Sabtu, 25 Januari 2014

AM 2 - `` Wanita Penghuni Surga ``


Wanita Penghuni Surga
Wahai hawa..
Kau lah makhluk yang paling special,
paling Allah sayang,
paling Allah utamakan,

percayalah..
bidadari-bidadari surga sana pun, bisa cemburu pada mu.
Pada usaha mu, menjadi mutiara yang cantik di tengah lautan hitam (dunia).
Allah telah menjadikan mu permata dunia, dan bidadari di surga-Nya.

Kisah Wanita penghuni surga..

Kisah Wanita berkuliat Hitam

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.

Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.”
Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.


Kisah Muthi’ah

Fatimah, yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ” Ya Rasulullah, siapakah gerangan selain Ummul Mu’minin, wanita pertama yang masuk Surga ?” Rasulullah menjawab, ” Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui siapa wanita yang pertama masuk surga nanti selain Ummul Mu’minin, Mutiah-lah orangnya.”
“Siapakah Mutiah itu, ya Rasulullah ?” tanya Fatimah. rasanya nama itu asing bagiku. Karena aku bukan hanya ingin tahu, tapi juga ingin bertemu dengannya. Dimanakah ia berada ?”

“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait..”
Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa ‘alaikassalaam War. Wab….. Man anti …. Siapakah diluar?” lanjutnya bertanya..
Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.”
“Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”
Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki – lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun), maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali…. maka terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu,
“Ada apa gerangan wahai Mutiah….kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu…. apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahmi kepadamu ?”
Mutiah dari balik pintu dalam rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi… bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku, akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki – lakimu Hasan yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki – laki kerumahnya ketika suaminya tidak ada dirumah dan tanpa ijin suaminya.
Walaupun Hasan anakmu masih kecil tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah.kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”
Tersentaklah Fatimah Az Zahra mendengarkan kata – kata wanita mulia ini bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.
Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. yang akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Hesein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.
Namun ketika berada didepan rumah Mutiah maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.
Semakin galau hati Fatimah memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.
Pada hari yang ketiga kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang kerumah Mutiah pada sore hari. namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangakan dia karena kagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona….
Dalam kondisi seperti itu Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap – siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi. sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah.. jadikanlah istri – istri kami seperti Mutiah.
Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah dan pada hari yang ke empat, Fatimah Az Zahra datang kembali kerumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada dirumah atau sudah pulang dari kerja dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang suami Mutiah baru saja sampai dirumah pulang dari kerja.

Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya kerumahnya.. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibandingan dengan yang didapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi, Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya, Subhanallah, stumma Subhanallah..
Selesai memandikan saminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian, Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan Mutiah masuk kedalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.
Wahai suamiku.. seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu, sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku..

(MasyaAllah…)

Tanpa bertanya apa – apa Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW ketika bertanya siapa wanita yang pertama masuk syurga setalah para istri Nabi yaitu Mutiah.
Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang SHOLIHAH seperti yang ada pada diri MUTIAH yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki syurga Allah SWT.

“….. Seorang tidak dianggap menyempurnakan kewajibannya kepada Allah, sehingga ia menyempurnakan seluruh kewajibannya kepada suaminya”. (HR. Thabarani)

Menjadi Wanita Ahli Surga

Tidaklah hanya kaum adam yang akan memasuki surga, para kaum hawa pun juga akan merasakan kenikmatan yang diberikan di surga.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
” … dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’: 13).

Berikut 19 ciri-ciri wanita ahli Surga adalah:

1. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah Subhanallahu wa Ta’ala, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu
2. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, tawakkal kepada-Nya, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah Subhanallahu wa Ta’ala, mengharap rahmat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah Subhanallahu wa Ta’ala serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
3. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala seakan-akan melihat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, jika dia tidak dapat melihat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, dia meyakini bahwa Allah Subhanallahu wa Ta’ala melihat dirinya.
4. Beriman kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
5. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah Subhanallahu wa Ta’ala ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala semata.
6. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, suka berderma, menjaga diri dari meminta-minta, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
7. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.Bertakwa.
8. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
9. Taat kepada suami (dalam hal ma’ruf/kebaikan)
10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
11. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
12. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
14. Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan islami. Menundukkan pandangan
15. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk
16. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
17. Menutup aurat dan menjaga kehormatan dirinya.
18. Berbakti kepada kedua orang tua.
19. Menundukkan pandangan

untuk ku, untuk mu dan untuk kita semua.
semoga kita bisa menjadi wanita-wanita penghuni surga nantinya. Aamiin O:)

Wallahualam bishiwab
Sumber : artikel kami yang berjudul “19 Ciri – Ciri Wanita Ahli Surga “
Search google

Kamis, 23 Januari 2014

AM (about Muslimah) 1 - `Aurat dan Pakaian Wanita`



AURAT dan PAKAIAN


“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah.” (HR.Muslim)
Maukah kita menjadi perhiasan terindah itu?


Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam.,
“ Ada dua golongan ahli neraka yang aku pernah melihatnya, yaitu : (1)kaum lelaki memegang cemeti bagaikan ekor sapi di pukulkan pada orang lain, dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak bisa masuk surga dan tidak bisa merasakan baunya, pdahal bau surga itu sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian, sekian.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Perintah Menutup Aurat
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur : 31)

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al’araf : 26)
Batasan Aurat
1. Batasan aurat pria : Mulai dari paha, pusar dan lutut
2. Batasan aurat perempuan : seluruh tubuh yang biasa nampak kecuali muka dan telapak tangan.
Telah berkata Aisyah ra., “Sesungguhnya Asma’ binti Abi Bakar pernah datang menghadap Nabi shallahu ‘alaihi wasallam. Dengan berpakaian tipis, hingga mneyebabkan Rasulullah membuang muka (berpaling) darinya, seraya bersabda, ‘Hai Asma’! Sesungguhnya seorang perempuan apabila telah cukup umur (baligh) tidak boleh dilihat dia kecuali ini dan itu. ‘Beliau mengisyaratkan kepada muka dan kedua tangannya (sampai pergelangan).” (HR.Abu Dawud)
Mahram Kita
“Janganlah lelaki melihat aurat lelaki lain, dan perempuan melihat aurat perempuan lain. Dan janganlah lelaki tidur satu selimut dengan lelaki lain, dan perempuan tidur satu selimut dengan perempuan lain.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan At-Tarmidzi)

Buka QS. An-Nur : 31
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa, mahram kita adalah :
1. Suami
2. Ayah termasuk kedalamnya Ayah kandung, kakek, uyut, dan seterusnya kegenarasi atasnya.
3. Bapak dari suami (mertua) termasuk kakeknya, dan terus keatasnya.
4. Anak kandung
5. Anak suami termasuk cucu dan terus kebawahnya
6. Saudara laki-laki, baik kandung, saudara yg hanya seayah maupun seibu.
7. Anak dari saudara laki-laki maupuin perempuan, yang sekandung, seayah maupun seibu, terus kebawahnya sampai cucu.
8. Perempuan-perempuan mereka (perempuan Islam)
9. Budah yang mereka miliki baik lelaki maupun perempuan (tetapi budak hanya ada pada jaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam)
10. Pelayan laki-laki yang sudah tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, yaitu laki-laki yang lemah akal, linglung, bodoh, lanjut usia yang tidak mempunyai rasa apa-apa terhadap wanita.
11. Anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita
12. Saudara laki-laki sesusuan
13. Paman, baik dari pihak ayah maupun ibu
Perintah Jilbab
Ada pada QS. An-Nur : 30-31 dan QS. Al-Ahzab : 59
Sungguh, jilbab ini adalah perintah yang Allah turunkan langsung melalui Al-qur’an. Ini bukan sunnah, bukan juga sekedar tradisi-tradisi orang-orang Islam jaman sekarang yang hanya menjadi kan jilbab sebagai trand masa kini, mode-mode jahiliyah yang berjilbab namun sejatinya telanjang.
Allah menurunkan aturan agar para muslimah memakai jilbab, tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar mereka lebih terjaga! Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa cara berpakaian yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliyah serta budak-budak perempuan. Mujahi (ialah seorang ulama ahli tafsir) menafsirkan, pada waktu itu jika para wanita muslimah itu memakai jilbab, maka orang-orang jahat langsung tahu bahwa wanita itu merdeka (atau bukan budak), sehingga mereka tidak diganggu.
Jilbab dan Pakaian yang menurut Syariat
1. Menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
“... Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nie ; 31)
2. Jilbab tidak transparan/tipis dan menggambarkan apa yang ada dibaliknya.
3. Tidak boleh ketat dan menonjolkan bagian-bagian kepala atau Longgar dan menutupi lekuk-lekuk tubuh.
4. Tidak menyerupai laki-laki
Maka berkatalah Abdullah, “Pernah aku mendengar Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, ‘Bukanlah dari golongan kami wanita yang menyerupai laki-laki).’” (HR. Ahmad)

“Dan dari Abu Hurairah ra., bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wasallam. Mengutuk laki-laki yang berpakaian seperti perempuan dan wanita yang berpakaian seperti laki-laki.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, hadis ini sanad nya shahih)
5. Tidak berwarna mencolok dan bermotif mencolok
“Dari Abdullah bin ‘Amr, berkata: Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Pernah melihatku memakai dua baju celupan ushfur (berwarna kuning emas). Maka sabda beliau, ‘Sesungguhnya ini termasuk pakaian orang-orang kafir maka jangan kamu pakai.”’ (HR. Ahmad, Muslim, An-Nasa’i)
6. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
yang dimaksud adalah tidak boleh bertabaruj ((QS. Al-Ahzab : 33, An-Nur : 31)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tiak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 36)
Keuntungan mematuhi perintah Allah ada pada QS. Al-ahzab : 35

Wallahualam bishowab.
Semoga Allah selalu membimbing kita menuju jalan yang benar. Aamiin Allahumma Aamiin
Sumber :
- buku : How to be a True Moeslim Girl
-google search

DEAR ANFA – Kado Terakhir untuk Sahabat ku –


DEAR ANFA
(Kado Terakhir untuk Sahabat ku)

Dear Anfa..

Anfa ku sayang, bagimana kabarmu? Dan kabar kuliah mu disana?

Semoga selalu sehat wal-afiat dandi lancarkan segala urusan kuliah mu. (Aamiin O:))

Tak terasa yah fa, sudah 1 tahunkita tak bersua. Padahal kita masih berada di satu kota yang sama hanya saja dunia baru kita mebuat sekat yang lebih kuat.

Anfa.. aku merindukan mu,merindukan ukhuwah kita di masa-masa SMA dulu. Tau kah kamu fa? Hampir setiap malam belakangan ini aku nangis kalo inget semua tentang kita. Entahlah.. ada halapa yang membuat aku sangat merindukan mu.

Sahabat ku tersayang..
Jika ada waktu nanti, InsyaAllah aku kan nginep di rumah mu. Aku ingin mendengar ribuan kisah tentang dunia baru mu. Pasti menyenangkan mendengar nya. Aku akan hadir di hari yang istimewa untuk mu. Tunggu aku yah fa.
Aku harap kamu membalas ribuan ke rinduan ini dan memberikan kabar baik untukku..

Dari sahabat yang merindukan mu.

Khaulah

Berkali-kali Khaulah buka danberulan-ulang dia pastikan anfa membalas e-mail yang telah sebulan lalu di kirimnya.Entah mengapa sampai hari ini dia belum sedikit pun menyentuh surat itu. “Adaapa dengan mu fa?” lirih nya dalam hati. Dengan penuh rasa kecewa Khaulah hanyamengela nafas panjang dan menutu laptop nya dengan ribuan harapan nanti malam atau besok atau lusa, ia mausedikit saja membalas semua kerinduan itu. Ah.. si Sabar Khaulah terlalumerindukan nya.

***

Senja yang temaram membuat langit begitu anggun dengan jingga nya. Sore yang indah dengan ribuan perasaan yang terpendam. Rasa lelah, suntuk, kecewa, bingung, cemas dan kerinduan menjadisatu kesatuan. Yah.. persis dengan senja kali ini, ribuan rasa yang di kandung sang langit membuat nya begitu indah bukan malah meperburuk oase jingga di atas sana. Seharusnya manusia pun seperti itu. Hal yang selalu Khaulah pelajari darisi cantik Anfa, “beribu perasaan yang kita kandung bukan membuat kita membisu dan lusuh melainkan menjadikan kita kuat dan kembali bersemangat menyambut masalah yang lebih besar. Yakin lah kita pasti bisa melewati ini semua!!” Serunya penuh semangat tepat setengah tahun yang lalu. Kata-kata penuh semangat yang ia lontarkan saat ratusan jiwa bahkan jutaan jiwa menggigil ketakukan menghadapi Ujian Nasional, tapi bagi Anfa, Tidak ada alasan untuk takut.

“ tut... tut... tut...”
Getar hanphone jadul yang masih terlihat baru itu membuyarkan semua lamunan Khaulah. Senja masih menemaninya di sudut taman kampus ternama ini.
“Assalamualaikum.. Halo ini Khaulah?.” Sapaan yang begitu lembut di lontarkanoleh seorang wanita di sebrang sana.
“Waalaikumussalam.. iyah ini aku, Maaf ini siapa?.” Balas nya penuh keraguan karna di layar hanphone jadulnya, nomer ini tak memiliki nama, “siapakah gerangan? Suara nya begitu femiliar.. apakah ini??” hati Kahulah berdegub kencang dan..
“Anfa la.. Maaf yah khaulah sayang aku belum sempat balas email mu.Alhamdulillah Allah masih berikan ku waktu yang cukup untuk menyapa mu.. kamu apa kabar sahabat terbaik ku?”suara itu tidak lembut, tapi seperti begitu lemah.“Alhamdulillah aku baik Anfa. Ada apa dengan mu fa? Kamu terdengar berbeda?”tanya nya penuh kehati-hatiaan. Yah.. Anfa mengerti tentang pertanyaan itu danjawaban atasnya, tapi dia masih seperti yang dulu. Begitu tertutup.
“ Aku baik khaulah. Suara ku memang lagi serak saja. sudah dulu yah fa, adadosen ku masuk. Wassalamualaikum. Aku merindukan mu juga Khaulah.” “Wa waalaikumussalam.”
“tut.. tut.. tut..” belum sempat salamdan kerinduan itu di balas, suara di sebrang sana telah di putuskan. Seketika bibir khaulah membisu, mematung tanpa sedikit pun berkedip, hanphone itu masih tepat berada di sebelah kanan telinga nya. Semilir angin senja membuat suasana hatinya semakin meleleh hingga tanpa sadar berlian air mata yang biasa nyajatuh di sepertiga malam, kini jatuh di penghujung senja. Masih di sudut taman kampus, sendirian.


***

Pagi ini mentari menyapa penuh kehangatan. Ah seperti membawa kabar baik untuk Khaulah. Kabar baik untuk semua rencana nya hari ini. Rencana kecil untuk mewujudkan kebahagian sahabat nya.Mulai dari pulang kampus nanti, dia ingin memborong semua keperluan untukkejutan dua hari lagi untuk Anfa, kejutan kecil namun yang teristimewa. Maklumsaja, Khaulah yang begitu perhatian dengan sahabat nya itu selalu punya hal-halyang membuat Anfa tersenyum bahagia.

Benar saja, sepanjang jam kewarganegaraan tadi, Khaulah tak henti-hentinya memikirkan akan ke toko mana saja untuk membeli semua keperluan nya. Sangking semangat nya, ia mencatat detail-detail toko-toko di sepanjang jalanan kampusdan mencatat detail-detail pula apa yang akan di beli nya. Tapi Alhasil, mau dicatat pun tetap saja hampir semua toko di sepenjang jalan kampus satu persatu di satroni oleh Khaulah. Entah sebanyak apa barang-barang yang akan dia beli. Lihat saja, di tangan kiri telah menjinjing buku-buku kesukaan nya (maklum sedang bazar, jadi tidak ada kata menunda untuk mebeli buku-buku karangan Darwis Tere Liye kesukaan nya) dan satuhal yang tak pernah dia lupa dengan tujuannya hari ini, yah.. tepat sekali, ditangan sebelah kanan nya telah penuh dengan beban kebahagian untuk sahabat tercinta nya Anfa. Dari mulai semua bahan-bahan membuat kue bolu, jilbab berwarna biru kesukaan Anfa dan satu benda kesukaan Anfa yang sampai hari ini belum mampu ia wujudkan, benda itu begitu sederhana—sesederhana jiwa seorang Anfa.


Senja kali ini cukup mendung,entahlah apa yang sedang di rasa oleh sang langit di atas sana. Selepas dari toko Mang ujang yang terkahir Khaulah satroni untuk membeli benda teristimewa untuk Anfa, Khaula bergegas melarikan diri kembali ke kos-an nya.
“Wah mau hujan nih neng, masih nyari barang apa neng?” Dengan bahasa Sunda nyayang khas, Mang Ujang menyadarkan lamunan Khaulah. Ah Khaulah lagi-lagi melamun disembarang tempat. “Oh iyah Mang Ujang saya lupa. Sudah deh Mang Ujang ini aja. Nanti kalau ada yang belum di beli saya ke sini lagi InsyaAllah.” Khaulah bergegas membereskan barang-barang nya yang berserakan di tempat kasir. “Iyah neng monggo saja, begitu lebih baik.” Mang Ujang adalah pemilik toko yang paling baik, toko kecil sederhana miliknya memuat begitu banyak barang yang tidak di duga-duga. Yah.. seperti salah satu barang yang Khaulah cari untuk Anfa.
“Iyah deh Mang Ujang. Atur nuhun Mang.” Senyuman manis Khaulah yang terakhir melepaskan pertemuan dengan Mang Ujang, senyuman itu adalah rasa terimakasih Khaulah ke Mang Ujang karena benda teristimewa yang selama ini dicari akhirnya ditemukan. Dengan segudang jurus kilat, Khaulah langsung menghamburkan langkah menuju kos-kosan nya dengan berjuta rasa lega. Tapi malam ini, masih ada ribuan rencana kecil yang akan di rancang Khaulah. Dan salah satu rencana nyaadalah berkoordinasi dengan mba Husna (kakakAnfa) tentang kejutan kecilnya.

“Assalmaualaikum mba Husna.Khaifa haluk mba ku yang cantik?”Bagi Khaulah bisa kembali menghubungi keluarga Anfa adalah kebahagian luar biasa. Bagaimana tidak? Keluarga itu telah di kenalKhaulah selama 3 tahun Ia bersahabat dengan Anfa dan ternyata semua kesibukannya telah membuat komunikasi antara Khaulah dan keluarga Anfa putus selama hampir setahun belakangan ini. Miris memang.
“Waalaikumussalam Khaulah. Alhamdulillah mba baik sekali. Kamu apa kabarnya la?Sudah lama nih tidak main ke rumah?” suara mba Husna masih selembut dulu. Mba Husna adalah Muslimah yang cantik, seorang Ibu yang lembut bagi kedua anaknya,seorang istri yang solehah bagi suaminya, dan seorang anak yang berbakti bagiumi dan abinya. Yah.. terlihat sangat sempurna di mata Khaulah, sampai mba Husna adalah salah satu sosok inspirasi atas jilbab panjang nya kini. Keluarga Anfa, adalah keluarga yang penuh inspirasi bagi nya.
“Wah Aku juga baik sekali mba. Oh iya, gimana kabar nya Anfa mba? Dan gimanajuga kabar Umi dan Abi di rumah?” Penuh dengan rasa ingin tahu.
“Alhamdulillah kabar Umi dan Abi dan baik. Dan Anfaa..” sejenak mba Husnaberfikir tentang satu jawaban yang belum saat nya untuk Khaulah mengetahui nya.
“Anfa kenapa mba?” Suara mba Husna yang tiba-tiba saja berhenti membuat nyapenuh rasa curiga dan cemas. Semakin penasaran.
“Eh.. engga ko dek, Anfa juga baik.”Wanita yang satu ini begitu pintar memainkan nada suara nya, sehingga begitu terdengar sempurna di telinga Khaulah untuk meyakinkan nya bahwa semua baik-baik saja.
“Oh.. Alhamdulillah kalo gitu mba. Oh iyah nih mba, dua hari lagi kan Anfa milad (ulang tahun-red) mba, aku punya kejutan istimewa nih mba buat dia. Mbadan keluarga ada di rumah kan?”Pertanyaan yang terlalu polos seperti memang tidak mengetahui apapun yang sebenarnya terjadi.
“Wah kejutan apa nih dek?”
“Ada deehh mba. Kejutan buat Anfa dan keluarga di rumah nanti.. Hehehe.”
“Iya deh kita tunggu kejutan mu.”Untuk kali ini mba Husna menahan isak tangisnya, “Ah Adik ku sayang, andai kamu tahu?” lirih mba Husna di dalam hatinya.
“Sip sip mba. Syukran yah mba. Semoga keluarga di sana selalu dalam lindungan Allah dan selalu di berikan kesehatan yang berlimpah. Wassalamualaikum.”Percakapan yang diakhiri dengan rasa bahagia bagi Khaulah. Tapi..“Waalaikumussalam. Aamiin yaa Allah.” Permohonan doa yang begitu dalam dariseorang kakak untuk adiknya. Bagi mba Husna itu adalah doa termahal yang saatini mereka butuhkan.


***

Pagi ini mendung menyelimuti kotakecil itu. Di beberapa daerah mungkin saja sudah hujan lebat karena dari pojok kamar kosan Khaulah, dari celah-celah kaca yang tak tertutupi jendela terlihat dengan jelas semburat kilat menggagah kan cahaya nya di langit yang sedang dirundung duka. Entah, perasaan apa yang sedang di kandung sang langit.

Sungguh berbeda dengan segudang bahagia yang memenuhi hati wanita penuh sabaritu. Yah Khaulah masih dengan sabar dan telaten menghias kue terbaik buatan nyadengan alat seadanya yang di miliki ibu kos-kosan nya. Yah.. seadanya tapi dibuat dengan tangan tulus yang membuatnya menjadi begitu sangat istimewa.Mungkin lebih istimewa di banding dengan kue-kue di toko yang di jual dengan harga selangit namun di buat hanya dengan tangan-tangan yang sekedar menyelesaikan pekerjaan nya, tidak lebih tidak kurang.
“Yeeyy Selesai...” Rasa lega menyelimuti hatinya. Berjuta khayalan tentang rencana-rencana kecil nya nanti sudah terbayang-bayang di fikirannya.

Langit masih mendung. Tanpa sadar setetes demi setetes berlian air nya telahturun menjamah bumi. Khaulah masih saja sibuk menyiapkan ini, menyiapkan itu tanpa rasa lelah sedikit pun. Selepas membereskan semua keperluan nya, Khaulah mengintip dunia luarnya lewat jendela di pojok kamarnya. Ah.. hujan telah lebat membasahi kota kecil itu. Dan hati nya mulai bergeming, “Allahumma SoyyibanNafi’an..” Doa nya untuk keberkahan hujan hari ini dan lirih hatinya berdoa, “YaAllah.. semoga Engkau berikan yang terbaik untuk hari ini. Rencana Mu yang terbaik lebih dari rencana milik ku. Aamiin.”Tiba-tiba..

Tuutt.. Tuutt.. Tuutt...
Getar hanphone di saku gamis jingganya membuyarkan kembali lamunan Khaulah. “Ah.. siapakah gerangan?Nomor ini?!” Khaulah tersentak kaget saat ia sadar dengan nomor hanphone yang menghubungi nya. Yah.. nomor yang pernah membuatnya terpaku saat di taman kemarin lusa.
“Assalamualaikum. Anfa? Kamu kah ini?” Dengan sigap Khaulah langsung menebak siapa penelpon itu.
“Waalaikumussalam Khaulah.. ii iya ini aku. La, aku mau bilang sesuatu samakamu.” Suara itu semakin lemah. Begitu banyak yang terpendam di dalam hatiAnfa. Rasa dan berjuta kata yang ingin secepatnya di ungkapkan saja pada siapapun yang ingin ia ungkapkan.
“Iyah Anfa sayang, kamu nangis yah? Jangan nangis fa. Kamu mau bilang apa?Bilang aja fa.” Rasa khawatir mulai mencekam Khaulah. Entah apa yang ada difikiran nya kini, seperti tidak ada yang mampu di fikirkan nya lagi. Yah..karena dia tak mengetahui apapun.
“La, Aku mau minta maaf sama kamu. Aku bersyukur sekali punya sahabat sebaik kamu. Begitu banyak hal yang udah kita lewati la. Banyak sekali. Begitu banyak cerita yang udah kita buat. Dan semakin berat untuk terus di kenang. La, Jika memang pertemua kita karena Allah, maka aku yakin jika nanti kita berpisah pun karena Allah. Iya kan La? Aku bukan benci sama kamu La. Tapi sepertinya hari ini kita akhiri saja semua nya yah. Aku yakin kamu ingin aku bahagia, tapi aku udah bahagia dengan sahabat ku yang lain. Dan semoga kamu pun bahagia dengan sahabatmu yang baru. Aku melakukan ini karena Allah La, karena Aku ingin jika di surga nanti kita akan tetap bersua. Jazakillahu Khairan Katsiran (Semoga Allahmembalas semua kebaikan mu) Khaulah sayang. Ana Uhibbuki Fillah (Aku mencintai mu karena Allah), semoga kita bertemu kembali di jannah Nya. Aamiin. La, jaga kesehatan mu yah. Hujan lebat, tak perlu ke rumah ku.Wassalamualaikum.” Seketika “Tut.. Tut.. Tut..” Suara parau Anfa berganti dengan nada yang menandakan bahwa percakapan terakhir mereka berakhir sampai disini. Sampai di sini. Entah, apa yang sekarang sedang di rasakan Khaulah. Dipojok kamarnya, masih dengan sigap menatap jendela kecil milik nya, di temani dengan ribuan bahkan jutaan air mata sang langit, berlian air mata Khaulah menangis tak terbendung. Jutaan kenangan, kekabraban, dan bayang-bayang kebahagian tentang hari ini sirna begitu saja. Bahkan dia pun sampai tak sempat menyampaikan doa di hari ulang tahun sahabat terbaik nya itu.

“Ya Allah.. apa yang ingin Engkauceritakan? Aku tahu sekarang mengapa langit menangis, yah.. karena hatinya taklagi tahan membendung jutaan perasaan kecewa, sedih, duka dan kehilangan..”

Siang itu juga, di tengah jutaan air hujan yang masih mebahasi bumi. Khaulah memutuskan untuk tetap ke rumah Anfa. Dengan berbagai persiapan yang telah ia siapkan untuk sahabat nya, dan berbekal sepeda motor butut pemberian ayah nya sekitar 5 tahun yang lalu, dan sekelebat jas hujan ala kadarnya ia kenakan,yah.. yang terpenting bagi nya adalah semua kejutan untuk sahabat tercinta nyatidak hancur oleh hujan. “Anfa.. Maaf kan aku.” Lirihnya dalam hati.

Sepanjang jalan menuju rumah Anfa air mata Khaula terus menetes. Ah.. utunglah hujan, siapa pula yang bisa membedakan mana air mata dan mana air hujan. Semua orang sudah terlalu sibuk dengan keluh kesah nya masing-masing menerpa hujan daripada harus memperhatikan seorang wanita dengan motor butut nya terus saja menangis terisak. Padahal ia tahu, bahwa perjalanan yang akan dia tempuh masih begitu panjang. Masih terlalu jauh. Tapi hatinya tak lagi perduli, tak mampulagi membedakan jarak, bagi Khaulah yang ia rasa kini adalah rasa ketidakpercayaan nya terhadap kata-kata sahabat nya itu. Masih terngiang dan akan terus tergiang,

“..... Aku bukan benci samakamu La. Tapi sepertinya hari ini kita akhiri saja semua nya yah. Aku yakinkamu ingin aku bahagia, tapi aku udah bahagia dengan sahabat ku yang lain. Dansemoga kamu pun bahagia dengan sahabat mu yang baru.....” Ah.. hati wanita ituterlalu lemah. Apalagi masalah perasaan dan kasih sayang. Begitu menakjubkan.



***


Rumah bercat biru itu masih tampak sama dengan setahun yang lalu. Tak ada yang berbeda dan tak ada sedikit pun yang berubah dari sisi luarnya. Dengan basah kuyup, Khaulah mengetuk daun pintu berwarna coklat itu.

tok.. tok.. “Assalamualaikum..” tubuh Khaulahmenggigil. Begitu jelas terdengar dari suara nya saat terus mengucap salam.“Assalamualaikum.. Anfaaa..”
“Waalaikumussalam.. Iya sebentar..” sahut seorang wanita dengan suara khasnya.Ah sudah sangat Khaulah kenal suara itu. “Mba aa Husna.. Aku Khaulah mbaa aaa,beerrhh..” tubuh itu semakin menggigil. Yah.. Khaulah berhasil menyelamatkan semua benda-benda dan kue ulang tahun untuk Anfa tapi sayang sekali, dia tak berhasil melindungi diri nya sendiri. Ah Khaulah.. selalu saja rela berkorban untuk sahabat tercinta nya.

Tak lama pintu itu pun di buka. Benar saja tebakan Anfa, suara yang barusan saja menjawab salam nya adalah Mba Husna. Ternyata rumah ini begitu sepi.Bagian luar dan dalam nya tak sedikit pun ada yang berubah. “Setahun silam taksama sekali ada perubahan? Ada apa gerangan dengan keluarga ini?” Menggigil sudah semua bagian tubuh Khaulah begitupun dengan hatinya, menggigil dengan perasaan khawatir.
“Anfa mana mba, Anfa kemana? Ko sepi sekali mba? Yang lain kemana mba?” Rasa ingin tahu itu membawa nya menelusuri seisi rumah dan alhasil ternyata benar,tak ada seoran pun di rumah itu kecuali mba Husna dan kedua bayi kecil nya yangsedang terlelap menikmati sejuknya hujan siang itu.
“Khaulah kamu basah kuyup seperti itu? Pakai dulu handuk ini dek.” Pinta mbaHusna yang terus mengejar-ngejar Khaulah. Tanpa sadar, tubuh nya yang basah telah membasahi sebagian sisi rumah itu. Dan di satu kamar terakhir, Khaulah tertegun dan akhirnya berhenti dari pencarian nya. “Mba, Anfa dan yang lain kemana?” Khaulah memeluk tubuh nya yang semakin menggigil tepat di depan pintu kamar Anfa yang terbuka dan tak ada seorang pun yang ia temukan kecuali mba Husna.
“Sini dek masuk kamar Anfa dulu, biar kamu ganti baju dulu pakai bajunya Anfa,biar nanti mba ceritakan yang sebenarnya.” Ajak mba Husna sembari memapah Khaulah masuk ke kamar Anfa.

