Selasa, 27 November 2018

Antalogi Kebaikan


TERATAI, Si Bunga Istimewa

Menyenangkan rasanya dapat menghirup udara segar di tengah bunga-bunga yang sedang bermekaran. Tidak seperti biasanya, pagi ini semua orang seakan lebih sibuk mengejar dunia yang semakin menggoda. Sayang sekali mereka lupa untuk menyerap energi dari alam yang dapat menyegarkan tubuh dan pikiran.

Seperti biasanya, setiap weekend atau tanggal marah adalah waktu yang menyenangkan untuk sekedar lari-lari kecil mengeliling taman komplek. Sembari cuci mata melihat warna-warni bunga yang Allah ciptakan sebagai bentuk pelajaran bagi hamba-Nya. Bahwa hidup tidak hanya satu warna.

“Kak Zah, aku mau curhat dong, sambil istrihata dulu deh,” ajaknya sembari mencari lapak duduk yang bersih dan nyaman tepat di depan sebuah kolam yang sangat besar.

“Apa dek?” jawabku sekenanya sambil mencari batu koral untuk dilemparkan ke kolam.
Kolam itu terlihat keruh, tapi sesekali ada gelembung udara yang tampak cukup jelas dari tempat kami duduk. Terlihat biasa saja, tidak ada yang tampak istimewa dalam sekali pandang. Bahkan ikan warna-warni yang diharapkan pun sepertinya enggan untuk menghuni kolam sekotor itu.

“Aku bingung kak, kenapa yaa berbuat baik itu rasanya berat sekali. Apalagi di lingkungan departemenku sekarang. Rasanya sesuatu yang buruk itu bagi mereka hal yang biasa asalkan mengutungkan,” pagi ini menjadi sedikit suram setelah mendengar curhatannya.

Rasanya permasalahan itu bukan hanya dialami si Adik kecil yang sudah beranjak dewasa. Mahasiswa tingkat tiga yang mulai menemukan jati dirinya. Yang paling penting adalah dia menyadari eksistensi dirinya di dunia ini.

Ternyata untuk sekelas freshgraduate seperti Zah pun masih membutuhkan prinsip itu. Bahkan rasanya mempertahankan prinsip itu bulat-bulat di tempat kerja barunya nanti pasti akan sangat menyakitkan. Itulah yang selalu Zah doakan, semoga ia mendapatkan pekerjaan yang baik untuknya di dunia dan akhirat.

“Kak Zaaaaaaaahh, kok ngelamun!!” teriaknya tepat disamping telinga Zah.

“Eh, Astagfirullah maaf yaaa dek, tadi sempet kepikiran kata-kata kamu juga kalau nanti tempat kerja aku lingkungannya enggak mendukung kayak kamu,” sahut Zah cenge-ngesan.

“Iyah gimana dong, Kak. Kuatkan akuuuu,” suaranya semakin serak, seperti batinnya benar-benar terlukai.

Bagaimana mungkin seorang muslim membiarkan dirinya jauh dari ajaran-ajaran Islam. Sulit sekali pasti rasanya, Kan.

Zah mencoba melihat kolam lebih menyeluruh, sambil memikirkan kata-kata yang pas untuk menguatkan si Adik kecilnya. Ah ternyata tetap tidak ada yang menarik hatinya, sampai pada sebuah sudut kolam yang sedikit menggelitik pikirannya.

Segerombolan katak seakan menghibur si Adik kecil yang berwajah murung. Sekitar 5 meter dari posisi mereka duduk. Katak-katak itu bernari-nari riang sekali, meloncat kesana kemari sambil mendendangkan sebuah lagu kegembiraan. Andai Zah dapat mendengarnya maka ia pun akan turut menyanyi, pikirnya.

”Dek dek, coba deh lihat itu,” Zah menunjuk sebuah bunga berwarna merah jambu, “itu bunga teratai bukan ya?”


“Iyah kak bener, bunga yang bisa hidup di kolam, rawa-rawa, atau sungai. Terus kenapa memangnya?” sahutnya

“Ih kamu tahu enggak sih, bunga teratai itu unik banget. Coba deh lihat, aku pertama kali lihat kolam ini, first impression-nya udah negatif banget, kotor, jorok, berlumpur, bahkan enggak ada ikan warna-warninya,” jelas Zah, “jadi bunga teratai ini spesial buat aku, dia bahkan bisa tetap tumbuh dengan cantik di kolam kotor dan keruh ini. Selain itu, dia juga cukup banyak manfaatnya, salah satunya jadi tempat bermain katak-katak itu,” lanjut Zah.

“Hmmm iya yah, aku mulai paham maksud Kak Zah,’” renungnya sambil memperhatikan lebih lama beberapa bunga teratai dan segerombolan katak yang tak jauh dari tempat duduknya.

“Bunga itu akan tumbuh dengan warna yang lebih cemerlang dari biasanya apabila dia tumbuh di air yang sangat berlumpur, tapi aku juga enggak tahu jelasnya kenapa sih hehe,” terang Zah

“Dari bunga teratai ini kita bisa belajar bahwa meskipun kita berada di lingkungan yang kotor, jorok, tidak sesuai ekspektasi kita. Tapi kita masih tetap tumbuh dengan sangat cantik bahkan semakin cantik. Bunga itu menjadikan kelemahan lingkungannya sebagai kekuatan bagi dirinya, sehingga dia bisa menebar manfaat kepada makhluk lain disekitarnya,” Zah menerawang kolam yang keruh seakan-akan dia mampu melihat bayangannya yang bercahaya.

“Oh iyah. Artinya kita enggak perlu sedih dan khawatir yaa Kak?” si Adik kecil mencoba untuk menemukan kepastian untuk memantapkan hatinya.

“Iyah bener. Allah akan menolong hamba-Nya yang memegang teguh tali agama Allah. InsyaAllah, sekarang kita enggak perlu lagi khawatir sama dunia ini dan makhluk-makhluknya. Khawatir-lah apabila kita malah dicampakkan sama Allah akibat semua dosa-dosa kita,” serentak mereka mengucapkan istighfar, Astagfirullah.

***
Hari ini, alam kembali menunjukkan hikmah dari keberadaannya. Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya terombang-ambing dalam gemerlap dunia, asalkan kita mau benar-benar memperhatikan secara baik kalam-kalam-Nya.

Bogor hujan lagi,
Disertai mati lampu yang membuat suasana semakin syahdu.

Al_Izzah
Mari sama-sama belajar menjadi Bunga Teratai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar