Rabu, 04 November 2015

AIR MATA di GUBUK SEDERHANA (Cerbung)




Tepat dua puluh tahun lalu Allah turunkan ruh ku. Menelusup kedalam rongga terkuat sosok bidadari impian. Menjalarkan berjuta bahagia pada dua insan di gubuk sederhana. Kau tau perjuangannya? Saat sperma pilihan yang terkuat menembus dinding rahim. Buktikan betapa pilihannya dirimu bisa bersama mereka. Saat setetes cairan lain itu berubah dan bermetarmorfosa. Cinta-Nyalah yang menghembuskan ruhku kedalam rongga bertuah itu. Aku yang menjadi sebuah telur, berkembang menjadi blastula, membentuk tubuh yang mampu diteropong alat canggih empat dimensi. Waktu berlalu, empat puluh hari, tiga bula, sembulan, sampai pada aku, menjadi sosok impian kedua insan di gubuk tua nan sederhana itu. Cinta mereka jua lah yang membuat aku tumbuh hingga saat ini.
Masa terindah dalam hidupku adalah masa dimana Allah karuniakan kesederhaan dan cinta pada Gubuk tua ini. Dua insan yang memadu kasih dalam Rahmat-Nya, kini menjelma menjadi dua guardian angle untuk ku. Hebat. Mereka adalah malaikat luar biasa bagi masa kecilku. Terekam jelas saat langkah kaki mungil ini digiringnya menuju surau terdekat. Ibu berkata dengan lembut nan bersahaja, “Belajar yang rajin yak nak..” dulu aku belum mengenal kata haru. Bermain dan belajar adalah tugas ku saat itu. Tingkat demi tingkat pendidikan, ku kenyam dengan baik. Tak ada satupun kurang yang Allah timpakan padaku. Ayah yang bertanggung jawab. Bekerjalah apa yang bisa beliau kerjakan, baginya “Yang penting halal nak. Ayah tetap akan bersyukur.” Teladan yang tak pernah habis ku dapatkan dari sosok berkumis yang dulunya gagah perkasa. Ibu, bidadari yang Allah titipkan pada Gubuk tua sederhana milik keluarga kecil kami. Suara lembutnya menjadi favorit ku, “Ibu Ayo jama’ahan. Aku mau denger suara ibu yang merdu itu.” Aku kecil selalu merujuk manja. Namun lihat saja, ibu ku tak pernah tega mengomeli anak semata wayangnya.
Hari berganti bulan, tahun bahkan puluhan tahun. Saat aku lahir, ibu dan ayahku hampir berkepala tiga. Sekarang aku sudah dua puluh tahun. Bayangkan seberapa tua mereka sekarang. Meskipun produktivitas mereka dahulu begitu menampakkan efeknya dimasa tua mereka saat ini. Kebahagiaan tiada tara adalah saat aku mendengar kabar baik dari mereka, baik dari apa yang mereka utaran, entah bagiaman dengan yang mereka sembunyikan, “Ibu sehat nak. Kemarin abis masak udang pedas kesukaanmu.” Tak mau kalah, “Ayah selalu gagah dong nak, kemarin ibu mu abis ayah ajak jalan-jalan ke Mesjid Kubah Mas Depok.” Haru mendengarnya dan aku hanya mampu mebatin, “Kalian tahu yah, bu? Aku bersyukur atas nikmat Allah terhadap kalian.”
Puluhan tahun kami bersama dan baru setahun lalu Allah mengizinkan ku melebarkan sayap kebaikan hingga negeri sakura. Negeri yang dahulu pernah ku tulis besar-besar namanya dalam kamar kecilku. “JEPANG.” Sore itu ayah pulang cepat dari kebiasaan menjual buku selepas jum’atan. “Kamu nulis apa nak?” Ayah membuka kamar ku yang memang tak berpintu, hanya gorden berwarna pink buatan tangan ibu. “Ayah, suatu saat nanti, aku mau pergi ke Jepang.” Seketika, Ayah mengusap lembut tulisanku, ia pejamkan mata dalam-dalam, beberapa detik, kemudian ia tersenyum dengan tulus. Senyum ini selalu ku dapati dari wajah letih ayah yang mulai menua. “Ayah sedang apa tadi? Ko diem merem gitu yah?” celetuk ku polos. Pertama kalinya ayah melakukan hal itu dihadapanku. “Ayah tapi abis bilang sama Allah buat kabulin permintaan kamu.” Wajah berseri dan senyum tulusnya yang membuat ayah semakin tampan “Yang bener yaah? Horeeeee... aku pergi ke jepaaaaang.” Aku terperanjat dari tempat tidur ku yang hanya kapuk tanpa ranjang. Kemudian aku peluk ibuku yang tengah menjemur di depan rumah. “Ibuuuu aku pergi ke jepaaaang.”
Lima belas tahun setelah sore itu beralu, aku temukan namaku dalam deretan nama Mahasiswa IPB yang berhak melanjutkan S2 di Jepang. Degub jantung tak terkira rasanya. Rasa syukur membuncah. Air mata haru tak henti mengalir. Doa ayah ku akhirnya Allah kabulkan. Jenjang dua tahun S2 disana bukanlah waktu yang sebentar.
“Ayaaah.. aku aku..” tak bisa ku lanjutkan kata-kata ku dalam isak haru yang tak jua berhujung. “Ada apa nak?” Masih setenang biasanya. “Ayah Alhamdulillah aku keterima beasiswa S2 di jepang.” Tak kuasa menahan bahagia, aku langsung melangkahkan kaki menuju Gubuk tua, Istana kami. “Alhamdulillah.. pulang nak. Bawa kabar baik ini untuk ibumu.” Ada isak yang tak kalah panjangnya disebrang telpon genggam seorang pria tua. Isak bahagia, isak sedih, isak yang tak kuasa menggambarkan perasaanya. “Ada apa yah?” Suara lemah dari bidadari rumah kami. “tidak ada bu, Alhamdulillah Rahmah dapat beasiswa ke Jepang untuk melanjutkan S2.” Dalam sebuah rungan kecil berukuran 2x3 meter, sosok peremouan tua berbaring tak berdaya. Sudah hampir dua bulan Rahmah tak pulang untuk mengurusi beasiswanya. Namun, tak pernah satu haripun ia lewatkan untuk mendapatkan kabar baik dari dua guardian angle di Gubuk sederhananya.
Ibu tak pernah berkata apapun pada kami. Ia selalu tampak sehat. Sesekali ia sempatkan lari keliling kebun milik tetangga. Sekedar mengahapus penat dan membiasakan hidup sehat kata ibu. Tak pernah aku lihat wajahnya murung. Ibu bagaikan sosok teladan yang tak pernah ada celah keburukan padanya. Istri solehah tergambar jelas dalam baktinya kepada Ayah. Tak pernah luput dari pandanganku senyuman tulus ibu untuk ayah selepas ayah pulang bekerja. sebarapun hasil halal yang ayah bawa pulang. Ibu lah yang mengajarkanku untuk tetap bersyukur. Memang Gubuk tua sederhana milik kami seperti negeri dongeng yang didiami dua insan sempurna ciptaan-Nya. “Ibu mau bangun yah, mau menyiapkan makan untuk rahma, sekalian menyambut keberhasilannya.” Tubuh rentanya terus memaksanya memberika kebahagiaan untuk keluarga kecilnya. Sudah seminggu ini ibu terbaring lemah, namun saat buah hatinya menelpon dan menanyakan kabar, ia selalu menjawab penuh semangat, “Ibu sehat nak..” Bayangkan, setiap hari, ia berikan sisa semangatnya untuk buah hati kesayangannya.
Dua tahun dan sekarang baru setahun ku pijakkan kaki ku di negeri Sakura. Bunga sakura lah yang membuat hatiku dulu terpaut dengan mimpi. Saat ayah bertanya,”Kamu mau apa ke jepang nak?” pagi itu kami menghadiri festival jepang, atau bahasan kerennya “Japan’s festival.” Saat akhirnya perhatianku tertuju pada sebuah bunga cantik dengan warna favoritku, “Itu yah, itu bunga itu ada di Jepang yah?” ayah memetikan satu untuk ku. Bunga hiasan berbentuk bunga sakura. “Ada nak, itu namnya bunga sakura, bunga khas dari Jepang. Bunga itu hanya tumbuh pada saat musim semi loh.” Goda ayah padaku. “Aku bisa gak pas musim semi kesananya yah?” mataku berbinar mendengar cerita ayah. “Anak ayah InsyaAllah bisa.” Setahun empat musim telah ku lalui. Sampai pada musim semi impian ku. Perayaan hanami menjadi salah satu kebudayaan jepang yang ku tunggu. Menikmati indahnya bunga sakura dengan baju khas jepang, kimono. Setahun ini pula aku tak pernah lewatkan untuk memberikan kabar gembira pada Ayah dan Ibu. “Andai mereka disini..” harapku.
Hampir dua tahun masa kuliah ku berakhir. Merantau di negeri orang bukan hal yang mudah. Apalgi harus meninggalkan kedua orangtua ku yang tak jua memiliki sanak keluarga dekat di Jakarta. Namun bagi mereka, kebahagiaan buah hati semata wayangnya adalah karunia terbesar Allah yang patut disyukuri. Setiap pagi, peran ibu digantikan ayah. Kondisi ibu tidak lagi sebaik biasanya. Ayah yang sekarang menjawab kabar tentang ibu, ayah selalu bilang kalo ibu pergi ke pasar. Kebetulan aku hanya bisa menelpon mereka pagi, disela waktu ku masuk kelas. “Ibu apakabar yah?” tanyaku dengan kebingungan. “Ibu sehati InsyaAllah, kamu tenang aja ya.” Setiap perkataan adalah doa. Maka itulah yang Ayah harapkan untuk ibu.
Senja di kiyoto Jepang tampak begitu cantik. Mamandang siluet senja yang berlarian dengan lampion jalan. Berbeda dengan Jakarta, senja adalah wajah lelah para pekerja. Rumah adalah tempat yang dirindukan manusia jalanan disiang hari, begitpun ayah Rahmah. Hanya dua jam ia habiskan waktunya untuk merauk keserakahan dunia. Berdamai dengan letihnya dan bertahan dengan ketenangannya. Pria tua itu kini tak lagi mampu tersenyum setulus biasanya. Sesak di dadanya meksanya untuk terus mengalirkan bulir mutiara. Beban nya kini tak tau lagi mau dibagi pada siapa. Sebelah pundaknya terbaring dari lelap dan ketidakberdayaan namun tetap bersahaja. Sebelah pundak nya lagi terkapar dalam kesendirian di negeri orang. Kesendirian dan ambisinya mebahagiakan orangtua mungkin tak akan berjalan dengan sempurna. Malam ini, pria tua di Gubuk sederhana itu berusaha menyampaikan keluh kesah hatinya, “Nah.. mari pulang..”

Jumat, 09 Oktober 2015

DAUN JATUH ~

Gambar

” Daun yang jatuh tak pernah membenci angin” (Tere Liye)

Bukan sekedar quote atau kata-kata mutiara, tapi lebih penting dari itu semua. semua orang pasti tau bahwa itu adalah judul sebuah buku karangan Tere Liye yang lihai sekali menyusun kata-kata. menjadikan tulisan-tulisan sindiran bahkan peringatan begitu halus untuk di cerna siapapun.

Bukan itu yang akan kita bahas. melainkan tentang makna dari sebuah judul buku terkenal ini. 
“Daun yang jatuh tidak akan membenci angin.”
Itu berarti sang daun mengerti bahwa yang membuatnya jatuh bukan lah sang angin melainkan Allah subhanahu wata’ala..

Ah.. andaikan manusia pun paham dengan hal itu.. semua yang terjadi pada diri kita bukan-lah kesalahan atau keteledoran orang lain melainkan karna apa yang telah Allah tuliskan atau gariskan dalam hidup kita bahwa itu adalah yang terbaik menurutNya.

Ingatkah kamu dengan ini :

Sesuatu yang menurutmu baik untukmu, belum tentu baik menurut Allah untukmu. Dan sesuatu yang menurutmu buruk bagimu, belum tentu buruk menurut Allah bagimu”. (Al-Hadist)

maka, aku tegaskan sekali lagi.

Angin tidak pernah membuat daun-daun itu berguguran melainkan memang sudah waktunya Allah gugurkan daun-daun itu dan Allah gantikan dengan yang lebih baik.

Seperti hidup kita..
Apa yang menimpa kita saat ini adalah seutuhnya garis takdir yang telah Allah rancang untuk kita karena pada waktunya nanti akan tumbuh pengganti yang terbaik dari apa yang tengah Allah rencanakan pada kita hari ini..

percayalah janji Allah adalah benar..

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS 40:55)

sumber catatangurukecil.wordpress.com

Wajah Sederhana itu..

wajah, sederhana, ibu

wajah sederhana_
lihat lah wajah itu..

Semburat rembulan membuatnya tampak lebih indah. tenang. anggun dan menawan. selalu begitu.
wajah yang hakikat nya halus. penuh ribuan kasih sayang. menyimpang harapan-harapan besar atas buah hati yang telah di lahirkan nya.

Malam ini ku coba intip kamar sederhana itu. kamar yang hanya berornamen jam dinding. beralas sebuah kasur lantai. dan berdiri tegak lemari reyot warisan masa muda.

Ah.. tak penting sebagus apa kamar ini. bagi tubuh lemah nya, kamar hanya bersyarat kan sebuah kenyaman. kenyaman sederhana. hanya untuk sekejap saja memejamkan mata dan berharap esok tungkai kaki nya lebih kuat untuk berpijak.

mari tengok kawan..

Aku tengah tertegun melihat sosok yang berbaring di kamar sederhana ini..
sungguh lihatlah.. sosok wajah paling halus di dunia. Mungkin lebih halus dari artis-artis korea idaman remaja pria atau bahkan beribu lebih halus dari boy band nge trand idaman remaja putri. sungguh.. wajah ini lebih mengagumkan dari itu semua.

Wajah itu tampak tertidur. namun senyum dan gurat halus nya tampak hidup sepanjang masa.
perhatikan lah kawan.. wajah yang hakekat nya halus itu telah terkasari oleh kejam nya dunia. mata cekung itu membuktikan banyak hal atas perjuangannya hari ini. wajah keriputnya seperti menggoreskan begitu banyak lika-liku kehidupan. semburat senyumnya yang hidup telah banyak mengucap doa untuk buah hati nya. dan tubuh lemahnya menjadi saksi setiap pijakan kaki yang di perjuangkan untuk setetes embun kehidupan. di kamar sederhana ini.

Wajah sederhana yang tak banyak menuntut namun begitu kuat untuk menerima.
menerima semua takdir Allah tanpa keluh kesah sedikit pun.
percayalah.. wajah sederhana di kamar sederhana itu adalah ibu mu.

Baginya hidup ini sungguh sederhana.
sesederhana senyum yang selalu tergores di wajahnya.
sesederhana kebahagian untuk buah hatinya tercinta.
bersykurlah..

Apabila jiwa-jiwa sederhana itu masih hidup di kamar sederhana nya itu.
sungguh bersykurlah..
karena.. Allah masih berikan kita waktu walau hanya sekejap untuk terus mengukir senyum sederhana itu hingga akhir hayatnya..

Alhamdulillah O:)

Puisi lama : catatangurukecil.wordpress.com

Hati-hati yang di Rindukan Surga (episode 1)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Gambar

Senja temaram di utara Pulau Jawa. kota terbesar di pelosok negeri ini. kota ini adalah ikon dan impian bagi hampir semua warga Indonesia. Para turis-turis asing pun rela berbagi segala aspek masalah yang lebih besar dari keindahan kota yang tersembunyi di dalamnya Hai Jakarta, apa yang membuat mu begitu menawan di mata mereka? kota metropolitan dan demokrasi di segala aspek kehidupan di dunia ini. hanya di Jakarta, semua terasa TIDAK ada masalah bagi siapapun, agama apapun, ras apapun, status apapun, dan semua pola tingkah kehidupan yang beragam. TIDAK ada masalah di kota yang penuh masalah ini. hmm begitulah Jakarta.

Elok nya senja hari ini begitu terasa di hati salah satu hamba Allah yang selalu berusaha bersyukur atas semua nikmat yang Allah anugrahkan padany. Jilbab putih panjang itu terurai dan terhempas perlahan oleh semilir angin sore tepat di bawah pepohonan rindang salah satu sudut sekolah. wajah  anggunnya selalu menggurat senyum. Syukurpun menjulang ke langit hari ini atas kelancaran acara mereka.

Agenda keputrian hari ini termasuk salah satu agenda yang telah Allah takdirkan. Alhamdulillah hari ini berjalan begitu khidmat. Agenda yang di berkahi Allah, InsyaAllah. agenda jum’at yang hampir tidak pernah terlewatkan bagi siswi-siswi sekolah menengah atas negeri di salah satu kota Jakarta. Agenda yang di cintai oleh mereka-mereka yang mencintai Allah, Rabb nya.

Siang tadi bertempat di aula yang hanya berukuran 5×6 meter dan berada di lantai tiga gedung sekolah ini begitu penuh dengan sesak. Antusias yang luar biasa di rasakan di ruangan sederhana itu. Acara yang hanya berbekal sebuah layar proyektor, laptop, speaker, dan sebuah microphone akhirnya dapat membius semua peserta. Perhatian mereka tidak tertuju pada benda-benda dunia itu, melainkan pada setetes ilmu akhirat yang akan menjadi bekal mereka menuju surgaNya.
“ya Allah, berkahi lah mereka” lirih gadis berjilbab putih itu, pun beserta dengan para mentor keputrian yang lain.

Sesak dan panas bukan menjadi alasan mereka untuk mengeluh. Jum’at berkah kali ini di isi dengan satu materi yang paling sensitif bagi siapapun termasuk bagi para mentor-mentor dakwah sekolah itu. materi sederhana yang begitu luar biasa, yaitu “CINTA yang di Berkahi Allah”. tema indah yang dibalut dengan penyampaian yang halus oleh musliamah berwajah anggun khas sunda, panggil saja ia Anisah.

"Seutai kasih yang di Ridhoi Allah adalah kasih yang paling suci.
Kasih mu pada Allah yang tak akan pernah terdua kan oleh apapun, oleh siapapun
Kasih mu pada ibu dan bapak mu yang lebih lembut dari sehelai sutra
Kasih mu pada sahabat dan saudara-saudara mu yang lebih indah dari pelangi sehabis hujan
dan Kasih mu bagi dia, yang nama nya telah tercatat dengan indah di Arasy Allah, untuk mu, untuk kita semua yang merindukan hadirnya.
kasih yang bukan saat ini kita sampaikan, namun nanti, pada waktunya nanti Allah akan tunjukan nama itu di hadapan sang penghulu langit”

Suasana haru dan gelak tawa berkumpul menjadi satu di ruang yang begitu sederhana untuk di katakan sebuah aula. tapi bagi mereka, ruangan itu akan menjadi saksi karena tempat duduk mereka di hari itu telah di catat oleh malaikat-malaikat Allah di atas catatan kebaikan dalam menuntut ilmu.

Siang yang singkat itu menegaskan satu hal tengtang CINTA yang di Berkahi Allah,

“Bahwa hati-hati yang di senantiasa di rindukan surga adalah hati-hati yang selalu menjaga kesuciannya. bukan kah CINTA berasal dari hati? nah, dengan demikian hati yang di rinduka surga adalah hati-hati yang menjaga CINTA dan akan terus me CINTAI-Nya”

“Cinta yang suci tidak akan pernah mencari alasan untuk di kotori dengan PACARAN. Tidak akan ! melainkan cinta yang suci hanya ingin di sucikan dengan ijab kabul yang sah. Ingatlah wahai saudariku, Allah telah melarang mu, menghimbau jauh-jauh waktu, mengingati mu di dalam ayat-ayat Nya yang indah :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” ( QS. Al Isra’: 32 ).

Maka harus selalu kalian ingat saudariku, Allah tidak pernah melarang hamba-hamba Nya jika itu baik menurutNya, Dia selalu melarang yang memang sangat buruk menurutNya. percayalah.. hati-hati yang di rindukan surga akan selalu ingat, akan selalu terjaga kesucian nya. karena CINTA berasal dari hati dan iman.”

Satu persatu pintu hati mereka Allah ketuk. satu persatu cahaya kebenaran mulai terselip dihati-hati mereka. sedikit demi sedikit Allah akan tunjukan hidayah lewat segala jalan yang di Ridhoi-Nya. Yah, hari ini adalah salah satu cara Allah menyelipkan sedikit teguranNya bagi hati-hati yang terlampau jauh dari Rahmat-Nya. Hari ini pula Allah curahkan jutaan nikmat bagi hati-hati yang tengah berusaha menjadi hati yang dirindukan surga.

bersambung.... (belum tau lanjut kapan - cerpen lama)

sumber blog saya sendiri : catatangurukecil.wordpress.com

MIMPI (?)



Gambar


Impian adalah sebuah Harapan

Semua orang berhak bermimpi, bukan?

Yah mimpi adalah bunga tidur tercantik dalam hidup seseorang. begitu pun mimpi di dunia nyatamu. mimpi, impian, dreams, cita-cita atau apalah nama keren nya yang lain, seperti bintang terindah yang semua orang sematkan di gelapnya langit malam. Harapannya ialah bintang itu dapat kembali menyinari malam gelap mereka, bahkan mereka bisa menggapai bintang itu hanya dengan jemari lemah mereka. Ah, terlihat dan terdengar mustahil memang. tapi memang itulah impian. Begitu banyak orang yang memiliki ribuan mimpi yang mustahil. Kemudian ada yang sanggup menggapai nya dan ada juga yang jatuh saat menggapainya. seperti itulah impian. selalu begitu.

Impian atau Mimpi?

Semua orang berhak membayangkan nya, kemudian berusaha atasnya, dan menggapai mimpi nya. Yah semua orang berhak atasnya.
Siapalah yang tidak mempunyai impian? ah, bohong.. semua orang pasti punya impian.
bagaimana tidak?
memimpikan punya istri idaman saja sudah impian.
memimpikan jadi peringkat satu dikelas saja sudah impian.
memimpikan bisa dapat nilai seratus saja impian.
memimpikan hari esok lebih baik saja sudah menjadi impian terindah.
bahkan memimpikan orang tua kita tersenyum pada kita hari ini saja – sudah merupakan impian.

Yah, karna impian adalah suatu harapan bagi siapapun.
Bagi si miskin. bagi si kaya. bagi si pintar. bagi si kurang belajar. bagi anak kecil. bagi orang dewasa. bahkan bagi yang ingin menjemput maut sekalipun. semua orang pernah bermimpi. semua orang pernah memiliki harapan.
Maka bermimpilah selama kamu bisa bermimpi. selama nafas masih berhembus untuk berusaha mewujudkan impian-impian mu. selama Allah masih berikan jalan terbaik untuk mu.
Percayalah, kamu tidak sendirian dalam merangkai impian mu.. karna disana..

Ada Allah subhanau wata’ala
Ada ibu-bapak mu
Ada sahabat-sahabat mu

Bahkan ada jutaan saingan mu yang membuat mu semakin kuat berjuang
Bersykurlah kawan, karna hari ini kita masih dapat bermimpi, masih dapat berharap walau terkadang semua harapan tak sesuai dengan keinginan kita tapi InsyaAllah selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.

Maka sekali lagi. Bermimpilah!

sumber blog saya yang lain :  catatangurukecil.wordpress.com

Senandung 2018 (PUISI)

"Malam"

Hai malam..
Apa kamu masih sendiri?
Apa kamu masih merasa sepi?

Andai kau tahu malam,
Aku selalu ingin hadir menatapmu
Mengalunkan lagu bersamamu
Meneguk secangkir kopi penuh cerita

Oh.. andai kau tahu,
Aku tak suka menantimu
Jika begitu, Aku ingin setiap hari adalah malam
Sungguh, Aku tak akan menunggu
Karena ku yakin, malam akan tetap hadir

Entah Kapan...

Bogor, 06 Oktober 2015


"Cinta"

Semu
Merona
Memerah-marah(?)
Ada debar hebat
Ada gelora melonjak
Ah sungguh.. ku tak mengerti
Meski sedetik
Meski sepersekiannya.

Aku takut,
Sungguh aku takut
Menduakan-Nya..

Jauhi aku.
tolong jauhi diriku yang tak ada daya upaya.
biar Allah yang menjadi mata airnya.

Bogor, 06 Oktober 2015

HUJAN dalam RINDU



Hujan..
kau ingatkan aku.
tentang satu rindu.
di masa yang lalu.
saat mimpi masih indah bersamamu..

terbayang satu wajah
penuh cinta, penuh kasih
terbayang satu wajah
penuh dengan kehangatan
oh.. ibu.

(cuplikan lagu "Satu Rindu" Amanda feat Opick)

Hujan kembali membasahi Bogor sore ini. senja pun menggurat senyum atas rahmat Allah yang hampir selalu hadir sepekan belakangan ini. "Aku cinta hujan.." celetuk ku pada sahabat yang mengendarai kuda liar beroda dua. Menghirup wangi hujan adalah kesukaan ku. ada sensasi tersendiri saat hawa dingin merasuk kedalam tubuh dan menyegarkan kembali otak yang seharian tadi mengepul. "ah.. hujaan.. selalu ku rindukan." hela ku panjang. sore ini aku benar-benar menikmati hujan, lebih tepatnya kehujanan. hahaha

"Kamu tau kenapa aku suka hujan?" kataku pada seorang sahabat setelah sholat ashar. Aku tepat di gedung perkuliahan kampus hijau yang menghadap lahan hijau cukup asri dan bersih. Disini, dari tempat ini, aku benar-benar bisa merasakan dinginnya hujan meski tubuhku tak berada dibawahnya. ku lebarkan tanganku dan ku hirup dalam-dalam. "Kamu mau tau gak?" kataku lagi memancing. "Aku suka hujan karena rahmat Allah turun, tapi untaian doa naik ke langit. terbawa hujan hingga ke pelosok bumi Allah. bahkan hingga ke Riau." kali ini mendung memenuhi hati ku dan hujan pun turun dari mata yang merindukan sebuah pertemuan. "Ayo balik ke kelas." Ajaknya.

"hai Riau, Apakabar?" sapaku pada hujan di hari berikutnya. kali ini aku tepat berada di jendela kecil kamar ku. tidak ada pemandangan indah dari sini, yang ada hanya serentetan rumah berhunikan keluarga lengkap. ibu, ayah, dan anak-anaknya yang lucu. berteriak ke sana-kemari. bahkan ada yang menikmati indahnya hujan di bawah saung rumah mereka. beberapa langkah kecil berlarian mengejar hujan dan menikmati dingin hatinya. "Aku tau.. merekapun pasti menyukai hujan." jika kau lihat, kau akan melihat gurat senyum tulus dari wajah seorang gadis lokal yang merindukan ibunya.

Hujan deras sore ini di barengi dengan kabar yang menyesakkan. penuh duka. ah.. ibuku selalu brkata, "mama baik-baik aja ko. tapi adikmu belum sekolah juga sampe sekarang. masih libur katanya." suara disebrang pulau itu selalu tegar. selalu itu yang menenangkanku. tapi berita-berita yang ditanyangkan tak ada habisnya mengurai bulir permata di mata yang merindukan pertemuan itu.

Riau. segudang misteri yang tak mampu terkuak. segudang asap yang menyekat napas setiap manusia yang tak berdoa. salahkah aku berfikir seperti itu? jutaan manusia harus menanggung resiko dari keserakahan segelintir manusia tak tahu diri. bangsa sendiri yang membunuh perlahan saudaranya. innalillah.. bahkan tak henti-hentinya dada ini sesak saat puluhan bayi harus terpaksa bernapas dengan tabung oksigen. lebih dari itu, belasan dari mereka harus menghembuskan napas terakhirnya ditengah asap yang mengepul. sungguh.. tak manusiawi. Oh Allah... lindungi keluargaku. saudaraku. bangsaku. bahkan mereka yang telah mendzolimi saudaranya sendiri. aku tau.. kami bersaudara.

sampai detik ini. dada semakin menyesak. hampir sebulan kondisi seperti ini berlangsung. dan sampai detik ini juga.. tak ada doa lain dibalik hujan yang aku panjatkan. hanya kebaikan Allah untuk keluargaku dan bangsaku disana.

Oh hujan.. sampaikan rindukan bagi wanita tegar yang tak mampu ku lukiskan wajahnya.
sungguh aku rindu.. pulang.

Allah..
izinkanlah aku, bahagiakan ia

(cuplikan lagu "Satu Rindu" Amanda feat Opick)

Malam larut.
selalu ada waktu berdua dengan-Nya.

Bogor, 09 Oktober 2015
Dengan cinta <3

Sabtu, 03 Oktober 2015

Aku - SIBUK (?)


Goresan Hati di bulan Oktober.

Malam selalu cantik bagi ku. malam selalu memiliki jutaan rahasia yang tak pernah kita tahu, atau bahkan malam sendiri pun tak pernah tau. malam berbintang. bulan yang tersipu malu. dan rona merah pada insan yang memadu cinta... pada tuhan-Nya. pada sang pemiliki Cinta. pada yang menjaga kesucian.

Saatnya aku bercermin pada malam. menjadi wanita misterius yang tak pernah tau apa yang Allah takdirkan pada dirinya. wanita yang tak pernah berharap hadirnya bintang dan bulan untuk sekedar menemani. cukup sendiri. berteman sepi.

Pagi ini. jum'at berkah diawal oktober. semua orang dirumah kecil ini sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. sepagi mungkin sudah ada yang bertengger dikampus. sedini mungkin sudah ada yang mencoret-coret laporan kerja kerasnya. tapi aku.. masih bergeliat di zona nyamanku. memperhatikan tanpa ikut skenario pagi mereka. "apa perlu?" tanyaku.

Beberapa orang menghardik dengan senyum. "Dasar yang gak kuliah mah udah diem aja.". Selebihnya "Ih enak banget kamu ya.." "Iyah dong... ngegabut nih.." canda ku dalam perih dan bingung. Apakah mereka tak pernah tau, bahwa aku yang seharurnya berkata itu pada mereka. betapa banyak kebaikan yang bisa aku lakukan di luar sana. seharusnya.

Sibuk. ketika semua insan sibuk dengan aktivitasnya, aku hanya di sini. menggigit jari. "Apa yang harus aku lakukan?." Aku berjalan sempoyongan keluar dari singgasana. menyalahkan robot yang menghadirkan tayangan tiga dimensi. menyentuh keybord usang sambil wifian gratis. dan berharap gudang inspirasi berputar-putar dipikiran. lagi-lagi sibuk adalah parameter keberhasilan seseorang memajamen waktunya. bagi ku.

Bukan aku tak mau sibuk (!). sibuk artinya semua orang jelas tau apa yang harus dilakukan. atau sebagai alasan semua orang menyicil tugas beratnya seminggu kedepan. tapi tidak sibuk bukan berarti itu mau ku. aku tak tau, lebih tepatnya tak mau tau apa yang sedang menungguku. lupakan saja. nikmati saja.

Sore menjelang. menikmati serangkain relaxasi bagi seorang wanita. begitulah pekerjaan kami saat hati dan pikiran sudah lelah. tapi kali ini hanya berdasarkan keisengan semata. terceplos sebuah kalimat, "udah sana kamu nikah aja, udah siap kayanya. gak ngapa-ngapain juga kan?" mereka tau hati ku. "Aku mau." jawaban singkat bermakna.. "tapi aku belum siap." kesibukan kami berlanjut dengan tawa gurih lainnya.

Sibuk. nikah. ah.. dua kolerasi yang tidak ada sangkut pautnya buka. orang nikah malah semakin sibuk atau tidak. bisa saja. bagiku.. sibuk atay tidaknya seseorang tergantung kamu... yah.. tergantung kamu memandang masalah dan tugas mu. nikmati saja. dan niatkan segala kesibukan hanya untuk Allah dan karena Allah. jika sungguh, jika kau tak mau jutaan waktu yang kau bilang sibuk itu menguap keangkasa. tak bermanfaat sendikitpun bagimu kelak.

Sibuk.. ah.. aku suka kata-kata itu.

Mari menyibukkan diri dengan kebaikan~

#MulaiList

Bogor, 04 Oktober 2015

Kamis, 01 Oktober 2015

"Keluarga Baru"



Bukan Sahabat tapi Saudara atau bahkan ku panggil "KELUARGA"

Sekitar setahun yang lalu. saat langkah kaki Allah teguhkan. saat jiwa dan raga Allah tetapkan ditempat ini. awalnya aku merasa sendiri.tak tau apa yang akan aku lakukan. sebuah karya apa yang akan aku berikan bagi perjalanan baru ku empat tahun ke depan. bagiku.. tahun pertama begitu spesial.

Diawali dengan hadirnya sebuah lingkaran yang luar biasa. sungguh, lingkaran itu bukan sekedar ikatan melainkan sebuah simpul terkuat yang harus dipertahankan. Aku memanggil mereka dengan sebutan "Keluarga". Keluarga terindah InsyaAllah.

Perjalanan setahun lalu bukanlah jalan lurus tanpa batu. melainkan perjalanan itu berliku dan menanjak. menanjak menuju tempat tertinggi dan lebih mulai. kita sebut sebuah perubahan menuju yang lebih baik. maka aku tak mungkin sanggup sendiri melewati panjangnya perjalanan yang aku pun tak tau kapan berakhir. disinilah, Allah hadirkan mereka. keluarga yang menguatkan, membesarkan dada, dan menghangatkan kedinginan. indah bukan? meski dalam keluarga pun damai tak melulu kita dapatkan, tapi begitulah warna-warni yang kita lukiskan dalam sebuah keluarga. atau kata Salim A fillah adalah dalam Dekapan Ukhuwah.

Setahun berlalu. maka tinggal tiga tahun lagi perjalanan ini ditempuh. bersama mereka. yah... insyaAllah masih brsama mereka. mewujudkan cita-cita besar bersama orang-orang besar. meski aku hanya berada ditepi jalan. menepuki keberhasilan saudara ku yang lain. bagiku, itulah bahagianya. saat kita bisa menjadi orang pertama ditepi jalan yang mereka hampiri saat perjalanan ini begitu melelahkan, saat mereka kahausan, saat mereka lapar dan saat mereka hendak beristirahat. begitu hebatnya. begitu bahagianya, mendampingi keberhasilan keluargamu..

Semoga Allah ridhoi dan semoga Allah berkahi simpul yang telah terikat kuat.
Barakllah fiikum ukhty..
Barakallah fiikum utaa..


Salam cinta.
Bogor, 02 Oktober 2015

MiUmi_

My Journey (Sambutan Anshar)


Assalamualaikum..

dear ukhty-akhi, saudara-saudari, antum-anti, muda-mudi, nyak-babeh dan semuaaa kaula muda dan tua #eyaa
InsyaAllah akan hadir postingan baru berkelanjutan tentang "My Journey"

"My Journey"

Kisah beerlanjut atau bisa dibilang bersambung deh. kisah perjalanan selama saya hidup yang bisa saya bagikan kelaian semua. berbagai rasa nano-nano yang akan kalian baca nantinya. ohoo.. isinya bisa berupa kisah nyata tapi bisa juga loh berupa khayalan sa-yaa hehehe. semoga bermanfaat dan menginspirasi. ^^

Salam Hangat

MiUmi_

Senin, 21 September 2015

Artikel Ukhuwah -- Patah Hati dalam Ukhuwah

Patah Hati dalam Ukhuwah
Hay dear..
Kamu mungkin pernah mendengar namanya patah hati dalam urusan cinta tapi mungkin itu udah biasa. Nah sekarang ada nih patah hati jenis baru, namanya patah hati ukhuwah (hahaha). Patah hati jenis ini hanya dirasakan bagi insan-insan yang itsarnya begitu kuat kepada saudaranya eh tapi malah bertepuk sebelah tangan. Miris ya.

Guys.. kalian harus bener-bener paham dengan jenis patah hati yang satu ini. Bagaimana engga? Kalo jenis patah hati karena cinta aja efeknya luar biasa apalagi karena ukhwuah atau persahabatan? Iya kan. Nih ya.. kalo aja jenis patah hati ini kalian yang rasain. Gimana sih emang? Yap.. saat kalian perhatian sama orang yang kalian anggap sahabat udah gitu kalian paham apa itu itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan sendiri). Eh tiba-tiba temen kalian itu deketnya atau mainnya sama yang lain terus, ke kalian Cuma kalo ada butuhnya aja. Ngenes gak tuh??

Sebab itu yah guys.. please don’t be EGOIS. Kalian itukan gak hidup sendrian. Udah gitu coba deh kalian lebih peka dengan saudara-saudara kalian yang udah berkorban untuk kalian, itsarnya tinggi banget selangit, eh kalian malah cuek gitu aja. Hati-hati yang mba/mas bro, cari saudara atau sahabat macem tu gak mudah loh.. so.. jangan pernah sia-sia-in dan cuekin mereka gitu aja. Mereka itu lebih berharga daripada emas 24 karat. Inget yaa..

Nah.. sekarang aku kasih tips nih buat kalian, gimana sih caranya agar dalam persahabatan engga ada namanya patah hati?!!
The fisrt, look your heart and than ask about your NIAT! Nah.. ini nih yang super penting dalam bersahabat atau bahkan dalam melakukan segala hal. Lihat ke dalam hati mu dan tanyakan baik-baik ke hati mu apakah niat terbaikmu untuk berteman dengan mereka? Sebelum kalian kelamaan mikir, sekarang aku kasih tau aja yaa. Niat terbaik kita dalam bersahabat haruslah hanya karena dan kepada Allah subhanahu wata’ala. Semua hal apapun yang diniatkan atas dasar Allah, InsyaAllah akan terus berujung dan berbuah baik (aamiin). So, jangan lupa yaa, ask your heart!!

And than, Keep your relationship with your bestfriend. Jaga tuh baik-baik hubungan persahabatan kalian. Jangan sampe sedikitpun ada yang terdzolimi didalamnya. Penjagaan yang paling efektif adalah dalam komunikasi, InsyaAllah jika komunikasinya lancar, persahabatan kalianpun akan terus mengalir bak air sungai tanpa sampah. Eits jangan lupa ya, sesama sahabat pun harus saling terbuka, transparan, apa adanya, saling mengingatkan jika salah satu dari kita ada yang alfa ngasih senyuman, saling ngerangkul dalam suka dan duka. Beh.. kalo udah kaya gini nih. insyaAllah dijamin awet.

The last, gimana nih kalo ada persinggungan yang tak diduga padahal poin satu dan dua udah dijalanin? Hayoloh.. gimana yaa? Sekarang gini deh, kalo kalian udah belajar terbuka, coba sekarang belajar terbuka juga dalam mengungkapkan semua perasaan kesal, bete, marah dan lain sebagainya ke sesama sahabat. Tujuannya adalah agar tidak seorangpun dari kalian yang menyembunyikan semua itu biar gak lama deh sembuhnya. Jika sudah terbuka, saatnya saling menerima semua kesalahan dan berusaha untuk berlapang dada. insyaAllah dengan itu semua, kita menjadi paham apa itu itsar dan kitapun sudah menjalankannya dengan baik.
So.. don’t forget yaa.. berikan senyuman terbaikmu untuk orang-orang tersayangmu. Jika mereka melakukan salah, rangkullah mereka dan berikan pelayanan terbaik agar mereka bisa kembali ceria. Bukan berarti yang salah kita hindari namun berusaha berlapang dada dan memaafkan itu ternyata lebih baik loh. Yaa kaan??

MiUmi_

Duhai HATI


sebuah puisi karya MiUmi_

Duhai hati yang dirundung gelisah..
Tak ingatkah dengan siapa kau mengaduh?
Ditengah malam kau berpeluh
Setiap saat kau berharap
Tapi dengan tega kau bagi cinta-Nya
Bahkan, kau telah membaginya dengan makhluk-Nya yang lemah..

Duhai hati yang merindu..
Tahukah kamu siapa yang selalu merindukanmu?
Dia selalu menantimu menemui-Nya disetiap malam
Dia yang selalu mendengarkan ceritamu
Dia yang setia menemuimu disaat kau sedih
Padahal kau selalu melupakan-Nya disaat kau bahagia
Tegakah kau membagi rindu-Nya?

Duhai hati yang lemah
Tak ingatkah kau siapa yang selalu menguatkanmu?
Siapa yang selalu memberikanmu pertolongan?
Lupakah kau, Dia selalu hadir kapanpun kau butuh
Tapi kau tidak sama sekali berterimakasih
Tegakah kau campakkan Dia?
Hanya demi makhluk-Nya yang lemah

Duhai hati yang lupa
Tak ingatkah kau untuk apap kau disini?
Untuk apa kau diberi-Nya nafas?
Untuk apa kau diberi-Nya waktu 24jam?
Untuk apa? Selain untuk mencinta-Nya.
Tegakah kau melukai Dia yang selalu mencintaimu?

Duhai hati yang mekar
Tak bisakah kau lihat!
Cinta siapa yang paling besar?
Cinta siapa yang paling tulus?
Cinta siapa yang selalu hadir disetiap hembus nafasmu?
Tegakag kau, meghancurkan cinta-Nya?

Duhai hati yang tak tau diri
Tak sadarkah kau?
Tak sedikitpun Dia akan memarahimu
Tak sedikitpun Dia kecewa padamu
Tak sedikitpun dia tersakiti karena lupamu
Tak sedikitpun Dia patah hati karena penolakanmu
Tidak sedikitpun Dia merugi karena kau mencampakkan-Nya
Sungguh, kau yang hanya akan merugi apabila itu semua terjadi

Duhai hati yang merindukan-Nya
Kembalikan semua cintamu pada Allah
Pada Sang Maha Cinta
Pada Sang Maha Kasih
Pada Sang Maha Pemaaf
Kembalikan ingatan mu
Pada yang memberikan kehidupan
Pada yang memberikan waktu dan kesempatan
Pada Cinta yang selalu hidup dihatimu
Yaitu Cinta yang kekal
Cinta yang abadi
Cinta yang tak meminta sepersenpun
Cinta yang memberi segalanya
Cinta yang tak akan lukai siapapun
Cinta yang terindah dari segala cinta
Cinta illahi Rabbi..

Cerpen - PRIA dari GAZA


cerpen karya MiUmi_

Semilir angin senja menyapu wajah ayu berparas etnis jawa itu. Hidunganya yang bangir begitu khas untuk wajah keturunan jawa-belanda yang disandangnya. Adzan magrib mengalun lembut dari mesjid kota kelahiran gadis itu, Solo. Sejak tiga hari yang lalu, saat magrib menjelang, langkah-langkah kecil penuh semangat berlarian untuk belajar se-kata dua kata ayat Allah (Al-qur’an) bersama kakak guru mereka yang begitu cantik.Gadis berkebangsaan indo-belanda itu seketika membaur bersama mereka diberanda mesjid. Keriangan anak-anak kecil berumuran 5-8 tahun membuat riuh-riang suasanan diberanda mesjid Agung kota Solo.
“kakak gulu ayoo kita sholat magrib mumpung belum qumat.” Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menarik lengan bajunya yang tersambung dengan mangset berwarna merah jambu. Ah iya, dia bernama Fauzan murid baru di TPA Mesjid Agung dan anak laki-laki termuda yang diajarnya. Ia mengelus kepala fauzan dengan lembut, “iyah sayang.. ayuuk yang lain juga ikutan masuk yuuk, kita wudhu dulu.” Senyumannya terpancar dengan hangat. Tangan lembutnya telaten sekali mengajari berwudhu yang baik dan benar. Satu persatu murid TPA itu mulai memahami bagaimana cara berwudhu yang baik sedangkan yang lain sibuk bermain air. Begitulah anak-anak. Keseruan mereka di akhiri oleh suara iqomah yang berkumandang.
**
Angin malam siap menusuk setiap kulit-kulit yang sempurna terbuka. Mungkin inilah salah satu hikmah dari menutup aurat bagi seorang muslimah karena Allah selalu ingin menjaga hamba-hamba-Nya dari ketidaknyamanan apapun, termasuk kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Tepat pukul delapan malam, tadarusan diberanda Mesjid Agung selesai. Suara riuh penuh semangat anak-anak kecil saat melantunkan Al-qur’an pun mulai meredam, diakhiri dengan doa penutup mejelis yang sangat mereka hafal.

‘ Walashri innalingsanalafilkhusri illallaziina aamanuwa’amilussholihati watawaashaubilhaqqi watawaashoubissobri shodaqallahul ‘adziim’

Sudah dua bulan yang lalu TPA Mesjid Agung terpaksa dipindahkan menjadi malam karena pembangunan mesjid yang sangat mengganggu dan berbahaya bagi anak-anak. Malam seharusnya menjadi waktu mereka untuk belajar dirumah dan beristirahat. Tapi bagi mereka, kapanpun waktunya, mereka akan tetap semangat menutut ilmu apalagi belajar Al-qur’an. “Adik-adik yang soleh dan solehah, mulai besok ngajinya pindah malam dulu ya sayang, soalnya kaka takut kalian tertimpa runtuhan bangunan. Bagaimana sayang?” seru kakak.
“enggak apa-apa ka kaya begini, kan bial kita ngelasain kayak temen-temen kita di Gaza ka, yang kaya kaka celitain waktu itu, kalo disana meleka belajal dan mengaji dibawah le-lun-tuh-an lumah meleka yang dibom sama... sama islael ya ka, iyah kan ya??” begitulah Fauzan dengan kecadelannya menanggapi dan berusaha mengingat cerita tentang anak-anak Gaza yang sudah hampir dua minggu lalu diceritakan Ka Syafa. “iya sayang, is-ra-el.” Ka Syafa namanya. Ia berusaha mengeja nama bangsa zionis itu. “ah iyah ka, itu juga yang tadi mau aku bilang.” Tingkah lucunya membuat seisi kelas tertawa riuh. “hahaha kamu ada-ada saja. fauzan benar adik-adik, di Gaza memang teman-teman kita terpaksa belajar disisa-sisa runtuhan bangunan rumah-rumah mereka yang hancur karena dibom. Itu karena mereka juga terpaksa sayang. Karena disana sudah tidak banyak tempat-tempat yang layak untuk belajar, disana mereka hanya belajar dibawah tenda pengungsian dan diatas runtuhan bangunan. Nah.. kalo disini kaka tidak mau kalian celaka karena bapak-bapak disana lagi fokus bangun mesjid kita sayang. Biar mesjidnya makin bagus dan makin banyak temen-temen kita yang mau ikutan belajar. Jadi itu alasannya mengapa harus dipindahkan malam, nanti kalo kepala kalian bocor terus berdarah eh terus tidak bisa ngaji dan belajar lagi bagaimana? Hayoo.” Ka Syafa usil membercandai mereka. “Ihhh aku gak mau kaa.” Seru Putri anak perempuan paling anggun dikelas itu, jilbab syar’i sudah mebalut tubuhnya sejak ia usia empat tahun. Seperti itulah mendidik seorang anak perempuan, sedini mungkin mereka harus mulai dikenalkan dengan jilbab, yaitu hikmah yang begitu indah untuk mereka cintai. “kalo begitu mulai besok datengnya sebelum magrib ya adik-adik biar kita sholat magrib berjama’ah dulu. Okay.” Seru Ka Syafa menutup pemberitahuan sore itu. “InsyaAllah kaaa.” Riuh sekelas berteriak jawaban yang sama.

**
Tidak seperti biasanya, malam ini Fauzan tidak dijemput sedangkan murid-murid yang lain sudah setengah jam yang lalu berhamburan menemui orangtua mereka. Maklum saja, jarak dari mesjid ke rumah-rumah penduduk sekitar lima belas menit lamanya jadi sangat rawan jika anak seusia Fauzan dibirakan pulang sendirian.
“Fauzan ko masih disini? Kamu belum dijemput papah atau mamah?” selepai beres-beres mesjid, Syafa menemui fauzan yang masih jongkok diberanda mesjid. Mukanya murung tapi tetap terlihat tampan untuk ukuran seusianya.
“Belum ka, kata eyang, meleka mau jemput ayah dibandala, soalnya ayah sudah 5 tahun yang lalu pelgi ke Gaza dan sekalang balu boleh pulang. Aku saja belum liat wajah ayah dan bunda, kata eyang bunda meninggal saat melahilkan aku sedangkan ayah langsung ke Gaza saat meleka balu menikah.” Jawaban polos seorang anak kecil yang serba ingin tahu, sampai sedetail itupun ia tahu. “masyaAllah fauzan.” gumamnya dalam hati. “iyakah? Bunda kamu sudah meninggal sayang? Maafin kaka yaa Fauzan.” Syafa mengelus rambut Fauzan lembut, bulir-bulir bening mulai mengalir diwajah tampan Fauzan.
“Iyah kaka, aku gapapa ko.” Tegar sekali anak laki-laki ini, terpancar dari wajahnya sore itu saat bilang ia ingin seperti anak-anak di Gaza, belajar dibawah puing-puing bangunan, dan sekarang saat menceritakan kepergian ibunya pun, dia masih bisa tersenyum.
“Kamu hebat fauzan, seperti ayah kamu. Oh iya.. Ayah kamu ke Gaza? Ko kaka baru tau ya Pantesan kaka tidak pernah liat kamu dijemput ayah.” Lamunan gadis berusia 26 tahun itu berputar-putar, seketika ia mengingat seseorang sembilan tahun lalu, seseorang yang ia kagumi. Saat itu disebuah mesjid di Jakarta, disalah satu SMA Negri di Ibu Kota.
“Afwan ka, saya harus pindah ke Solo karena saya harus lanjutin kuliah disana. Mungkin sampai saya S2.” Sebanarnya pernyataan itu untuk sekedar laporan kesalah satu ketua organisasi alumni disana. Saat itu Syafa memang baru lulus satu tahun dari SMA itu, dia menunda satu tahun kuliahnya karena tidak lolos seleksi tahun lalu. Dia dan sosok yang dikaguminya memang berbeda agak jauh dari segi usia, mereka berbeda empat tahun.
“Kenapa jauh sekali fa, berarti amanah di Jakarta di cancel ya?” seru ka Rangga dari balik tembok mesjid yang dijadikan hijab antara ikhwan dan akhwat saat syuro.
“Sepertinya iya ka. Afwan.” Miris hati Syafa meninggalkan Jakarta dan semua amanah didalamnya, apalagi harus sejauh Solo, tidak bisa pulang seminggu sekali.
“oh yasudah. Hati-hati Syaf” Singkat sekali jawaban dari Ka Rangga, padahal bukan itu yang diharapkan pengagum rahasianya dibalik tembok sebelah.

Seminggu setalah syuro dan halal bi halal itu, Syafa berpamitan kepada semua pengurus organisasi di SMA nya dulu lewat social media. Satu persatu sahabat-sahabatnya memberi komentar dan berpesan agar baik-baik di Solo, termasuk Ka Rangga. Namun didalam hatinya hanya terbesit satu hal, “Jika dia yang tertulis di Lauful Mahfudz sana, aku yakin dia akan tetap untuk ku, tapi jika bukan, semoga Allah siapkan yang lebih baik. Aamiin.” Perpisahan dengan Jakartapun tak bisa dielakkan lagi.

“Iyah ka. Katanya eyang, ayah jadi le- duh apayaa aku lupaa.” Muka Fauzan saat berfikir lucu seklai. “le-la-wan ka disana. Nah, Ka Syafa.. Ka Syafa..” Fauzan mengguncang-guncang tubuh Syafa dan berusaha menyadarkannya dari lamunan.
“Eh iya sayang. Maaf ya tadi kaka ngantuk.. hayuu kaka anterin kerumah kamu.” Syafa dan Fauzan meninggal beranda mesjid tepat setengah sembilan malam.

**
Malam ini bintang begitu indah bersinar mengiringi perjalan Syafa dan Fauzan. Sepeda tua pemberian ibu kos kesayangannya melewati jalan setapak ladang sawah yang gelap dan hanya mendapat pencahayaan dari lampu-lampu jalan rumah penduduk yang berjarak belasan meter dari ladang. Walaupun kota, disini tetap seperti desa, hamparan sawah masih mudah ditemui.

Syafa berhenti disebuah rumah bercat biru. Sederhana sekali tapi terlihat sangat ramai. Beberapa mobil terpakir rapi disamping rumah itu. Raut keceriaan mulai tampak diwajah tampan Fauzan. “Ka Syafa tunggu sini yaa, nanti aku kenalin ayah dan eyang aku. Sepeltinya ayah sudah pulang.” Seru Fauzan dan ia langsung berlarian masuk kedalam rumah sedangkan Syafa masih terpaku menatap keramaian dibalik dinding rumah itu.

“Jika ingat tentang Gaza, aku ingat sekali saat munasharo Gaza di bundaran HI saat sepuluh tahun lalu. Aku dan ka Rangga sama-sama punya impian untuk menjadi relawan disana. Dia sosok yang sangat perduli kemanusiaan, soleh dan begitu berkharisma. Aku kagum dengannya sejak dua tahun sebelum aku lulus dari SMA. Kami satu SMA, dia sudah empat tahun diatas ku, kaka tingkat kalo kata mereka. Aku mengenalnya lewat sebuah organisasi. Awal yang biasa, semuanya biasa. Dia begitu menundukan pandangannya, sekarang aku mengerti, menundukan pandangan ternyata salah satu cara tercegah dari virus merah jambu. Ah untung aku hanya ka-gum.” Syafa menghempas nafasnya kererumputan didepan rumah bercat biru milik keluarga Fauzan. Menatap langit yang penuh bintang sambil sesekali menghapus butiran bening yang yang meluncur hangat dipipinya.

“Ka Syafaaa.....” teriak fauzan dari balik pagar besi rumah itu.
“iyaa saa..” kata-katanya seketika terhenti, jantungnya berdegub kencang, bulir-bulir halus mengalir hangat dipipinya dan mulai menderas. “MasyaAllah.. tenangkan hati hamba.” Lirihnya dalam kebisuan. Ia kini hanya mampu menundukan pandangannya, terus berusaha menutupi wajahnya yang memerah dan kedua bola matanya yang mulai basah. Sosok lelaki yang digandeng fauzan adalah ayahnya. Dan ayahnya itu adalah.. Ka Rangga! “Astagfirullah.” Ia membatin.

“Loh, Syafa? Bagaimana bisa disini?” Sangking kagetnya Rangga lupa mengucap salam. Ternyata hatinyapun berdegub kencang. Menundukkan kepala sedalam mungkin jika mampu.
“Assa-lamu-alaikum ka..” tiba-tiba guncangan hati Syafa membuatnya begitu gugup dan tak kuasa menahan tingkah yang mulai tak karuan. “A-na disini kan kuliah ka, lanjut S2 jadi masih di Solo.”
“oh iya.. astagfirullah.. Wa’alaikumussalam. bagaimana Syafa bisa kenal Fauzan?” kali ini ia mulai bisa menata hatinya. Dan menenangkan jantungnya yang terus berirama.
“Ana kebetulan kos di daerah sini ka. Dan ngajar ngaji di Mesjid Agung.” Degub jantungnya masih kencang sekali serasa mau copot. Tapi bulir hangat dimatanya mulai mengering berubah menjadi rona kemerahan.
“Loh.. Ayah dan kan Syafa udah kenalan? Kapan yah? Ko Fauzan enggak dikasih tau sih yah?” Seperti biasa rasa ingin tahu Fauzan memunculkan banyak pertanyaan. Dengan caranya yaang lembut, Rangga menjongkok dan mencoba memberi Fauzan penjelasan yang baik. “Fauzan, Ka Syafa ini temen Ayah waktu SMA dulu. Duluuuu sekali waktu Ayah di Jakarta.” Caranya memberi tahu buah hatinya begitu luar biasa, ternyata cerita-cerita tentang Gaza sudah sering Fauzan dengar dari Ayahnya, langsung dari Gaza via telepon.
“Oh.. Ka Syafa itu temen Ayah. Ka Syafa tau gak? Ayah seling loh celita tentang temen-temen aku di Gaza, Ayah celita banyaaaak sekali tentang Gaza. Iyah kan yah?” tingkah polos Fauzan membuat suasana sedikit mencair dan tergurat tawa di wajah Ayahnya, Rangga.
“whahaha iyaa sayang. Kamu pintaar sekali.” Kecup hangat mendarat di dahi Fauzan dari Ayahnya.
“Afwan ka, sudah malam, saya harus pulang tidak enak juga malam-malam bertamu.” Selangkah kemudian Fauzan bersalaman dengan Syafa. “Maaf ya Fauzan, kaka pulang dulu, besok ketemu lagi yaa. Assalamu’alaikum.” Secepat kilat ia kendarai sepeda tuanya. Rasanya harapan itu tertinggal dibalik rerumputan yang mengintip jendela rumah Fauzan. Malam ini, bintang gemintang, siluet lampu sawah, rumah bercat biru bahkan rumput yang bergoyang akan menjadi saksi bisu kuasa Allah selanjutnya.

**
“Yah ayah tau gak, Ka Syafa itu cantik ya yah, dia so-le-h eh sholehah yah, baik, la-mah, pandai ngaji lagi ya. Yah, ayah, Fauzan mau yah punya bunda kaya Ka Syafa.” Kali ini Fauzan merayu Ayahnya, sebagia anak kecil dia masih mebutuhkan sekali sosok seorang Ibu yang menyayanginya.
“Loh ko Fauzan ngomong gitu? Ka Syafa kan guru ngajinya Fauzan kan?” Rangga bingung dengan kelakuan anaknya yang mulai uring-uringan minta punya Bunda kaya teman-temannya yang lain.
“iya yaah.. aku mau punya bunda kaya temen-temen yang lain. Meleka kalo sekolah, kalo ngaji, kalo mainpun sama Ayah dan Bundanya. Aku mau kayak meleka yah, aku mau belajal baleng sama Ayah dan Bunda di lumah. Aku mau punya Bunda yah bial Ayah enggak kesepian lagi.” Celetuk polosnya mulai mebanjiri pikiran Rangga. Dan sekarang Rangga mengerti apa yang telah Allah rencanakan untuknya.

Malam ini, Rangga menutup permintaan Fauzan dengan istikharah. Memohon jawaban yang terbaik atas pinta buah hatinya. Sebenarnya bagi Rangga, menikah lagi bukanlah sebuah kebutuhan. Toh, Fauzan masih punya eyang yang sangat menyayanginya. Namun, ternyata hati Rangga berfikir dua kali untuk mewujudkan impian anaknya yaitu menikahi ka Syafa.
Menikah adalah sebuah perencanaan matang untuk seumur hidup. Apa iyah Syafa mau menikah dengan pria yang sudah berkepala tiga dan punya anak seperti ia? Batinnya terus bergejolak. Jika ia ingat sembilan tahun lalu, saat ia dengan sepenuh hati mewujudkan permintaan terakhir Ayahnya. Menikahi putri kerabat karibnya karena sebuah janji persahabatan. Bagi Ayahnya, mengikari janji bukanlah hal yang baik, dalam Islam pun diajarkan demikian. Apalagi, janji itu Ayah Rangga yang buat sehari sebelum Ayah Khansa (Ibu Fauzan) meninggal dunia. Kemudian tepat seminggu setelah meninggalnya sang Ayah, Rangga memenuhi pesan sakral itu. Entah, hati kecilnya sesungguhnya bukan untuk Khansa.
**
Senja selalu memberikan warna yang berbeda bagi hari-hari Syafa. Cerita demi cerita yang di celotehkan muridnya kadang membuatnya tertawa geli namun kadang membuatnya mengharu biru. Begitupun saat mereka mulai mampu membaca Al-qur’an dengan lancar dan tartil. Ah.. bagi seorang guru, itulah hal terbaik yang pernah ia dapatkan.
Senja berikutnya, Allah seperti tengah mengatur skenario terbaik-Nya. Fauzan akhir-akhir ini semakin manja dengan Ayahnya. ia selalu meminta sang Ayah untuk menghantar dan menjemputnya ngaji di Mesjid Agung, tempat dimana ka Syafa berada. “Ayah pokoknya selama Ayah di lumah, Ayah halus antelin aku ngaji ya? Yah Ayah yahh..”muka polos Fauzan membuat siapapun tak mampu menahan untuk tidak mewujudkan impiannya. Lihat saja, adik kecil itu ternyata sudah menghafal lima juz ayat-ayat Allah. “MasyaAllah..”batin Syafa saat mendengar kabar itu dari eyang Fauzan. “Iyah Fauzan yang tampannya kaya Ayah.”sumringah sudah wajah Fauzan saat keinginannya diwujudkan sang Ayah.

Senja dan malam setelah pertemuan itu seperti menjadi saksi betapa Syafa menahan gejolak hatinya. “Astagfirullah.” Batinnya, setiap kali perasaan itu membuat hatinya berbunga. Entah, syukur atau kufurkah yang harus ia lakukan. Batinnya seperti tersiksa. Menahan fitnah yang tak mampu ia ungkapkan. “Bagaimana mungkin? Ia sudah beristri dan mempunyai seorang putra?” hati tak meridhoi jika diatas sana ada wanita lain yang tersakiti karena perasaan yang ia pendam, yaitu Bunda Fauzan.
“Ya Allah.. bagaimana mungkin aku menahan fitnah selama ini? Aku tak sanggup duhai pemilik hati dan rahasia.” Doa malam itu menutup semua lembar kegundahan hati Syafa. Baginya, perasaan yang ia pendam bertahun-tahun silam tak perlu dipertahankan sampai sejauh ini. Apalagi kedua orangtuanya pun selalu mendesaknya untuk segera menikah karena umurnya sudah mendekati kepala tiga.
“Ndok, kamu nikah toh, Abi sudah punya calon kalau kamu siap menikah?” pertanyaan sekaligus permohonan kedua orangtuanya selalu tergiang setiap kali ia merindukan rumah di Jakarta. Namun sampai saat ini, ia hanya mampu menjawab “Sabar ya mi.. aku coba istikhoroh dulu sama Allah.” Dan apakah ini jawaban terbaiknya?

**
Pembangunan Mesjid Agung hampir saja selesai, sudah terlihat jelas akan seperti apa wajah baru mesjid besar ini. Satu persatu murid baru yang hendak belajar Al-qur’an terus berdatangan. Waktu mengaji juga telah diganti kembali menjadi sore hingga magrib. Aktifitas Mesjid Agung kota Solo hampir kembali normal. Namun, akan ada yang berbeda dengan aktivitas mengaji di mesjid itu.
“Assalamualaikum.. Maaf mi (sebutan Syafa kepada pengurus Mesjid Agung di Solo), aku harus pindah ke Jakarta lagi, urusan ku di Solo sudah hampir selesai. Abi dan Umi juga sudah mendesak terus untuk aku segera menikah. Aku mohon undur diri ya mi, aku tak tega jika berpamitan dengan adik-adik disana. Aku titip salam saja untuk mereka. insyaAllah kapan-kapan aku masih bisa main ke Solo dan menjenguk mereka.”

Setengah hati sebenarnya pindah ke Jakarta. Jawaban apa yang harus ia berikan pada kedua orangtuanya kelak tentang pertanyaan-pertanyaan menikah itu? Baginya, menikah adalah perencanaan matang seumur hidup. Ia selalu berharap mendapat orang yang tepat untuk menemaninya mengahabiskan masa tua bersama. Namun, birrul walidain mengalahkan semua egonya. Abinya telah menyiapkan orang terbaik yang bisa ia pilih nanti di Jakarta.
“Waalaikumussalam. Iyah mba Syafa tidak apa-apa. InsyaAllah nanti saya sampaikan ke anak-anak. Semoga berkah yah mba dengan urusannya di Jakarta.” Balasan pesan singkat dari pemilik TPA Mesjid Agung disana, Fatimah namanya, namun mereka sering memanggilnya Umi (Ibu).

Sore itu, Umi Fatimah memasuki kelas TPA yang biasa di ajarkan Syafa dan menyampaikan pesan singkat Syafa kepada mereka.
“Assalamualaiku adik-adik. Umi mau minta maaf sebelumnya, kaka Syafa sudah tidak lagi mengajarkan kalian soalnya ka Syafa sudah pindah lagi ke Jakarta. Jadi untuk sementara Umi yang akan menggantikan yah.” Umi Fatimah, lembut namun lugas dan tegas. Baginya anak-anak adalah permata yang harus diasah dengan lembut namun tidak semaunya.
“Umi Umi.. ko ka Syafa pindah Umi?? Kenapa pindah Umi??” seketika Fauzan dengan rasa kecewanya maju kedepan kelas dan menarik-narik baju Umi Fatimah. Dengan lembut, Umi usap kepala Fauzan sembari memberi pengertian yang baik kepadanya, “Iyah Fauzan sayang, Mba Syafa nya mau menikah katanya. Nanti kapan-kapan Mba Syafa nya main lagi ke Solo.”
Apa iyah Fauzan mengerti kata menikah? “Menikah Umi? Menikah itu yang kaya Ayah dan Bundanya Fauzan kan yah?” Duh.. anak kecil ini serba tahu dan ingin tahu. “Nah.. kamu benar sekali. Sudah yah. Kamu kembali ke tempat duduk mu. Ngajinya kan mau kita mulai. Yuuk.” Perbincangan itu ternyata membuat Fauzan uring-uringan dengan Ayahnya.
Sesampai dirumah, “Ayah.. ka Syafa mau nikah yah di Ja- Ja-kal-ta. Ayah gak mau nikah sama ka Syafa yah? Aku mau punya Bunda kaya ka Syafa yah. Aku mau ngaji tiap hali sama Bunda.” Rengekkan Fauzan terus terngiang difikirannya. “Fauzan sayang, kalau Bunda kamu ka Syafa, nanti Allah yang kasih ka Syafa nya buat Fauzan yaa Fauzan harus sabar yaa.” Senyum hangat sang Ayah yang mencoba menenangkan hati buah hatinya namun hatinya sendiri? Entahlah..

**
Jakarta masih sama saja seperti sembilan tahun yang lalu. Hiruk-pikuk jalanan, macet, banjir dan keseharian Jakarta lainnya menjadi sarapan pagi bagi semua penghuni Jakarta. Namun bukan itu yang dirindukan Syafa dari Jakarta, melainkan semua kenangannya kala ia di SMA dulu.
“Abi, Umi, Syafa mau nanya serius sama Abi dan Umi.” Pagi ini, setelah sarapan selesai, Syafa membuka percakapan itu.
“Kamu mau nanya apa ndok?” Abi menanggapi dengan santai namun sebenarnya ia tau apa yang akan ditanyakan putrinya.
“Aku sudah siap menikah. Siapa gerangan calon yang akan Abi tawarkan kepada ku?” Sebelah hatinya menangis namun sebelah hatinya yang lain tersenyum. Ada perasaan lega saat kata-kata itu mampu ia lontarkan, kapan lagi ia berikan cucu untuk kedua orangtuanya?
“Abi akan mengundangnya makan malam dirumah kita.” Senyumnya masih biasa saja. santai namun berwibawa. Seakan-akan ia sudah tahu bahwa pilihannya adalah pilihan terbaik untuk putrinya.
“Apa?? Malam ini bi? Cepat sekali bi? Aku kan belum tau siapa orangnya?” setengah kaget, ah.. bukan setengah namun sepenuhnya kaget sekali dengan keputusan Abinya. Jantungnya berdegub, namun tak tahu karena apa.
“Iyah ndok. Kamu siapkan saja masakan yang enak sama Umi mu. Nanti malam kamu akan bertemu langsung dengan Pria dari Gaza pilihan Abi.”

“Pria dari Gaza??” Hatinya semakin berdegub kencang. Terkaan dan prasangka menari-nari diatas fikiran logisnya. Entah siapa pria itu. Entah seperti apa ia. Entah apakah ia boleh berharap?

**
Hati Syafa terus berdegub kencang, lagi-lagi ia tak tau karena apa, Syafa tak henti-henti tilawah sedari ba’da isya tadi. Menanti sesosok pria yang dipilihkan Abinya. Malam ini, Syafa bergamis merah muda, masih tetap seperti biasanya dengan balutan jilbab panjang yang membuatnya tampak sederhana. Seorang putri bungsu dari keluraga besar Abinya. Sebenarnya mereka juga asli Solo hanya Umi Syafa yang keturunan Belanda, namun Abi Syafa lebih senang tinggal di Jakarta dibandingkan Solo ataupun Belanda.
“Asslamualaikum.”
Sapa seorang pria dari luar pintu. Namun, Syafa dan Uminya masih menyiapkan makanan didapur.
“Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawaban Abi Syafa yang disertai gurihnya tawa seperti bertemu dengan kawan lama.
“Mi.. itu tamunya sudah dateng? Itu orang yang Abi bilang bukan yah mi? Kok sepertinya ada suara anak kecil juga? Itu siapa mi?” Syafa terus penasaran dan menerka-nerka, siapa gerangan??
“Kamu tunggu saja yah sayang.” Lembut senyum Uminya sedikit menenangkan hati Syafa.

Ternyata Abi Syafa sudah menyiapkan skanarionya malam ini. Syafa disibukkan dengan membantu uminya didapur. Kemudian ia diminta membawakan minuman keruang tamu diikuti Umi yang membawa makanan. Akhirnya...
“Syafa.. mari bawakan minuman untuk tamu kita.”
“Iyah bi..”

Satu dua langkah ragu-ragu. Tiba-tiba..
“Ka Syafaaaa..” seorang anak kecil berusia enam tahun langsung memeluknya. Hangat air mata anak itu membasahi kedua lengan Syafa. Syafa kenal sekali dia siapa dan dengan siapa ia datang. Tanpa disadari, kedua mata Syafa pun telah basah oleh kerinduan pada Fauzan.
“Kamu sedangkan apa disini sayang?” Syafa membalas pelukan hangatnya yang masih belum juga mau dilepas.
“Aku nemenin Ayah ka, katanya Ayah punya hadiah buat aku.” Tingkah lucunya mengelap air mata dengan ujung baju yang ia kenakan. “Mana yah kadonya?” Fauzan mengulurkan tangan kanan kepada Ayahnya.
“Fauzan sini deh..” Rangga memeluk Fazuan yang masih sesegukkan menangis tapi juga tertawa bahagia. “Hadiahnya adalah Bunda dari Allah buat Fauzan.”
“Bunda??” Fauzan bengong dan lucu sekali wajah polosnya itu.
“Iyah sayang, Bunda Syafa untuk Fauzan.”

“Apa?” sekarang batin ku yang bergejolak. “Apa yang dia katakan tadi?”
“Iyah ndok. Inilah Pria dari Gaza yang Abi ceritakan padamu. Ternyata kalian sudah saling kenal yah?” Abi Syafa membercandai keduanya yang tersipu malu.
“Abi sudah menerima timangan Rangga sejak sebulan lalu sebelum kamu pulang. Dan sepertinya kamu setuju?” Ternyata Abi Syafa menangkap semu merah di wajah putri bungsunya.
“Abi..” Sungguh tak ada kata-kata yang biasa dia utarakan dalam keadaan sebahagia ini.
“Ayoo ka Syafa jadi Bunda aku.. ayoo.” Fauzan terus menarik-narik ujung baju Syafa.
Dengan menghela nafas panjang..

“Abi.. Umi.. Aku se-tu-ju.”

“Alhamdulillah” ternyata ada sepotong hati yang merasa lega mendengar pernyataan itu. Yah.. sepotong hati Rangga, yang merindukan potongan yang sebenarnya.
Malam itu, gemintang menjadi saksi dua hati yang Allah persatukan. Riuh tawa bahagia Fauzan membingkai manis dua hati orang dewasa yang menyatu dengan suci. Bagi mereka, Allah lah pemilik segala skenario terbaik. Tak ada waktu terlambat untuk merajut hati yang pernah saling mencinta dalam diam.
“yeehh.. Bunda Aku guru ngaji dan Ayah aku Pria dari Gaza..yeaahhh.. Te-li-makasih ya Allah..” Kata-kata itu menjadi cermin, betapa bahagianya keluarga kecil mereka yang baru.

Minggu, 20 September 2015

PRILAKU KONSUMEN - "Motivasi dan Kebutuhan"

MOTIVASI dan KEBUTUHAN
Let's join on my course ^^

UMI AZIZAH MARTINA


Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (http://ikk.fema.ipb.ac.id)
Fakultas Ekologi Manusia (www.fema.ipb.ac.id)
Institut Pertanian Bogor (www.ipb.ac.id)

Kuliah Perilaku Konsumen IKK233 (Consumer Behavior Class)

Department of Family and Consumer Sciences, (http://ikk.fema.ipb.ac.id)
College of Human Ecology (www.fema.ipb.ac.id)
Bogor Agricultural University IPB (www.ipb.ac.id)

Prof Dr Ir UJANG SUMARWAN, MSc
(www.sumarwan.staff.ipb.ac.id)
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
Dr. Ir. Megawati simanjuntak, MS
Ir. Retnaningsih, MS
Ir. Md djamaluddin, MSc


Ujang Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.


Kuliah Senin Pagi 14 September 2014.

MOTIVASI dan KEBUTUHAN

Apa itu motivasi?
Motivasi apa yang saat ini kamu punya?
Saat kamu melangkahkan kaki mu ke sebuah tempat, saat kamu membuka selembar demi selembar buku yang akan kamu baca, saat kamu duduk di dalam sebuah kelas dan mengikuti semua jam-jam kuliah dan saat kamu memutuskan untuk menggapai cita-cita mu di IPB terecinta ini. Apa yang mendorong semua itu?

Nah.. dorongan dan alasan-alasan itulah yang disebut motivasi.

Namun pembahasan kali ini lebih kita tekankan pada Motivasi seseorang sebagai konsumen atau Motivasi prilaku konsumen.
Dalam studi prilaku konsumen, motivasi adalah dorongan yang muncul karena adanya kebutuhan yang konsumen.


dari gambar diatas : Motivasi hadir karena adanya sebuah kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi dan pada akhirnya menekan dan mendorong seseorang untuk berprilaku sesuai harapan entah itu berupa sebuah pembelajaran atau progres kognitif (Model Motivasi Schiffman dan Kanuk)

Apa itu Kebutuhan?
Apakah sama antara kebutuhan dan keinginan?

Jika makan adalah kebutuhan maka makan nasi rendang adalah sebuah keinginan.
jika baju adalah kebutuhan maka baju koko adalah sebuah keinginan.

maka dalam setudi prilaku konsumen, kebutuhan adalah apa yang seseorang rasakan (Felt Need). Kebutuhan memiliki beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam diri dan dari luar diri. Faktor dari dalam misalnya fisiologis, biologis atau kebutuhan lainnya yang masuk kedalam primer needs. Sedangkan faktor dari luar adalah kebutuhan yang kita ciptakan dan termasuk kedalam secondary needs.

TUJUAN (GOALS)

Tujuan adalah salah satu cara untuk memenuhi sebuah kebutuhan. Tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu produk-produk atau hal-hal yang bersifat umum, sedangkan tujuan khusus ialah produk-produk yang bersifat khusus. Misalnya, kipas angin adalah produk umum sedangkan kipas angin cosmos adalah produk khusus.

TEORI KEBUTUHAN MASLOW


dari gambar diataas : Kebutuhan maslow menyebutkan adanya tingkat-tingkat hirarki dalam sebuah kebutuhan. Tingkat hirarki ini didasarkan oleh kebutuhan yang paling banyak dibutuhkan hingga yang paling sedikit terpenuhi. Kebutuhan yang paling dasar ialah kebutuhan fisiologis seperti makanan, udara, sex dan lain sebagainya. Kebutuhan pada tingkat hirarkin kedua adalah kebutuhan rasa aman yaitu berupa perlindungan dan peraturan udangan-undang. Kebutuhan pada tingkat hirarki ketiga adalah kebutuhan sosial yaitu berupa rasa hormat, pertemanan dan rasa memiliki. Kebutuhan pada tingkat hirarki keempat adalah kebutuhan ego yaitu berupa status dalam masyarakat, rasa percaya diri dan harga. Dan terakhir, kebutuhan tingkat paling tinggi ialah aktualisasi diri yaitu berupa sukses dab kuasa. Menurut maslow tingkat kebutuhan harus