Bayang, Dosa Masa Lalu
Gambar 1. Ilustrasi bacaan |
Sejak mentari terbit. Tidak ada satupun
orang yang berjalan sendiri. Selalu ada bayang hitam yang menemani setiap
langkah. Tertatih ia dibuatnya. Mencoba berlari, namun percuma saja. Bayang itu
menyatu, bersama ruh dan jasad.
Senja kali ini, kami masih dihantui
bayang-bayang itu. sahabat ku berkata parau menahan isak “Aku sungguh takut
ukh.” Ungkapnya padaku. Wajahnya memerah padam menahan tangis dan malu. Malu pada
aib yang selalu membayang-bayangi nya. Malu pada dosa masa lalu yang melimpah
ruah. “Takut kenapa sahabatku?” tanya ku sembari menggenggam kedua tangannya.
Berharap ada energi bahagia yang mengalir, agar kesedihannya sedikit berkurang.
“Aku takut dengan masa lalu ku. Aku takut dengan dosa-dosa yang sudah terlanjur
tercatat malaikat.” Kali ini bukan hanya dadanya yang sesak, melainkan dadaku
pun turut kehabisan udara. Mencoba menahan bulir-bulir air mata yang
mewakilikan segala noda.
***
Tidak ada manusia yang bersih dari dosa, kecuali
Nabi Muhammad SAW. Ia adalah satu-satunya
manusia yang Allah mashum-kan (Allah lindungi dari segala bahaya dan dosa).
Tidak mudah hidup di tengah masyarakat yang selalu menuntut kesempurnaan.
Terutama para dai yang harus menjadi teladan bagi lingkungannya. Ia-lah
cerminan segala prilaku. Ia jugalah orang yang pertama kali disalahkan saat
keadaan tidak memuaskan.
Setiap orang memiliki masa lalu. Namun,
bukan berarti masa lalu nya adalah penentu kehidupannya saat ini. Banyak dari
kita menilai orang lain hanya sebelah mata. Kita terlalu fokus dengan masa lalu
saudara-saudara kita, hingga kita lupa jika Allah telah mengangkat derajatnya
saat ini. Kita lupa bahwa mungkin kita juga memiliki masa lalu yang sama
kelamnya.
Sesungguhnya Allah menilai manusia bukan
dari masa lalunya. Terbersit sebuah kalam yang menggembirakan bagi setiap
hamba-Nya yang beriman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujarat: 13).
Sekelam apapun masa lalu setiap hamba, ingatlah bahwa Allah tidak menilai
seorang hamba dari dosa-dosa masa lalunya saja. Melainkan dari sebarapa besar
takwa kita kepada Allah. Serta sebarapa kuat ia bersungguh-sungguh memohon
ampun dan bertaubat kepada-Nya.
Dan bukankah Allah telah memberikan hamba-Nya sebuah penawar bagi
pahitnya masa lalu? Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah setelah selesai shalat (wajib)
sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali dan bertakbir
sebanyak tiga puluh tiga kali, sehingga jumlahnya menjadi sembilan puluh
sembilan, kemudian melengkapinya menjadi seratus dengan membaca: ‘Laa ilaaha illallaah wahdahu laa
syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-in Qadiir
(Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya-lah seluruh kerajaan dan pujian, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu), niscaya
kesalahan-kesalahannya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Wallahualam bishowab (Umi Azizah M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar