Minggu, 19 April 2020

JANGAN TAKUT !


Sore itu seseorang menepuk pundakku. Senja yang temaram dengan siluet jingganya membuat kristal di mata Naya semakin jelas terlihat. Kristal bening yang perlahan jatuh mendarat di kedua pipi gembil kebanggaannya. Seseorang yang selalu terlihat ceria, sore itu seakan membawa kabar bahwa gelap akan selalu hadir. Setiap manusia akan menemui ujian hidupnya masing-masing.

"Nay, kamu kenapa?" aku menepuk pundak Naya seraya menyadarkannya dari lamunan kami di teras kosan. 

"Aku sadar May, setelah indahnya senja akan selalu ada malam pekat yang menakutkan, kemudian, keesokan harinya, mentari akan bersinar memberi kabar gembira, seakan berbisik ke dalam telinga setiap paginya 'Takutmu telah usai,' begitu ya kan, May?" Naya masih menerawang ada apa dibalik senja yang mulai melebur dalam keheningan malam.

Sementara Maya, seorang yang sangat filosofis dan salah satu penyuka prosa, mng'iyakan' maksud dari kata-kata yang baru saja Naya ungkapkan yang sangat penuh makna.

"Hmm iyah memang seperti itu Nay, aku setuju," ungkapku seraya mengingat-ingat kembali surat dalam Al-qur'an yang cocok dengan perumpaan tersebut, "Allah juga pernah sampaikan, Nay, bahwa 'setelah kesulitan InsyaAllah akan ada kemudahan' (QS Al Insyirah ayat 6), Allah jelas tidak sekedar memberikan ujian tanpa solusi. Allah juga menunjukkan dalam Al-qur'an bahwa semua ujian yang Allah berikan sudah sesuai dengan kadar kemampuan hamba-hambaNya (QS Al-Baqarah ayat 286). InsyaAllah kita sanggup melewatinya, Nay." ujarku berharap dapat menguatkan hatinya.

"Kamu tau kan rasanya gimana berada di dalam kegelapan, May? Gelap, menakutkan, tidak terlihat adanya arah dan tujuan," kemudian hening, "Aku takut, May ! Aku takut menikah !" kemudian tangis Naya meledak. Beberapa menit lagi magrib dan kami kehabisan kata-kata.

Aku tahu, trauma itu memang akan sangat sulit disembuhkan, meskipun bukan dia korbannya (misal dia melihat korbannya menderita), tetapi bukan berarti mustahil untuk disembuhkan. Semua penyakit InsyaAllah sudah ada obatnya.
Yap, Naya bukan sudah pernah menikah, dia hanya takut menikah karena melihat ibu dan kakaknya mengalami kegagalan dalam pernikahan dengan berbagai masalah. Dia takut, kalau saja rumah tangganya akan berakhir dengam cerita yang tragis seperti itu. "Lantas buat apa menikah kalau hanya untuk saling menyakitkan?" pikir Naya ketika dia ceritakan semuanya kepada ku. 

"Nay, kamu tahu kan bahwa hidup ini hanya sementara. Seperti satu hari saja. Setelah gelap akan ada terang. Setelah badai akan ada pelangi. Allah dekat Nay, Allah tahu segalanya tentang hidup kita. Kita mungkin akan Allah uji sesuai kesanggupan kita, tapi kita gak boleh takut dengan ujian itu. Kita gak boleh jadi diam di tempat karena takut Allah uji dengan ujian yang menyakitkan. Semua itu dari Allah dan tentu akan kembali kepada Allah. kamu gak boleh suudzon dengan ketentuan Allah. Kita terima Nay, kita dalami maksud dan tujuan dari ujian itu apa, kemudian kita ikhlaskan," Maya mencoba memahami luka di hati Naya, meski sampai kapanpun, Maya tidak akan pernah tau bagaimana rasa sakit yang Naya miliki sebenarnya. 

"Iyah May, aku sadar dan sudah ku coba untuk tanamkan dalam hati, bahwa semua ujian ini akan berakhir. Meskipun aku belum memulai semuanya, aku harus yakin bahwa Allah sudah menyiapkan yang terbaik buat aku. Aku percaya. Aku mencoba untuk tidak takut, tapi masih sulit May!" Tangis Naya mulai mereda. Ada angin yang merasup ke dadanya seperti sebuah pereda sakit. 

"Nay, aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji kamu melebihi kemampuan kamu. Kan kamu belum menikah, kamu belajar dari pengalaman mereka untuk membangun rumah tangga yang jauh lebih Allah ridhoi dari mereka. Kamu juga doakan agar keluarga kamu senantiasa Allah berikan petunjuk dan kekuatan. Inget Nay, kekuatan doa itu dahsyat, Allah sendiri loh yang bilang dalam Al-qur'an, 'Barangsiapa yang meminta kepadaKu pasti akan Aku kabulkan (QS Al-Mu'min ayat 60),' kamu kuat Nay karena kamu punya Allah Yang Maha Kuat !" aku menepuk pundak Naya, sedetik kemudian adzan magrin berkumandang sebagai tanda bahwa hati kami InsyaAllah sudah benar-benar siap menyelami pekatnya malam dengan cahaya ridho Ilahi. 

Maya mengerti sekarang bahwa empati yang berlebih juga berpengaruh negatif seperti Naya. Jangan sampai karena melihat orang jatuh dari motor dan berdarah-darah kita malah jadi trauma naik motor karena takut jatuh juga. Padahal belum tentu kita akan mengalami hal yang sama dengan belajar dari kesalahan mereka yang sudah terjatuh.

Mereka yang terjatuh bukan hanya sekedar untuk menunjukkan betapa sakitnya jatuh tetapi untuk memberikan pelajaran tahap-tahap atau proses yang benar agar tidak terjatuh. Apabila kita tetap terjatuh, maka kita harus membagikan kepada orang lain cara bangkit dari jatuh dan cara menghindarinya bukan berteriak-teriak karena rasa sakitnya hingga orang jadi takut untuk jatuh. 

Karena jatuh itu ujian bukan sekedar penderitaan. Dan setiap ujian akan ada balasannya, jika kita bersyukur dan bersabar InsyaAllah balasannya akan indah. Akan tetapi jika kita kufur dan banyak ngeluhnya, balasannya pun tidak akan indah. semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati kitam 

***

Jangan takut sayang.
Kita coba bersama.
Kita belajar bersama.
Kita perbaiki bersama.
Bersama antara kita dan Allah.
Selalu libatkan Allah dalam setiap momen jatuh bangun hidup kita.

Dariku,
Yang siap jatuh bersamamu dan bangkit bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar