TERATAI, Si Bunga Istimewa
Menyenangkan rasanya dapat menghirup udara segar di tengah
bunga-bunga yang sedang bermekaran. Tidak seperti biasanya, pagi ini semua
orang seakan lebih sibuk mengejar dunia yang semakin menggoda. Sayang sekali
mereka lupa untuk menyerap energi dari alam yang dapat menyegarkan tubuh dan
pikiran.
Seperti biasanya, setiap weekend atau tanggal marah adalah
waktu yang menyenangkan untuk sekedar lari-lari kecil mengeliling taman
komplek. Sembari cuci mata melihat warna-warni bunga yang Allah ciptakan
sebagai bentuk pelajaran bagi hamba-Nya. Bahwa
hidup tidak hanya satu warna.
“Kak Zah, aku mau curhat dong, sambil istrihata dulu deh,”
ajaknya sembari mencari lapak duduk yang bersih dan nyaman tepat di depan
sebuah kolam yang sangat besar.
“Apa dek?” jawabku sekenanya sambil mencari batu koral untuk
dilemparkan ke kolam.
Kolam itu terlihat keruh, tapi sesekali ada gelembung udara
yang tampak cukup jelas dari tempat kami duduk. Terlihat biasa saja, tidak ada
yang tampak istimewa dalam sekali pandang. Bahkan ikan warna-warni yang
diharapkan pun sepertinya enggan untuk menghuni kolam sekotor itu.
“Aku bingung kak, kenapa yaa berbuat baik itu rasanya berat
sekali. Apalagi di lingkungan departemenku sekarang. Rasanya sesuatu yang buruk
itu bagi mereka hal yang biasa asalkan mengutungkan,” pagi ini menjadi sedikit
suram setelah mendengar curhatannya.
Rasanya permasalahan itu bukan hanya dialami si Adik kecil
yang sudah beranjak dewasa. Mahasiswa tingkat tiga yang mulai menemukan jati
dirinya. Yang paling penting adalah dia menyadari eksistensi dirinya di dunia ini.
Ternyata untuk sekelas freshgraduate
seperti Zah pun masih membutuhkan
prinsip itu. Bahkan rasanya mempertahankan prinsip itu bulat-bulat di tempat
kerja barunya nanti pasti akan sangat menyakitkan. Itulah yang selalu Zah doakan, semoga ia mendapatkan pekerjaan yang baik untuknya di dunia dan akhirat.
“Kak Zaaaaaaaahh, kok ngelamun!!” teriaknya tepat disamping
telinga Zah.
“Eh, Astagfirullah maaf yaaa dek, tadi sempet kepikiran
kata-kata kamu juga kalau nanti tempat kerja aku lingkungannya enggak mendukung kayak kamu,” sahut Zah cenge-ngesan.
“Iyah gimana dong, Kak. Kuatkan akuuuu,” suaranya semakin
serak, seperti batinnya benar-benar terlukai.
Bagaimana
mungkin seorang muslim membiarkan dirinya jauh dari ajaran-ajaran Islam. Sulit
sekali pasti rasanya, Kan.
Zah mencoba melihat
kolam lebih menyeluruh, sambil memikirkan kata-kata yang pas untuk menguatkan
si Adik kecilnya. Ah ternyata tetap tidak ada yang menarik hatinya, sampai pada
sebuah sudut kolam yang sedikit menggelitik pikirannya.
Segerombolan katak seakan menghibur si Adik kecil yang
berwajah murung. Sekitar 5 meter dari posisi mereka duduk. Katak-katak itu
bernari-nari riang sekali, meloncat kesana kemari sambil mendendangkan sebuah
lagu kegembiraan. Andai Zah dapat
mendengarnya maka ia pun akan turut menyanyi, pikirnya.
”Dek dek, coba deh lihat itu,” Zah menunjuk sebuah bunga
berwarna merah jambu, “itu bunga teratai bukan ya?”
“Iyah kak bener, bunga yang bisa hidup di kolam, rawa-rawa, atau
sungai. Terus kenapa memangnya?” sahutnya
“Ih kamu tahu enggak sih,
bunga teratai itu unik banget. Coba deh lihat, aku pertama kali lihat kolam
ini, first impression-nya udah
negatif banget, kotor, jorok, berlumpur, bahkan enggak ada ikan warna-warninya,” jelas Zah, “jadi bunga teratai ini
spesial buat aku, dia bahkan bisa tetap tumbuh dengan cantik di kolam kotor dan
keruh ini. Selain itu, dia juga cukup banyak manfaatnya, salah satunya jadi
tempat bermain katak-katak itu,” lanjut Zah.
“Hmmm iya yah, aku mulai paham maksud Kak Zah,’” renungnya
sambil memperhatikan lebih lama beberapa bunga teratai dan segerombolan katak
yang tak jauh dari tempat duduknya.
“Bunga itu akan tumbuh dengan warna yang lebih cemerlang dari
biasanya apabila dia tumbuh di air yang sangat berlumpur, tapi aku juga enggak tahu jelasnya kenapa sih hehe,” terang Zah
“Dari bunga teratai ini kita bisa belajar bahwa meskipun kita
berada di lingkungan yang kotor, jorok, tidak sesuai ekspektasi kita. Tapi kita
masih tetap tumbuh dengan sangat cantik bahkan semakin cantik. Bunga itu
menjadikan kelemahan lingkungannya sebagai kekuatan bagi dirinya, sehingga dia
bisa menebar manfaat kepada makhluk lain disekitarnya,” Zah menerawang kolam
yang keruh seakan-akan dia mampu melihat bayangannya yang bercahaya.
“Oh iyah. Artinya kita enggak
perlu sedih dan khawatir yaa Kak?” si Adik kecil mencoba untuk menemukan
kepastian untuk memantapkan hatinya.
“Iyah bener. Allah akan menolong hamba-Nya yang memegang
teguh tali agama Allah. InsyaAllah,
sekarang kita enggak perlu lagi
khawatir sama dunia ini dan makhluk-makhluknya. Khawatir-lah apabila kita malah
dicampakkan sama Allah akibat semua dosa-dosa kita,” serentak mereka
mengucapkan istighfar, Astagfirullah.
***
Hari ini, alam kembali menunjukkan hikmah dari keberadaannya.
Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya terombang-ambing dalam gemerlap
dunia, asalkan kita mau benar-benar memperhatikan secara baik kalam-kalam-Nya.
Bogor hujan
lagi,
Disertai
mati lampu yang membuat suasana semakin syahdu.
Al_Izzah
Mari
sama-sama belajar menjadi Bunga Teratai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar