Selasa, 11 Februari 2020

#Freewriting


Bersemi : Setelah Kemarau dan Badai Menerpa

Siklus kehidupan ibarat roda waktu bagi sekuntum bunga di negara empat musim.
Adakalanya ia tampak cantik mempesona, tak lama kemudian gugur dihembus angin, kemudian tandus terabaikan.

Semua berawal dari waktu ia tumbuh, dari sebuah bibit, menjulang kokoh menguatkan akar, kemudian sejengkal demi sejengkal, tubuhnya meninggih gagah di bawah mentari. 

Dahan yang mulai rimbun membuat bayang yang bersahaja, begitu banyak manusia berteduh di sana, tertawa bahagia bersama keluarga tercinta, menjadi saksi sejarah silih bergantinya masa indah, hingga waktu yang mengerikan muncul jua.

Setiap makhluk memiliki waktu untuk hidup, begitupula mati. sudah sewajarnya ia menghargai nikmat yang berlimpah di waktu yang lalu. kini waktunya ia di uji, merasakan pahit getir kehidupan sesungguhnya, berat terasa satu demi satu dahannya mulai layu, kering, dan gugur diterpa angin. 

Hingga ranting, kering kerontang. dahaga tak tertahan, dingin yang menyiksa, dahan lebat itu adalah penghangat terbaik pada masanya. Kini, ia sendiri, terabaikan dan sepi. tidak ada satupun yang peduli betapa ia kedinginan, betapa ia merindukan masa sahajanya dahulu. ia hanya memiliki dua pilihan, syukur dan sabar. hingga waktu indah, bertandang menyapa.

Bersemi, begitu mereka menggaungkannya, dimana ia mulai tumbuh kembali, bahkan jauh lebih indah, bermekar bunga aneka warnanya. Ah.. kini segala jerih payahnya menahan perih dan sepi berubah menjadi bahagia tak bertepi. tapi kini ia sudah lebih mampu memaknai, dimana setiap diri akan merasakan peputaran waktu yang pasti.

Tumbuh, Bermekaran, Kemudian, Mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar