Sehelai Kain dalam Titah
Dahulu tanpa sehelai kain,
Saat wanita begitu
hina tak berdaya
Nasib mereka berada
pada tangan laki-laki di rumah
Tak ada pilihan
selain hidup hina atau hidup dalam tanah?
Siksa dan derita
bertubi-tubi dirasa
Tidak ada rasa iba, suratan
begitu mengisahkannya
Dahulu sehelai kain,
Saat budak dan
majikan dapat dibedakan dengan kain kepala
Begitu pula para
sahabat wanita menutup kemuliaan mereka
Kerajaan saat itu, jadikan
kain sebagai pembeda derajat manusia
Saat itu, Betapa
mahal dan berharganya selembar kain
Tidak semua orang
punya, itu artinya tidak semua mulia.
Dahulu titah turun bersama kain mulia,
Siapa sangka Allah
begitu mencinta,
Wanita adalah rusuk
yang bengkok
Ia harus benar
terjaga dan terlindungi kemuliaannya
Sedangkan darinya kelak,
akan lahir pemimpin dunia
Siapa sangka Allah
begitu dicinta,
Saat titah turun dari
utusan mulia
Seluruh wanita
beriman menyobek gorden mereka
Berlomba menjadi
paling mulia dihadapan Yang Maha Kuasa
Berbahagia atas titah
yang menyelamatkan harga diri mereka.
Begitu cinta Allah
pada hamba lemah akalnya ini
Kain penjaga dan
pengangkat martabat mulia
Kain pembeda budak
dan manusia pilihan lainnya
Kain pembatas surga dan neraka
created by Umi Azizah Martina (Al_izzah)
(Pernah di bacakan dalam peringatan IHSD @BundaranHI, 11 September 2016 oleh Ummay Nur Farah (Mahasiswa Sebi) dan bekerjasama dengan Cordofa Dompet Dhuafa )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar