Senin, 20 April 2020

Maaf, Ku Tuliskan Kebodohan Diri

Maaf, karena aku jatuh cinta,
Entah sejak kapan perasaan itu muncul.
Mencabik-cabik pikiran hingga linglung tidak karuan.
Kapan semua ini bermula pun aku tidak paham.
Bahkan kapan semua ini berakhirpun aku tidak mengerti.

Maaf, karena aku jatuh hati,
Entah sejak kapan hati ini terbuka untuknya,
Berkali-kali meyakinkan diri bahwa cinta ini tak suci,
Sampai kapan mau begini?
Bahkan berkali-kali berani mengintip dalam mimpi.

Maaf, karena aku jatuhkan harga diri,
Entah mengapa tidak jua berhenti memberi kode tak berarti,
Sudah tau bertepuk sebelah tangan,
Tetapi harga diri sudah terlanjur terjun ke jurang,
Bagaimana nanti jika ternyata jodoh bukan yang diharapkan?

Maaf, karena aku menuliskan semua ini,
Entah untuk siapa ku persembahkan sajak tak tau diri,
Rasanya ingin matikan semua rasa yang tak berarti,
Biarkan semua menjadi kenangan yang dirindui,
Bahkan ku berharap kau tak pernah membaca semua ini.

Maaf, karena aku pernah sebodoh ini.
Maaf, karena aku hanya manusia tak tahu diri.
Maaf, karrna aku ingin semua kehaluan ini segera berakhir.
Maaf, karena aku berharap semua berkahir dengan happy ending. 

Maaf..

Minggu, 19 April 2020

#FreeWriting


KENAPA?
Kenapa Belakangan ini Tulisan Isinya Curhatan Semua??

Well.
(Wkwkwk pengen ketawa dulu)
Akhirnya gue ceritakan juga kenapanya.
Sejujurnya gue ini orang yang sangat-sangat menyukai diskusi tentang berbagai hal.
But, belakangan ini gue jadi sering banget ada di rumah, kehilangan temen diskusi mendalam (my roommate), dan banyak banget dapet hikmah dari orang rumah, lingkungan, dan lainnya.

Sehinggaa...
Muncullah tulisan-tulisan yang menggambarkan isi hati dan pikiran gue. 
Kalau kalian mikir dangkal bener isi tulisan baperan semua?
Wkwkw terserah kalian aja yaa mau anggep apa.
Menurut gue, itu hal yang bisa gue bagi ke kalian dan calon halal gue nanti, so dia emang harus banget baca blog gue dulu buat kenal kepribadian gue hahahaha.

Urusan rumah tangga dan pernikahn dikata urusan dangkal?
Hei kamu, belajar yuk 4 tahun di Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB, bukan buat pamer yaaa, cuma mau kamu tuh belajar kalau rumah tangga dan pernikahan itu perkara penting, sekali seumur hidup. Bukan kayak cinta monyet yang bisa putus nyambung kaya karet gelang wkwk. Yah intinya, penting yaa. Mankanya gue bagiin disini, someday bisa dibaca sama kalian yang mau baca, kalau calon halal gue, emang harus baca wkwk.


Terus kok kayaknya baper terus tulisannya?
Alhamdulillah masih Allah kasih hati yang peka buat baper enggak sekeras batu yang susah buat nangis :" naudzubillah.
Jadi ceritanya lagi, usia gue udah masuk usia maksimal perempuan di rumah buat nikah, so.. sudah sangat sangat sering diingatkan, 'udah punya calon?', 'kapan nikah?', 'ih si anu aja udh punya anak dua,' dan lainnya. Sebenernya sih enggak ganggu yaa. Ya emang tahun ini juga rencananya mau mengubah status lajang di KTP wkwk. But apa mau dikata ya kan? Allah kasih ujian dulu, sabar gak nih? ikhlas gak nih? Mau nikah gara-gara apa nih? Naaaahh... 

Akhirnya ketahuan deh. Mau nikah gara-gara dorongan dari orang luar. Belum bener-bener dari diri sendiri. But Alhamdulillah semenjak dirumah aja. Makin kuat keinginan dari diri sendiri untuk menikah wkwkw kok bisa? enggak tahu ya, kayaknya Allah biarkan diri ini semakin memantapkan hati dan pikiran selama di rumah, belajar masak, baca buku lagi, semangatin ibadah lagi, aaahhh... tinggal jodoh aja belum berani dateng wkwk enggak tau siapa tapi.

Well..
diambil hikmahnya aja yaa.
Ini bukan buat curhat sama sekali wkwk.
Cuma buat menguatkan aja. Kalau diskusi tentang pernikahan, rumah tangga, dan perasaan itu penting. Enaknya sih sama yang halal, but gapapa share disini biar calon halal nya juga bisa baca yaa. Dan buat semuanya juga.

Okee 
Terimakasih sudah mau membaca ketidakjelasan tulisan ini 
Hahaha.

JANGAN TAKUT !


Sore itu seseorang menepuk pundakku. Senja yang temaram dengan siluet jingganya membuat kristal di mata Naya semakin jelas terlihat. Kristal bening yang perlahan jatuh mendarat di kedua pipi gembil kebanggaannya. Seseorang yang selalu terlihat ceria, sore itu seakan membawa kabar bahwa gelap akan selalu hadir. Setiap manusia akan menemui ujian hidupnya masing-masing.

"Nay, kamu kenapa?" aku menepuk pundak Naya seraya menyadarkannya dari lamunan kami di teras kosan. 

"Aku sadar May, setelah indahnya senja akan selalu ada malam pekat yang menakutkan, kemudian, keesokan harinya, mentari akan bersinar memberi kabar gembira, seakan berbisik ke dalam telinga setiap paginya 'Takutmu telah usai,' begitu ya kan, May?" Naya masih menerawang ada apa dibalik senja yang mulai melebur dalam keheningan malam.

Sementara Maya, seorang yang sangat filosofis dan salah satu penyuka prosa, mng'iyakan' maksud dari kata-kata yang baru saja Naya ungkapkan yang sangat penuh makna.

"Hmm iyah memang seperti itu Nay, aku setuju," ungkapku seraya mengingat-ingat kembali surat dalam Al-qur'an yang cocok dengan perumpaan tersebut, "Allah juga pernah sampaikan, Nay, bahwa 'setelah kesulitan InsyaAllah akan ada kemudahan' (QS Al Insyirah ayat 6), Allah jelas tidak sekedar memberikan ujian tanpa solusi. Allah juga menunjukkan dalam Al-qur'an bahwa semua ujian yang Allah berikan sudah sesuai dengan kadar kemampuan hamba-hambaNya (QS Al-Baqarah ayat 286). InsyaAllah kita sanggup melewatinya, Nay." ujarku berharap dapat menguatkan hatinya.

"Kamu tau kan rasanya gimana berada di dalam kegelapan, May? Gelap, menakutkan, tidak terlihat adanya arah dan tujuan," kemudian hening, "Aku takut, May ! Aku takut menikah !" kemudian tangis Naya meledak. Beberapa menit lagi magrib dan kami kehabisan kata-kata.

Aku tahu, trauma itu memang akan sangat sulit disembuhkan, meskipun bukan dia korbannya (misal dia melihat korbannya menderita), tetapi bukan berarti mustahil untuk disembuhkan. Semua penyakit InsyaAllah sudah ada obatnya.
Yap, Naya bukan sudah pernah menikah, dia hanya takut menikah karena melihat ibu dan kakaknya mengalami kegagalan dalam pernikahan dengan berbagai masalah. Dia takut, kalau saja rumah tangganya akan berakhir dengam cerita yang tragis seperti itu. "Lantas buat apa menikah kalau hanya untuk saling menyakitkan?" pikir Naya ketika dia ceritakan semuanya kepada ku. 

"Nay, kamu tahu kan bahwa hidup ini hanya sementara. Seperti satu hari saja. Setelah gelap akan ada terang. Setelah badai akan ada pelangi. Allah dekat Nay, Allah tahu segalanya tentang hidup kita. Kita mungkin akan Allah uji sesuai kesanggupan kita, tapi kita gak boleh takut dengan ujian itu. Kita gak boleh jadi diam di tempat karena takut Allah uji dengan ujian yang menyakitkan. Semua itu dari Allah dan tentu akan kembali kepada Allah. kamu gak boleh suudzon dengan ketentuan Allah. Kita terima Nay, kita dalami maksud dan tujuan dari ujian itu apa, kemudian kita ikhlaskan," Maya mencoba memahami luka di hati Naya, meski sampai kapanpun, Maya tidak akan pernah tau bagaimana rasa sakit yang Naya miliki sebenarnya. 

"Iyah May, aku sadar dan sudah ku coba untuk tanamkan dalam hati, bahwa semua ujian ini akan berakhir. Meskipun aku belum memulai semuanya, aku harus yakin bahwa Allah sudah menyiapkan yang terbaik buat aku. Aku percaya. Aku mencoba untuk tidak takut, tapi masih sulit May!" Tangis Naya mulai mereda. Ada angin yang merasup ke dadanya seperti sebuah pereda sakit. 

"Nay, aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji kamu melebihi kemampuan kamu. Kan kamu belum menikah, kamu belajar dari pengalaman mereka untuk membangun rumah tangga yang jauh lebih Allah ridhoi dari mereka. Kamu juga doakan agar keluarga kamu senantiasa Allah berikan petunjuk dan kekuatan. Inget Nay, kekuatan doa itu dahsyat, Allah sendiri loh yang bilang dalam Al-qur'an, 'Barangsiapa yang meminta kepadaKu pasti akan Aku kabulkan (QS Al-Mu'min ayat 60),' kamu kuat Nay karena kamu punya Allah Yang Maha Kuat !" aku menepuk pundak Naya, sedetik kemudian adzan magrin berkumandang sebagai tanda bahwa hati kami InsyaAllah sudah benar-benar siap menyelami pekatnya malam dengan cahaya ridho Ilahi. 

Maya mengerti sekarang bahwa empati yang berlebih juga berpengaruh negatif seperti Naya. Jangan sampai karena melihat orang jatuh dari motor dan berdarah-darah kita malah jadi trauma naik motor karena takut jatuh juga. Padahal belum tentu kita akan mengalami hal yang sama dengan belajar dari kesalahan mereka yang sudah terjatuh.

Mereka yang terjatuh bukan hanya sekedar untuk menunjukkan betapa sakitnya jatuh tetapi untuk memberikan pelajaran tahap-tahap atau proses yang benar agar tidak terjatuh. Apabila kita tetap terjatuh, maka kita harus membagikan kepada orang lain cara bangkit dari jatuh dan cara menghindarinya bukan berteriak-teriak karena rasa sakitnya hingga orang jadi takut untuk jatuh. 

Karena jatuh itu ujian bukan sekedar penderitaan. Dan setiap ujian akan ada balasannya, jika kita bersyukur dan bersabar InsyaAllah balasannya akan indah. Akan tetapi jika kita kufur dan banyak ngeluhnya, balasannya pun tidak akan indah. semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati kitam 

***

Jangan takut sayang.
Kita coba bersama.
Kita belajar bersama.
Kita perbaiki bersama.
Bersama antara kita dan Allah.
Selalu libatkan Allah dalam setiap momen jatuh bangun hidup kita.

Dariku,
Yang siap jatuh bersamamu dan bangkit bersamamu.