Sejurus kemudian Khaulah telah mengganti baju nya dan mba Husna pun kembali dengan membawa kan segelas wedang jahe hangat kesukaan Anfa. Suasana nya begitu berbeda, rumah ini seperti telah lama tidak di huni lagi. Begitu asing. Jelassaja, sudah setahun yang lalu Khaulah tidak lagi mengunjungi rumah ini.
“Mba..” Tatapan tajam Khaulah menghujam mata mba Husna, dan tepat sekali tatapan itu membuat hati mba Husna luluh untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Dek, mba mau minta maaf sebelum nya ke kamu..”Suara itu terhenti, isak tangis telah menggantikannya. “Mba, kenapa Anfa mengakhiri persahabatan kita? Kenapamba?”Dengan beribu rasa penasaran membuat Khaulah terus menatap wajah parauitu.
“Mba tahu ceritanya dek. Anfa bicara ke kamu di tadi pagi pada saat mba membawakan sarapan untuk umi ke rumah sakit.” Suara itu lagi-lagi terhenti,isak tangis kembali menggantikannya.
“Apa? Rumah sakit? Siapa yang sakit mba? Umi sakit? Apa Abi yang sakit? Siapa mba?” Seketika tangan itu mengguncang-guncang tubuh lemah mba Husna.
“Ah bukan sayang.. Sahabat mu yang sedang sakit. Di.. dia sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengakhiri persahabatan kalian. Dia hanya tidak ingin kamu khawatir dengan kondisi nya saat ini. Kamu tahu kan dek, dia tidak ingin dikasihani siapapun, termasuk kamu dan teman-teman kampus nya yang lain.” Isakitu seketika membuncah. Tak terhankan lagi.
“Apa?? Anfa sakit? Sakit apa mba? Dia sakit apa?” Air mata ini pun ikut membuncah. Kamar ini, seperti penuh dengan lautan air mata.
“Dia lumpuh dek. Sebulan yang lalu, sepulang dari kegiatan Mapala (MahasiswaPencinta Alam) di kampus, ia terpeleset di curug saat akan menanjak naik keatas. Kepala nya membentur batu curug yang cukup besar. Saat itu juga doktermenyatakan dia lumpuh dan ada pembekuan darah di otak nya. Sampai saat ini, diasama sekali tidak mengikuti kegiatan di kuliahnya lagi. Dia masih dalamperawatan di rumah sakit. Kondisi nya yang lumpuh membuatnya berhenti untuk ketemu kamu dek. Dia fikir, kondisinya nanti hanya akan menyusahkan kamu saja.”
“Apa? Anfaa...” Seketika bibir itu membisu tak mampu ungkapkan apapun dari cerita mba Husna tadi. Yang ada di fikirannya saat ini adalah Ia harus bertemuAnfa segera. Sekarang juga.
“Anfa di rawat dimana mba?” Khaulah bergegas membereskan benda-benda kejutannya, berharap saat tiba nanti dia bisa memberika yang terbaik untuk sahabatnya. Walau hanya kejutan sederhana di hari ulang tahunnya.
“Kamu mau kemana dek? hujan nya masih deras sekali.” Mba Husna mencoba mencegah Khaulah karena kondisi di luar masih begitu mengkhawatirkan.
“Engga bisa mba, aku harus bertemu Anfa sekarang juga.” Khaulah telah kembali mengenakan jas hujan milik nya. Bergegas melarikan diri di tengah hujan menujurumah sakit dimana Anfa di rawat.
“Di rumah sakit Permata dek.” Dengan terpaksa mba Husna melepaskan kepergian Khaula untuk menemui Anfa. “Hati-hati dek, di jalan licin.” Pesan terakhir danteramat penting untuknya.
“Assalamualaikum.” Buummm.. dengan kecepatan semampu nya, Khaula terus menerjang hujan berharap Allah pertemukan Ia dengan sahabat terbaik nya, walauitu merupakan pertemuan yang terakhir.

Perjalanan kedua ini tidak jauh beda dengan perjalanan Khaulah saat ke rumah Anfa tadi. Khaulah si tukang melamun terus saja memikirkan Anfa. Ah dia masihseperti dulu, masih begitu perhatian. “Anfa, kamu kenapa begini? Kamu kenapa gak sama sekali kasih kabar ke aku tentang kondisi mu saat ini. Padahal dulu saat pertemuan kita yang terakhir, kita udah janji akan sama-sama kasih kabar tentang apapun yang terjadi. Tapi ternyata.. Ya Allah, ini semua salah ku, aku yang begitu sibuk dengan dunia ku yang baru. Anfaa aku minta maaf.. Padahal semua persahabatan ini telah kita gantungkan atas keimanan kita sama Allah, yah Ukhuwah ini tidak sama sekali menuntut kesempurnaan fa, tidak, aku engga perduli kamu seperti apa saat ini, aku engga perduli, aku sayang sama kamu sebagai sahabat terbaik ku. Tapi kenapa kamu punya fikiran seperti itu Anfa?Anfaa aku minta maaf belum bisa menjadi sahabat yang baik untuk mu.” Air matadan lamunan nya masih terus berderai, sepanjang perjalanan kali ini benar-benardi isi dengan lamunan. “Ya Allah.. sampaikan aku pada saudara ku yaa Rabb. Akuingin meminta maaf langsung padanya.” “ Anfaa tunggu aku.. anfaa aku minta maaffa, maafin aku..... “Braaaaaaaggggggggggg” Anfaa..” Seketika motor butut itu terpelanting sejauh lima meter dari tempat nya semula, wanita yang penuh lamunan dan berderai air mata itu telah bersimbah darah menabrak sebuah trukpengangkut barang dari arah berlawanan. Sungguh malang sekali nasib Khaulah, padahal hanya tinggal 5 menit lagi dia sampai di rumah sakit Permata. Bertemu sahabatnya tercinta. Merayakan ulang tahun sahabat nya dengan suka cita.Memberikan benda teristimewa untuk Anfa. Memeluk nya erat-erat karena kerinduanyang terdalam. Namun kini semua lamunan nya berubah menjadi takdir Allah yang tak bisa di elak kan. Yanh.. dia memang sampai kepada tujuan nya. Benar-benar sampai namun dengan kondisi yang telah berbeda.

***

Jutaan perasaan Khaulah kini menjadi tanggungan Sang Pemilik Langit. Kecelakaan itu telah merenggut semua kehidupannya. Begitu pun dengan semua kejutan terindah untuk sahabat nya. Tepat saat Ashar berkumandang tubuh itu di di solatkan di rumahnya. Semua jerih payah nyahari itu menag telah hancur namun kasih sayang dan perhatian untuk sahabat tercinta nya tidak akan pernah lekang oleh waktu. Dan satu benda teristimewa dari nya untuk Anfa telah sampai ke tangan Anfa.
“Mba Husna, apa yang sebenarnya terjadi dengan Khaulah mba? Kenapa kalian semua menagis?”
kali ini Anfa begitu merasa bersalah dengan kata-kata nya tadi siang.
“Fa, kamu yang tabah yah, Khaulah udah nunggu kamu di surga. Dia udah titip pesan ke kaka untuk buka email kamu.” Isak tangis mba Husna membuncah. Ribuan penyelasan telah mebiarkan Khaulah menemui Anfa bergekayut tanpa henti, tapi wanita solehah itu selalu sadar, bahwa sehebat apapun manusia tidak akan bisa melawan takdir.
“Maksud mba apa? Mau ngapain dia nunggu aku di surga sekarang mba? Mba jelasin ke aku cepetan.” Rasa penasaran Anfa berakhir dengan air mata kebingungan.Bagaimana tidak? Seisi ruangan itu menangis tersedu-sedu. Seperti kehilangan orang yang paling mereka cinta.
“Anfa sayang, Khaulah sudah meninggal. Tadi siang dia datang ke rumah, mba ceritakan semua kondisi kamu ke dia. Terus dia memaksa untuk menemui mu kesini, dan mba mengijinkan nya. Tapi ternyata di sepanjang perjalanan tadi Allah brekhendak lain Fa, Khaulah kecelakaan, dia menabrak sebuah truk saat hujanlebat.” Sungguh, tidak ada yang tahan mendengar cerita itu. Termasuk Anfa sendiri. Banyak hal yang membuat nya menagis, selain kehilangan sahabat terbaiknya, hal menyedihkan lainnya adalah mengapa perpisahan mereka terjadi disaat persahabatan mereka seperti ini. Mengapa? Yah.. hanya itu yang kini memenuhi isi fikiran Anfa.
“Khaulah.. maafin aku..” berlian air mata hari itu membuncah ruah. Namun langitdi atas sana telah mengehentikan tangisnya. Senyum ceria menerima kedatangan penghuni langit baru berhati mulia.

“Khaulah, Aku akan menyusul mu di surga nanti. Tunggu aku Khaulah sayang.” “YaAllah, Rahmati lah Ukhuwah ini, hingga di jannah Mu nanti, Aamiin.” Doa itu begitu terdengar lirih. Wanita anggun berjilbab hitam di kursi roda itu terussaja mengelus-elus batu pusara yang masih basah itu. Pusara yang bertuliskan“Khaulah binti Hanjar”. Pusara muda sangat muda. Wanita solehah, cantik,pintar, baik dan penuh kesabaran telah mengisi liang pusara itu. Semoga Allah meRahmati kehadiran nya dilangit. Aamiin.

Dear Anfa tersayang..

Sebelumnya aku mau ucapin. Happy milaaad sahabat ku. Barakallah fii umriik(Berkah Allah atas umur mu). Semoga Allah melanggengkan persahabatan danukhuwah ini hingga di jannah Nya. Aamiin O:) Doa lainnya dalam hati aja yah fa,biar lebih makbul. Hihi.

Anfa..
Kenapa kamu bilang begitu? Anfan gak boleh bilang begitu untuk persahabatan kita. Engga boleh Anfa. Kita akan tetap menjadi sahabat sampai kapan pun fa.Sampai kapan pun.
Maafin aku fa, kalau semua ini karena salah ku, aku belum bisa menjadi sahabatyang baik buat kamu. Maaf yah fa. Semoga Allah membalas semua kebaikan mu saatini.

Anfa..
Kalau saat kamu baca ini aku udah ga ada, jangan pernah lupain persahabatan kita yah. Sungguh, kita masih tetap dan akan tetap menjadi sahabat hingga disurga nanti. Semoga Aamiin.
Aku tunggu kamu di sini fa, di pemberhentian terakhir manusia, di tempat terindah,dimana tidak ada kesibukan, jarak dan waktu yang memisahkan persahabatan kitalagi. Janji yaa fa, aku tunggu kamu disini..

Anfa ku sayang, aku rindu mau ketemu kamu. Jazakillah khairan katsiran juga fa.Khaula Uhibbu Anfa Fillah.. See you in Jannah :* ({})

Dari sahabat mu tersayang

Khaulah

Airmata Anfa terus mengalir mengakhiri email yang di baca nya. Yah.. email itu adalah email terakhir yang dikirim Khaulah sebelum ia memutuskan pergi ke rumah Anfa. Email balasan untuk telepon Anfa yang ia tak sempat bericara sepatah katapun.
“Khaulah aku merindukan mu..”

***

Yah..Penyesalan hanya akan menjadi penyesalan. Percayalah, mereka adalah sahabat muyang tak pernah menuntut kesempurnaan atas mu. Hanya saja, ia ingin kau anggapsebagai sahabat. Hanya itu.. genggamlah tanga sahabat mu itu, karena padawaktunya nanti kamu akan benar-benar kehilangan mereka di dunia ini. Sebelumterlambat kawan.

*teruntuk sahabat ku dari hati yang terdalam
created by Umi Azizah Martina
twitter : @Al_azizUmmi
fb : Ummi Just Ummi
blog : goresangalaupositif.blogspot.com / catatangurukecil.wordpress.com