat..


Rabu, 06 April 2016

Pesona Pelangi tanpa Hujan

Gambar 6. Langit Masji Al-Hurriyyah IPB dan pelangi di siang hari


Seindah rembulan kala malam.
Ternyata tak kala indah saat ada rembulan di langit siang.

Seindah pelangi setelah hujan.
Ternyata tetaplah indah meski hujan tak menemaninya.

Seindah syukur saat bahagia menyapa.
Ternyata dada semakin lapang saat syukur di segala keadaan.

Begitulah..
Tak melulu ada udang dibalik batu.
Tak melulu ada seseorang untuk di rindu.
Allah selalu tau segala isi hatimu.

Bogor, 2015-2016

Backpaker ke Ragunan 2014

Gambar 3 . Orang utan di Ragunan Jakarta




Gambar 4. Rusa di Ragunan Jakarta

Adik yang dirindukan

Gambar 2. Adik kecilku lagi berenang
Sempat ku ingin merobek sejarah
Saat waktu mencoba mengajari makna berbagi

Sempat ku ingin mengulang masa
Saat lara mengajarkan ku kesabaran

Sempat ku hendak berlari
Meninggalkan jejak yang tak ingin ku mengerti
Aku mau.. aku saja yang disini.
Aku seorang yang kalian bagikan kasih dan sayang

Namun..
Allah ingin, Aku bahagia
KaruniaNya terlalu besar untuk ku sesali
Hadirnya terlalu indah untuk ku pungkiri
Adikku.. akhirnya kita dipertemukan kembali

Ancol, 2014
salam untuk kamu yang di Pekanbaru Riau, 2016

Mini Cafe

Gambar 1. Kafe kecil di tengah jembatan Pantai Ancol

Perjalanan tidak akan ramai jika seorang diri.
Sepi ditengah keramaian.
Sedih ditengah kebahagiaan.

Mari sejenak merangkul kembali kenangan.
Agar ramai tercipta dalam buai kebersamaan.

Ancol, 2014

Jumat, 01 April 2016

Nasehat dan Teguran : Dari Siapa?

(Gambar 1. Dua danbo bersahabat)


Nasehat dan Teguran : Dari Siapa?

“...kecuali orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya metaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 3)

Begitulah hakikatnya saat kita memiliki saudara. Saling mengingatkan dan menasehati adalah suatu keharusan. Bahkan Rasulullah SAW berkata dalam suatu hadist bahwa mendapatkan nasihat adalah hak setiap muslim. Maka berikanlah nasihat kepada saudara kita jika mereka memintanya. 

Nasehat adalah hikmah yang bisa kita ambil dari sekeliling kita termasuk apa yang saudara kita ingatkan saat kita lalai atau futur. Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa manusia tidak pernah terlepas dari dosa kecuali para Nabi dan Rasul. Kita juga tidak mungkin bercermin sendiri dan menilai diri sendiri. Kadang kala, lemahnya iman malah menutup cermin tersebut dan kita selalu menganggap diri ini benar tanpa ingin disalahkan.

Nasihat dalam teguran bukanlah hal yang berbeda. Kadang kita merasa kesal, marah, dan malu saat ditegur. Kita merasa tidak akan lagi bertemu dan berkata oleh orang yang menegur kita. Begitulah perasaan yang akan timbul, jika nasehat disampaikan dengan cara yang kurang tepat. Saat keinginan untuk mengingatkan dipandang sebagai cacian dan makian. Wahai kawan, tahan dulu! Niat saudaramu hanya ingin kau menjadi lebih baik.

Terkadang kita lupa bahwa setiap hal kecil di dunia ini tak pernah luput dari kuasa Allah. Begitupula dengan setiap kata yang keluar dari lisan saudaramu bukanlah suatu kebetulan. Bukan juga hanya sekedar melepas emosi didalam dada. Sungguh, Allah selalu memberikan hikmah bagi hamba-hambaNya yang ingin mengambil hikmah itu.

“Kalimat hikmah itu adalah suatu yang hilang dari seorang mukmin, maka dimana saja ia mendapatkannya maka ia lebih berhak atasnya.”  

Setiap teguran dan nasehat merupakan apa yang hendak Allah sampaikan kepada kita. Terkadang kita terlalu disulut emosi, hingga akhirnya kita merasa tidak suka dengan si dia yang berusaha mengingatkan atau menegur kita. Bisa jadi, lewat teguran itu, Allah hendak sampaikan sesuatu hikmah untuk diri ini. Ada sikap dan prilaku yang mungkin harus kita perbaiki lagi sebagai seorang hamba yang ihsan. Allah ingin, agar kita bisa meminimalisir segala lalai dan khilaf.
Betapa sayang Allah padamu..

Bukti sayangnya adalah dengan selalu memperbaiki mu lewat teguran dan nasehat saudara-saudaramu. Betapa Ia ingin bertemu dengan mu, dalam keadaan terbaikmu. Dalam keadaan diri ini menjadi hamba-Nya yang sabar dan ikhlas dengan segala ujian yang ada. Maka bersabarlah dengan teguran dan nasehat saudaramu, serta perbaikilah diri ini sebelum Allah benar-benar merindukanmu untuk kembali pulang.  (Al_Izzah)

Celotehan DUA : IKK

(Gambar 1. foto di bawah tulisan IKK)


IKK : Family is Everything
(Celotehan anak ingusan)

I will tell you something?!
Ssstt.. cukup kamu aja yang tau yaaa..

Mahasiswa IKK atau nama kerennya Family and Consumer Science. Apa itu? banyak orang yang bahkan gak pernah denger kata-kata IKK atau nama jurusan keren ini dikampus mereka. Iyalah.. orang Cuma satu-satunya di IPB. bukan itu tujuan tulisan ini dibuat.. haha oke.
Family and Consumer Science adalah ilmu yang berkutat dalam ruang lingkup keluarga dan pola konsumsi keluarga. Kajian tentang keluarga dan prilaku konsumen yang berbasis keilmuan dan riset. Dari pernyataan ini aku baru sadar bahwa kita menelusuri kehidupan keluarga dari pucuk daun hingga ke akar pohon.

Jika kalian tahu, mengapa harus keluarga yang menjadi objek pertama dalam mata kuliah ini? Maka kalian akan sangat setuju bahwa mata kuliah IKK wajib di pelajari setiap orang. Family is smallest unit  in society. Artinya sebelum sampai ke masyarakat, maka keluarga lah yang harus terlebih dahulu di perhatikan. Jangan sampai seperti pepatahGajah depan mata tidak terlihat, tapi semut diujung jalan terlihat jelas.”  Yup.. like an elephent. Keluarga sesungguhnya adalah suatu perkara yang besar dan harus benar-benar diperhatikan. Masyarakat bagaikan praktek lapang saat para anggota keluarga benar-benar matang dan terdidik dengan baik.

Dunia modern saat ini memberikan efek besar terhadap kehidupan para keluarga baru atau para keluarga yang bermetamorfosa dari keluarga tradisional menuju keluarga modern. Bagus memang, saat banyak keluarga akhirnya memiliki banyak informasi terkait ilmu-ilmu keluarga. Seperti pengasuhan anak, ketahanan keluarga, gender harmonis, dan lain sebagainyan. Namun beberapa dari keluarga yang lain, jika kita perhatikan dengan perasaan yang peka, maka akan kita temukan kenyataan bahwa ada sejumlah keluarga yang terseret arus gelobal. Sejumlah keluarga itu mulai merasakan bahwa hidup di dunia ini begitu mahal, hingga akhirnya banyak mereka yang merasa perlu mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak tanggung-tanggung, bahkan kedua orang tua nya lah yang turut bekerja, hingga akhirnya anak tidak diperhatikan dengan baik.

Tidak kalah menarik, banyak sejumlah keluarga yang turut merasakan bahwa negara pun butuh asuhan selain anak-anak mereka. Hingga akhirnya mereka berlomba-lomba mengejar tahta dan kuasa, mengurusi urusan negara dari pagi hingga malam, sibuk keluar masuk kota yang berbeda dengan alasan memenuhi panggilan rakyatnya. Tidak salah memang, itu adalah tugas mulia, bahkan ladang amal yang sangat berlimpah. But.. ada mutiara di dalam rumah yang tidak terurus dengan baik, tidak terawasi dengan jeli, dan bahkan hingga lupa ditanya kabarnya. Meskipun mereka sudah besar, tetap anak adalah aset berharga suatu bangsa yang nantinya akan meneruskan perjuangan panjang ibu-bapaknya.

Terkadang saya suka merasa miris melihat mahasiswa lain diluar jurusan kami memandang sebelah mata jurusan ini. Padahal kunci dari sebuah negara sesungguhnya kami yang tau. Bagaimana cara memperbaikinya, merawatnya, mempertahankannya, hingga sandi-sandi nya.  Seorang presidenpun berasal dari keluarga yang mendidik dengan baik, mendidiknya untuk memiliki jiwa seorang presiden sejak dini. Tak heran, banyak orang hebat yang merasa bahwa keluarga sangatlah berperan penting.
Maka..

Tak ada yang kecil di dunia ini.
yang ada hanya persepsi yang dibatasi pengetahuan yang kurang.

Salam cinta,
Mahasiswa IKK semester 4
(Al_izzah)