Rabu, 28 September 2016

Peringatan IHSD (International Hijab Day Solidarity)




Sehelai Kain dalam Titah

(Gambar 1. Ilustrasi puisi)

Dahulu tanpa sehelai kain,
Saat wanita begitu hina tak berdaya
Nasib mereka berada pada tangan laki-laki di rumah
Tak ada pilihan selain hidup hina atau hidup dalam tanah?
Siksa dan derita bertubi-tubi dirasa
Tidak ada rasa iba, suratan begitu mengisahkannya

Dahulu sehelai kain,
Saat budak dan majikan dapat dibedakan dengan kain kepala
Begitu pula para sahabat wanita menutup kemuliaan mereka
Kerajaan saat itu, jadikan kain sebagai pembeda derajat manusia
Saat itu, Betapa mahal dan berharganya selembar kain
Tidak semua orang punya, itu artinya tidak semua mulia.

Dahulu titah turun bersama kain mulia,
Siapa sangka Allah begitu mencinta,
Wanita adalah rusuk yang bengkok
Ia harus benar terjaga dan terlindungi kemuliaannya
Sedangkan darinya kelak, akan lahir pemimpin dunia
Siapa sangka Allah begitu dicinta,
Saat titah turun dari utusan mulia
Seluruh wanita beriman menyobek gorden mereka
Berlomba menjadi paling mulia dihadapan Yang Maha Kuasa
Berbahagia atas titah yang menyelamatkan harga diri mereka.
Begitu cinta Allah pada hamba lemah akalnya ini
Kain penjaga dan pengangkat martabat mulia
Kain pembeda budak dan manusia pilihan lainnya
Kain pembatas surga dan neraka



created by Umi Azizah Martina (Al_izzah)
(Pernah di bacakan dalam peringatan IHSD @BundaranHI, 11 September 2016 oleh Ummay Nur Farah (Mahasiswa Sebi) dan bekerjasama dengan Cordofa Dompet Dhuafa )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar