Jumat, 27 Desember 2019

Kita di Masa Depan (?)

Untuk Kita di Masa Depan

Dear aku,
Dear kamu,
Dear   kita (aku + kamu),
Izinkan   aksara ini mengudara,
Izinkan aksara ini sebagai pengingat bagi kita kelak,
Saat waktu kita bersama telah tiba.

Dear kita,
Mari kita belajar dari banyak pengalaman keluarga terdekat, sahabat terhangat, dan  mereka yang sejak dahulu banyak memberikan pelajaran. 

***

Suatu hari,
aku pernah medengar ada mereka yang saling meninggalkan di tengah jalan,
saat pelu sedang  memuncak,
saat  pribadi saling mencampakkan,
saat  itulah rasa hendak mencari persinggahan lainnya.
aku berharap,
kita di masa depan adalah kita yang siap  saling menunggui kelemahan,
aku tahu, jalanmu pasti cepat sekali,
jalan ku mungkin lambat sekali,
tapi kita sama-sama meyakini, 
bahwa yang membuat kita bahagia bukan siapa yang lebih dahulu sampai di puncak, 
akan tetapi...
nikmatnya menjalani setiap langkah bersama untuk membunuh peluh sepanjang masa.
aku berharap,
Allah izinkan kita menjadi sepasang kekasih yang saling setia, saling menundukkan mata, dan saling menerima.
kita di masa depan   (atas izin Allah), bukanlah kita yang sempurna. tetapi kita yang saling menerima apa adanya. 

***

Suatu malam,
aku mendengar sebuah keributan tanpa ujung,
bergelegar hingga terdengar  tanpa samar, berbagai barang berterbangan, kata-kata kasar tidak segan dikeluarkan,
aduhai malang, siapakah korban? siapakah korban?.
aku bermimpi,
kita di masa depan adalah kita  yang saling  menjaga, menjaga lisan, perilaku, dan perasaan,
aku mengerti bahwa kita hanyalah manusia biasa yang pernah menjadi pemarah,  segala kata dan rasa ingin diungkapkan  pada dunia,
aku pahami bahwa itu adalah manusiawi,
tetapi bukankah manusia masih bisa memilih untuk menjadi lebih terhormat ? menjaga apa yang dikeluarkan dengan sebaik-baiknya,
aku paham apabila suatu saat kita merasa marah, kesal, dan kebul dipenuhi asap, 
tetapi, 
kita di masa depan, semoga Allah jadikan  sepasang kekasih yang kembali bersua di surgaNya karena menahan amarah.
kita di masa depan  (atas izin Allah),  bukanlah manusia tanpa emosi, hanya saja kita memilih cara terbaik dan terhormat untuk mengungkapkannya.

***

Suatu pagi,
aku melihat indahnya  sebuah keharmonisan,
setiap diri memiliki peran  yang kesemua peran itu sekecil apapun adalah peran  yang dilakukan sebaik-baiknya,
tidak ada prasangka, tidak ada  lesuh dan bermuram durja, dan tidak ada jiwa pedengki,
yang ada hanya sepasang kekasih yang melakukan kesemuanya dengan saling ridho, saling menyemangati, dan saling menghargai.
aku berdoa,
kita di masa depan adalah kita yang mampu meneladani keindahan pagi itu, keharmonisan yang bahkan memberikan dampak bagi lingkungan, membuat  Sang Maha Kuasa tersenyum melihatnya,
aku sadari bahwa mengalahi ego diri adalah tugas terberat dalam fase ini, menyamakan langkah, visi, dan misi adalah tugas utama dalam waktu yang singkat ini,
akan tetapi,
setiap usaha mencapai keberkahan bukankah akan tetap kita tuai hasilnya? 
semoga..
kita di masa depan bukanlah kita yang mudah menyerah dengan keadaan, dengan masalah yang  deras menerjang,  
akan tetapi (atas izin Allah) adalah sepasang kekasih yang tidak pernah lengah belajar dan terus belajar mejadi kita yang lebih baik lagi.

***

Kita di masa depan adalah aku, kamu, dan semuanya.

***

Jakarta, 27 Desember 2019
Guru terbaik adalah pengalaman.