Selasa, 08 Maret 2016

' Single Traveler '


Gambar 1. Pemuda Baduy Dalam

BADUY
Dalam Dekapan Kezuhudan

Lima hari lisan ini tak pernah kering dari dzikir ‘mengingat kebasaran Sang Khalik’. Sungguh luar biasa berada di atmosphare langit perbatasan Desa Cijahe dan Baduy Luar dalam kegiatan cordofa leadership camp dari Cordofa Dompet Dhuafa. Suasana damai dan tentram begitu kami rasakan tanpa adanya hiruk pikuk kendaraan seperti di kota tempat kami berasal.
Potret kehidupan Suku Baduy adalah kearifan lokal tersembunyi yang tidak mampu di gambarkan oleh mesin google sekalipun. Suku Baduy menjadi cermin kekayaan Indonesia. Suku yang ramah akan lingkungan alam dan sesamanya. Pepatah pernah berpesan, ‘berlaku baiklah kepada alam, maka alam akan memberikan kebaikannya kepadamu’. Islam pun mengajarkan hal yang sama dalam berbuat baik kepada sesama makhluk Allah. Maka, Baduy adalah teladan bagi kita dalam bersahabat baik dengan alam dan ramah kepada sesamanya. Bahkan mereka mampu menyatu dengan alam dalam dekapan kezuhudan.
Zuhud secara bahasa artinya meninggalkan, tidak menyukai, atau menjauhkan diri. Suku Baduy dalam potret kehidupannya memberikan kita pengajaran berharga mengenai zuhud, yaitu menjauhkan diri dari segala perkara duniawi. Hidup mereka jauh dari barang-barang elektronik yang kita miliki di rumah. Berbagai hal dari kebutuhan mendasar seperti lampu, kendaraan, televisi, radio, dan bahkan sendal sekalipun mereka tidak menggunakannya. Mereka akan sangat mudah kita temui dijalan, tanpa sendal, baju adat yang sangat sederhana, dan tanpa kendaraan. Betapa takjubnya kita saat mendengar bahwa mereka berjalan kaki menuju ibukota Jakarta. Luar biasa.
Lantas apa yang membuat mereka mampu hidup tanpa berbagai kenikmatan duniawi tersebut? Suku Baduy bukanlah suku yang miskin secara ekonomi. Lahan mereka terhampar dimana-mana. Mereka juga memiliki berbagai aktivitas ekonomi untuk menunjang perekonomian keluarga, dari bercocok tanam, menenun, hingga menjual berbagai aksesoris khas baduy untuk para pengunjung seperti kami. Meskipun tampak sederhana, sesungguhnya hati mereka begitu kaya dengan rasa syukur dan cukup.
Gambar 2. Kang Supri - Pemuda Baduy Dalam
Baduy memahami dengan baik makna zuhud yang seutuhnya. Zuhud seperti yang disebutkan Abu Nu’aim Al Ashbahani dalam Hilyatul Awliya’(9/258) adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah. Islam rahmatan lilalamin telah memperingati kita terkait berbagi hal yang melenakan dunia sehingga kita lalai dengan kehidupan akhirat. Meskipun Baduy tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya, namun mereka memaknai makna Tuhan dengan para leluhur mereka. Baduy telah ber-muroqobah terhadap para leluhurnya. Rasa selalu diawasi para leluhur, hingga tidak ingin membuat para leluhurnya marah, adalah alasan mengapa mereka mampu bertahan dalam kesederhanaan dunia. Baduy menjadi teladan kejujuran dalam menjalankan segala bentuk keta’atannya kepada para leluhur yang tidak juga mereka lihat.
Maka, disinilah kita mengambil hikmah dalam kezuhudan Suku Baduy (red: dalam ataupun luar). Zuhud bukan karena kekurangan harta, namun karena rasa cintanya kepada para leluhur mereka. Kita seharusnya lebih mampu ber-muroqobah kepada Allah. Itulah ihsan. Ber-ihsan dalam kezuhudan dunia, meninggalkan berbagai hal yang melalaikan kita dari mencari keridhoan Allah. Wallahualan [] (Al_izzah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar